Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Asia

ECRL Malaysia: Jalur rel kereta baru siap mengubah wajah muram kota Pelabuhan Klang dan Kuantan

Dalam bagian pertama dari empat seri tulisan tentang Jalur Kereta Pantai Timur Malaysia (ECRL), CNA mencari tahu bagaimana jalur kereta ini bisa mengubah wajah kawasan industri di sekitar Pelabuhan Klang dan Kuantan serta sisi-sisi lain negara itu.

ECRL Malaysia: Jalur rel kereta baru siap mengubah wajah muram kota Pelabuhan Klang dan Kuantan

Pemandangan udara dari stasiun kereta api Jalan Kastam KTM di Pelabuhan Klang, yang juga merupakan lokasi stasiun ECRL di masa depan. (Foto: CNA/Hari Anggara)

KLANG/KUANTAN, Malaysia: Di samping sebuah stasiun komuter kecil di Pelabuhan Klang, negara bagian Selangor sebelah barat Malaysia, terdapat situs konstruksi yang ditutupi papan.

Dulu tempat itu adalah terminal feri, dan sekarang menjadi tempat pembuangan puing-puing, dikelilingi oleh forklift, kontainer, dan bahan-bahan bangunan.

Situs konstruksi ini adalah gambaran dari fasad kota pelabuhan yang sarat akan industri: Ruko-ruko yang bangunannya hampir mencium sisi jalan layang, jalanan dua jalur yang berlubang-lubang dan gemuruh suara truk kontainer panjang.

Kendaraan berat di Pelabuhan Klang, Selangor, Malaysia. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Namun menurut para pengamat, pelabuhan itu akan mendapatkan wajah baru dengan rencana pembangunan kembali terminal feri oleh konglomerat Sunway yang direncanakan rampung di paruh pertama 2027, ditambah dengan Jalur Kereta Pantai Timur Malaysia (East Coast Rail Link/ECRL) dari Gombak ke Pelabuhan Klang pada Januari 2028.

Pembangunan ECRL yang terdiri dari 20 stasiun, terbentang dengan jarak 665km sepanjang Selangor, Pahang, Terengganu dan Kelantan, bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dalam negeri, baik bagi orang maupun barang.

November lalu, CNA mengunjungi area di sekitar pelabuhan Klang dan Kuantan untuk mengetahui bagaimana kehidupan di sana, apakah masih layak huni atau tidak. CNA juga berbicara dengan warga dan pemilik bisnis soal harapan mereka dengan kehadiran ECRL.
Dermaga akan dibangun di terminal feri domestik dan internasional baru di Pelabuhan Klang. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Foo Gee Jen, penasihat di agen real estat CBRE WTW, mengatakan bahwa pembangunan kembali terminal feri oleh Sunway Real Estate Investment Trust (REIT) - bersamaan dengan rencana State Development Corporation of Selangor untuk mengembangkan Pulau Carey yang terletak di sebelahnya menjadi kota pelabuhan - menjadi pertanda baik bagi peremajaan Pelabuhan Klang.

"Tahun-tahun awal pengembangan Pelabuhan Klang sangat lambat, namun saat ini jauh lebih terkendali," katanya kepada CNA, seraya menambahkan bahwa kehadiran para pengembang akan membawa perencanaan dan pengaturan yang lebih baik ke daerah tersebut.

"Anda bisa melihat beberapa kota pelabuhan di Eropa dan tempat-tempat lain seperti Nagoya (di Jepang) - mereka sangat terorganisir. Tentu saja, Pelabuhan Klang saya kira pada akhirnya akan seperti itu."

Terminal feri yang telah diperbaharui ini akan dilengkapi dengan dermaga internasional, pasar boga bahari, gerai makanan dan minuman, serta toko-toko bebas bea, sementara stasiun ECRL di dekatnya akan semakin mendorong sektor pariwisata dengan menghubungkan penumpang ke distrik Gombak, Selangor - dekat Kuala Lumpur - dan ke pantai-pantai indah di pesisir timur dengan waktu tempuh hanya empat jam.

Jalur komuter saat ini dari Pelabuhan Klang membutuhkan waktu satu setengah jam untuk menuju Kuala Lumpur setelah melewati beberapa stasiun kecil. Dari situ, perjalanan komuter hanya bisa ke Tanjung Malim di perbatasan Perak di pantai barat.

Foo meyakini ECRL adalah langkah terakhir untuk membangkitkan kawasan tersebut dengan membuatnya menjadi jalur masuk via laut yang menarik bagi wisatawan, dengan akses yang mudah menuju Kuala Lumpur dan tempat-tempat lainnya seperti gunung Titiwangsa atau hutan di Pahang.

