Lebih dari 1 juta pengguna ChatGPT krisis mental setiap pekan, curhat soal mengakhiri hidup
Data terbaru OpenAI menyoroti sisi kelam interaksi manusia dan AI, ketika jutaan pengguna menjadikan ChatGPT pelarian di tengah tekanan mental yang kian berat.
OpenAI mengungkapkan jumlah pengguna aktif mingguan ChatGPT di Indonesia sangat tinggi. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)
OpenAI merilis data terbaru pada akhir Oktober 2025 yang menggambarkan betapa banyak pengguna ChatGPT yang berjuang dengan masalah kesehatan mental dan membicarakannya langsung dengan chatbot AI tersebut.
Perusahaan menyebutkan bahwa 0,15 persen dari pengguna aktif ChatGPT setiap pekan "membicarakan percakapan yang mengandung indikasi eksplisit terkait perencanaan atau niat bunuh diri."
Dengan total lebih dari 800 juta pengguna aktif mingguan, maka diperkirakan lebih dari satu juta orang setiap pekan berbicara dengan ChatGPT tentang keinginan untuk mengakhiri hidup mereka, menurut laporan TechCrunch.
OpenAI juga menyebutkan bahwa persentase serupa dari pengguna menunjukkan "tingkat keterikatan emosional yang tinggi terhadap ChatGPT," dan bahwa ratusan ribu orang memperlihatkan tanda-tanda psikosis atau mania dalam percakapan mingguan mereka dengan chatbot AI tersebut.
Perusahaan menekankan bahwa jenis percakapan seperti ini "sangat jarang terjadi" dan sulit diukur. Namun, OpenAI memperkirakan isu ini memengaruhi lebih dari ratusan ribu pengguna setiap pekan.
CHATGPT MERESPONS KESEHATAN MENTAL
Informasi ini dibagikan sebagai bagian dari pengumuman yang lebih besar tentang upaya terbaru OpenAI untuk meningkatkan cara model AI mereka merespons pengguna dengan masalah kesehatan mental.
OpenAI mengklaim bahwa pembaruan versi teranyar ChatGPT telah melibatkan konsultasi dengan lebih dari 170 pakar kesehatan jiwa.
Menurut OpenAI, para pakar itu mengamati bahwa versi terbaru ChatGPT "merespons dengan cara yang lebih tepat dan konsisten dibandingkan versi sebelumnya."
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah laporan menyoroti bagaimana chatbot AI bisa berdampak negatif bagi pengguna yang sedang berjuang dengan masalah mental.
Penelitian yang dikutip oleh The Guardian menemukan bahwa chatbot AI dapat menjerumuskan sebagian pengguna ke dalam "lubang delusi"—terutama karena kecenderungannya memperkuat keyakinan berbahaya lewat perilaku yang terlalu menuruti pengguna.
TUNTUTAN HUKUM
Masalah kesehatan mental kini menjadi isu besar bagi OpenAI.
Perusahaan tersebut saat ini sedang digugat oleh orang tua dari seorang remaja 16 tahun yang sempat menyampaikan pikiran bunuh dirinya ke ChatGPT beberapa pekan sebelum akhirnya benar-benar mengakhiri hidupnya.
Jaksa Agung dari negara bagian California dan Delaware, Amerika Serikat, yang dapat memblokir rencana restrukturisasi OpenAI, juga memperingatkan perusahaan itu agar lebih melindungi anak-anak muda yang menggunakan produk mereka.
Bulan lalu, CEO OpenAI Sam Altman mengklaim bahwa perusahaannya telah "berhasil mengurangi masalah serius terkait kesehatan mental" di ChatGPT, meski ia tidak memberikan detail lebih lanjut.
OpenAI mengklaim bahwa versi terbaru dari GPT-5 memberikan "respons yang diinginkan" untuk isu kesehatan mental sekitar 65 persen lebih sering dibandingkan versi sebelumnya.
Dalam evaluasi yang menguji respons AI terhadap percakapan tentang bunuh diri, OpenAI menyebut model GPT-5 terbarunya mematuhi pedoman perilaku yang diinginkan hingga 91 persen, naik dari 77 persen pada versi GPT-5 sebelumnya.
Menariknya, Altman juga menyebut bahwa OpenAI akan melonggarkan beberapa batasan, termasuk mengizinkan pengguna dewasa untuk melakukan percakapan bernuansa erotis dengan chatbot AI.
OpenAI juga baru-baru ini meluncurkan kontrol tambahan bagi orang tua yang anaknya menggunakan ChatGPT.
Dengan jumlah pengguna ChatGPT yang terus melonjak, tantangan OpenAI kini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tanggung jawab moral dan sosial terhadap kesehatan mental jutaan orang di seluruh dunia.
Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.