"Membawa para wisatawan yang masuk melalui jalur pelayaran ke daratan menggunakan ECRL akan sangat menguntungkan," kata dia, menyinggung soal Jalan Tol Pantai Barat yang akan rampung pada 2026 sehingga semakin meningkatkan konektivitas ke Pulau Indah, tempat berlabuhnya kapal-kapal.

"Jika kita melihat perkembangan dari pembangunan ini, bagian penting yang selalu hilang adalah jalur kereta. Saya kira ini sangat, sangat penting karena di jalanan banyak ketidakpastiannya."

Jalan Tol Pantai Barat, yang pembangunannya akan diprioritaskan tahun ini oleh pemerintah Malaysia, akan menghubungkan Banting, Selangor ke Gelang Patah, Johor serta dua pelabuhan utama Klang dan Tanjung Pelepas di Johor.

Crane kontainer di Pelabuhan Klang. (Foto: CNA/Hari Anggara)

Harapan besar juga tertumpu pada ECRL yang akan menciptakan koneksi darat antara dua pelabuhan, Klang di barat dan Kuantan di timur. Kehadiran ECRL tidak hanya akan memudahkan pergerakan orang dan barang di negara itu, namun juga mengundang investasi dan pembangunan di sepanjang rutenya.

Pelabuhan Kuantan terletak sekitar 300km jauhnya dari Pelabuhan Klang. Pengiriman barang antar kedua pelabuhan itu selama ini menggunakan truk melintasi Jalan Tol Karak dan Jalan Tol Pantai Timur.

Pada Agustus 2022, perusahaan Malaysia IJM Corporation Bhd dan China Harbour Engineering Company sepakat untuk bersama-sama mengembangkan pusat pengembangan campuran dan logistik terpadu di dekat stasiun ECRL di Pelabuhan Kuantan, demi memenuhi permintaan logistik yang terus meningkat di kawasan pantai timur.

Kawasan Industri Kuantan Malaysia-China di dekat Kuantan, Pahang. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke pada Agustus lalu juga memuji Pelabuhan Kuantan yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi pelabuhan untuk kapal pesiar di pantai timur. Jika terwujud, ini akan menciptakan efek limpahan ekonomi bagi negara dan masyarakat setempat.

Ragu Sampasivam, chief operating officer East Coast Economic Region Development Council, mengatakan kepada CNA bahwa ECRL memberikan pilihan lain bagi para investor untuk mendirikan bisnis di tempat-tempat dengan harga tanah yang lebih rendah dari Selangor.

Mereka juga dapat memilih untuk mengekspor produk melalui Pelabuhan Kuantan daripada Pelabuhan Klang yang padat, yang saat ini merupakan pelabuhan tersibuk ke-11 di dunia, katanya.

Citra udara Pelabuhan Kuantan, Pahang, Malaysia. (Photo: CNA/Hari Anggara)

"Jadi ketika investor masuk ke sana (akan memicu) lebih banyak kegiatan ekonomi, membuka lebih banyak lapangan kerja - mudah-mudahan dengan gaji yang lebih tinggi - dan secara perlahan, akan meningkatkan standar hidup di pantai timur, seperti yang kita lihat di pantai barat dalam 50 tahun terakhir atau lebih," katanya.

"Kami berharap ECRL akan mengubah pantai timur."

Sampasivam mengatakan bahwa ia berharap perkembangan industri di daerah sekitar Pelabuhan Kuantan akan "didukung" oleh rumah-rumah baru dan pengembangan campuran.

"Pastinya, ECRL akan meningkatkan industri yang sudah ada dan yang baru, dan juga properti perumahan dan komersial," katanya, seraya menambahkan bahwa ia memperkirakan kota-kota terdekat seperti Balok akan "meningkat" dalam hal pembangunan.

Pemandangan Pelabuhan Kuantan dari pantai di Gebeng. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Kurangnya pembangunan di daerah sekitar Pelabuhan Klang juga tidak luput dari perhatian. Kolumnis media Malaysia Ravindran Raman Kutty mengatakan bahwa, "terlepas dari potensi ekonominya yang sangat besar, hanya sedikit di Klang yang menarik bagi para pengunjung dan warganya".

"Infrastruktur dan perencanaan kota masih belum berkembang, dengan perpaduan lokasi industri yang tidak teratur, ruang publik yang terabaikan, papan nama yang jelek, sudut-sudut yang kotor dan sarat dengan kerumunan orang, serta jalan-jalan yang tidak menarik," tulisnya dalam sebuah komentar yang diterbitkan November lalu oleh beberapa media lokal.

Seorang pria duduk di sebuah kedai kopi di Pelabuhan Klang. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Ravindran menyarankan untuk merevitalisasi infrastruktur Port Klang bersamaan dengan perencanaan kota yang berkelanjutan, dan memanfaatkan sejarah pelabuhannya untuk pariwisata sekaligus menciptakan ekonomi lokal yang kuat.

"Pelabuhan Klang dapat mencontoh kota-kota seperti Rotterdam dan Singapura dengan menekankan pada ruang hijau, bangunan ramah lingkungan, dan desain yang berkelanjutan,” tulisnya.

“Membuat taman di sepanjang tepi pantai, jalur sepeda, dan zona pejalan kaki dapat mengundang penduduk dan wisatawan untuk menjelajahi daerah tersebut sambil meminimalkan jejak lingkungan pelabuhan.”

POTENSI PELABUHAN KLANG

Anggota Dewan Pelabuhan Klang, Azmizam zaman Huri, kepada media lokal Bernama pada 2019 mengatakan bahwa dia berharap ECRL dapat mengurangi kepadatan kendaraan yang sudah menahun di kawasan itu. Dia mengatakan, ada lebih dari 8.000 truk kontainer keluar-masuk mengantarkan kargo ke Pelabuhan Klang.

"Dengan berkurangnya truk kontainer (setelah ECRL selesai) di sini, saya berharap kehadiran wisatawan domestik dan asing akan meningkat karena Pelabuhan Klang memiliki berbagai atraksi wisata termasuk rumah terapung, nelayan, dan desa-desa adat di Pulau Indah," katanya.

Pada Oktober lalu, Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengumumkan dana sebesar RM107 juta dalam Anggaran 2025 akan dialokasikan untuk pembangunan dan peningkatan jalan di Pulau Indah Ring Road dan daerah utara Pelabuhan Klang untuk meningkatkan sektor logistik Malaysia. Namun Anwar tidak menyinggung soal ECRL.

Rumah toko di Pelabuhan Klang. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Khairunnisa Fauzi, pegawai toko perlengkapan hewan peliharaan di Pelabuhan Klang, mengatakan bahwa ECRL akan meremajakan daerah tersebut dan memudahkan pelanggan yang tinggal di sisi lain Lembah Klang untuk bisa mengunjungi tokonya.

"Ada pelanggan di Kuala Lumpur dan tempat-tempat lain yang hanya datang ke sini selama akhir pekan untuk menghindari kemacetan," kata warga Pelabuhan Klang berusia 26 tahun ini kepada CNA.

"Jika saya malas mengemudi atau menunggu lama untuk KTM (jalur komuter) untuk menuju KL, setidaknya saya bisa naik ECRL. Saya bisa menghindari kemacetan dan tol."

Orang-orang berjalan menyusuri gang di Pelabuhan Klang. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Namun, di Pulau Indah, sebuah pulau luas yang menjadi rumah bagi terminal peti kemas Westports, kawasan industri lainnya, dan beberapa bisnis perikanan, seorang operator mengatakan kepada CNA bahwa ia tidak yakin apakah ECRL bisa meningkatkan pariwisata di daerah tersebut.

"ECRL berhenti di Pelabuhan Klang dan tidak terhubung ke Pulau Indah, jadi sepertinya tidak ada untungnya bagi kami," kata Shahrom Rahman, 54 tahun, yang mengadakan tur memancing di kabin terapung di lepas pantai Pulau Indah.

"Dari Pelabuhan Klang, Anda masih harus naik mobil atau motor untuk sampai ke sini. Jika ECRL berhenti di Pulau Indah atau Westports, mungkin akan menguntungkan kami."

Dermaga pemancing di Pulau Indah. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Namun, Foo dari CBRE WTW memperkirakan bahwa area Port Klang, dengan pengembangan yang sedang berlangsung dan yang direncanakan, akan berubah menjadi pusat kota yang terhubung, menjadikannya "tujuan utama" bagi wisatawan lokal dan internasional.

Daiso, toko serba ada asal Jepang, akan mendirikan pusat distribusi global barunya di Pulau Indah yang diperkirakan akan beroperasi penuh pada Januari 2027, sementara Westports akan diperluas hingga hampir dua kali lipat dari kapasitas peti kemasnya dalam waktu 15 tahun, kata Foo.

Foo juga menyoroti pembelian tanah dan bangunan industri di daerah Pelabuhan Klang oleh dua REIT yang terdaftar di Malaysia pada 2024 sebagai pengembang yang akan membantu merevitalisasi daerah tersebut.

Para penghobi memancing bersiap melakukan perjalanan dengan perahu di Pulau Indah. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Pada Agustus lalu, The Edge melaporkan bahwa KIP REIT akan mengakuisisi sebagian dari lahan sewa seluas 2,6 hektare dengan gudang industri di Kawasan Bebas Pelabuhan Klang, Pulau Indah seharga RM23,7 juta.

Koran bisnis tersebut juga melaporkan bahwa Axis REIT, yang berfokus pada aset-aset industri, telah setuju mengakuisisi dua bidang tanah yang bersebelahan dengan bangunan-bangunan di dekat Pelabuhan Klang seharga RM158,64 juta.

Axis REIT dikutip mengatakan bahwa akuisisi properti tersebut akan meningkatkan pendapatan dan menguntungkan mereka dalam jangka panjang. Mereka juga mencatat bahwa fasilitas pergudangan yang telah terisi penuh memiliki "potensi menghasilkan pendapatan yang kuat dan aksesibilitas ke jalan raya utama".

"Itu (akuisisi) adalah hal-hal yang akan menjadi pemicu pengembangan di Pulau Indah, Pulau Carey dan di sekitar Pelabuhan Klang itu sendiri," kata Foo kepada CNA.

"Konektivitas ke Pelabuhan Klang sangat penting karena ini adalah pintu keluar untuk ekspor barang, membuka banyak peluang untuk lebih banyak kegiatan komersial di pantai timur Malaysia," tambahnya.

Pipa dan tangki petrokimia di dekat Pelabuhan Kuantan. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

DAPATKAH PELABUHAN KUANTAN MENGEJAR KETERTINGGALAN?

Seperti Pelabuhan Klang, area di sekitar Pelabuhan Kuantan di pesisir timur Malaysia memiliki nuansa industri yang khas, dengan tangki-tangki petrokimia besar yang menghiasi daratannya dan pipa-pipa gas yang berjajar di sepanjang jalannya.

Banyak penginapan di area ini melayani pekerja industri yang tinggal jauh dan membutuhkan tempat tinggal jangka panjang di dekat area industri tempat mereka bekerja.

Di kota Balok, Nor Ibrahim, 63, yang merupakan penduduk asli, mengatakan bahwa ia berharap ECRL akan mendorong lebih banyak pembangunan di kampung halamannya, dalam bentuk proyek-proyek industri yang memungkinkan para pemuda setempat mendapatkan pekerjaan yang lebih dekat dari rumah.

"Misalnya di Kelantan, anak-anak muda di sana harus pindah ke tempat-tempat seperti Selangor untuk mencari kerja," katanya kepada CNA di sebuah rumah makan tempat para pekerjanya berkumpul untuk makan siang.

Nor, yang telah tinggal di Balok sejak tahun 1990-an, memperkirakan bahwa akan ada lebih banyak rumah kontrakan yang harus dibangun jika pabrik-pabrik baru bermunculan di daerah tersebut.

"Jika para pekerja keluar dari rumah kontrakan di pagi hari, rumah-rumah tersebut akan diisi oleh pekerja lain pada malam hari," ujarnya, seraya menambahkan bahwa ia berharap ECRL juga dapat mempercepat pembangunan klinik pemerintah yang sudah lama ditunggu-tunggu di kota tersebut.

Warga Balok, Nor Ibrahim (kiri), telah tinggal di daerah tersebut sejak tahun 1990-an. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Seorang pengelola homestay di Balok berharap ECRL bisa menarik lebih banyak lagi pengunjung ke pantai-pantai di daerah tersebut, karena hanya 10 persen dari pelanggannya adalah turis yang kebanyakan datang pada akhir pekan atau liburan sekolah.

"Pelanggan saya biasanya adalah para pekerja industri yang bekerja di Gebeng. Saya rasa ECRL akan membantu menghidupkan kembali kawasan pantai di Balok," kata Zaid Fadli Mohd Nizam, 33 tahun, kepada CNA.

Andansura Rabu, politisi dari partai oposisi Parti Islam Se-Malaysia (PAS) dan anggota parlemen negara bagian Pahang yang konstituennya meliputi Pelabuhan Kuantan, mengatakan ECRL akan menjadi katalisator untuk kegiatan ekonomi hilir lainnya di daerah tersebut, termasuk di industri perhotelan dan pariwisata.

"Ini juga akan mendorong kemajuan industri rumahan, seperti bisnis warga yang membuat kerupuk ikan hasil tangkapan laut," katanya kepada CNA.

Anggota dewan Pahang, Andansura. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Andansura mengakui bahwa ECRL - jika berhasil - akan menunjukkan bagaimana pemerintah federal memainkan "peran besar" dalam mengembangkan negara-negara bagian di pantai timur.

Pada saat yang sama, ECRL juga dapat membantu negara-negara bagian yang dikuasai oposisi ini secara politis dengan mempermudah perjalanan melintasi berbagai negara bagian, misalnya untuk membantu meningkatkan kegiatan akar rumput selama musim pemilu, katanya.

"ECRL tidak akan memberikan dampak politik yang besar terhadap pemerintah negara bagian mana pun karena ini adalah proyek yang dipandang akan membawa manfaat bagi masyarakat," ia menduga.

"Pemerintah negara bagian Perikatan Nasional dan PAS di Kelantan dan Terengganu akan menyambut baik (ECRL), dan pasti akan membantu partai-partai ini mendapatkan jarak tempuh politik di daerah-daerah tersebut," tambahnya, mengacu pada negara-negara bagian yang dikuasai oposisi.

Citra udara Pelabuhan Kuantan, Pahang. (Foto: Hari Anggara)

Karena itu, Andansura mendesak pemerintah setempat untuk membuat rencana yang tepat demi memastikan stasiun ECRL di dekat Pelabuhan Kuantan menciptakan dampak ekonomi yang besar bagi penduduk setempat.

"Misalnya, harus ada layanan antar-jemput dari stasiun ke kota-kota terdekat seperti Cherating. Juga harus ada gerai makanan dan minuman serta ruang untuk bisnis lokal menjual kerajinan mereka," katanya.

"Kami tidak ingin stasiun ECRL hanya menjadi tempat orang naik dan turun."

ECRL juga harus dipandang sebagai peluang untuk meningkatkan Pelabuhan Kuantan dalam menangani impor dan ekspor, kata Andansura. Saat ini, pelabuhan itu sebagian besar digunakan untuk ekspor.

"Dengan adanya stasiun ECRL di sini, ekspor dan impor di Pelabuhan Kuantan harus meningkat. Tetapi pelabuhan ini harus terlebih dahulu meningkatkan kapasitas dan kemampuannya untuk bersaing dengan Pelabuhan Klang.

"Jika tidak, ECRL hanya akan menjadi media lain untuk barang yang akan dikirim ke Pelabuhan Klang," kata dia.

Sebuah kapal berlabuh di Pelabuhan Kuantan. (Foto: CNA/Hari Anggara)

Pada 2019, Pelabuhan Kuantan menyelesaikan tahap pertama perluasan dermaga laut dalam, membuatnya menjadi lebih panjang dan lebih dalam untuk memungkinkan kapal-kapal peti kemas yang lebih besar bersandar. Terminal Laut Dalam Baru dengan kedalaman 16 meter ini mampu mengakomodasi kapal berbobot mati hingga 180.000 ton.

Pelabuhan tersebut saat ini juga sedang menjalani tahap kedua dari pengembangannya, yang diharapkan ada penambahan terminal air dalam sepanjang 1 km dengan kapasitas penanganan 20.000 juta ton pada tahun 2039.

Menurut statistik pemerintah, Pelabuhan Klang menangani 10,9 juta unit peti kemas ekuivalen dua puluh kaki (TEU) pada kuartal ketiga tahun 2024, dibandingkan dengan Pelabuhan Kuantan yang hanya 109.000 TEU.

Pelabuhan Klang menangani 10,9 juta unit peti kemas ekuivalen dua puluh kaki pada kuartal ketiga tahun 2024. (Foto: CNA/Hari Anggara)

Menghubungkan Pelabuhan Klang dan Pelabuhan Kuantan melalui ECRL akan menawarkan cara yang lebih cepat dan lebih ramah lingkungan untuk memindahkan produk mereka ke pelabuhan yang tidak terlalu padat, kata Sampasivam.

"Dengan menghubungkan Pelabuhan Klang ke Pelabuhan Kuantan, ada kemungkinan kargo berlebih yang sekarang tertahan (di Pelabuhan Klang) didorong ke sini," tambahnya.

"Cara itu akan membantu Pelabuhan Kuantan menjadi lebih efektif dan lebih baik lagi."

Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.

Source: CNA/da

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan