Apa itu tren Youngtro? Ketika iPhone dan digicam lawas viral serta diburu Gen Z
Di tangan anak muda, teknologi lawas tidak selalu ketinggalan zaman. Justru, kamera dari ponsel usang kini menjadi ikon gaya hidup karena bisa menghasilkan foto bernuansa retro.

Kamera ponsel lawas, termasuk seri iPhone SE generasi pertama, kini diburu Gen Z. (Foto: iStock/AdrianHancu)
Tren teknologi terbaru tengah melanda generasi muda. Namun, bukan perangkat flagship atau inovasi canggih yang menjadi sorotan, melainkan kebangkitan kembali perangkat lawas seperti iPhone jadul dan kamera digital klasik.Â
Fenomena ini dikenal sebagai Youngtro, sebuah gerakan yang menghidupkan kembali penggunaan teknologi lama demi nostalgia serta estetika retro, yang marak di kalangan anak muda Korea Selatan.Â
Tren Youngtro mulai menarik perhatian luas pada Desember 2023, ketika girlband K-pop NewJeans (NJZ) menggunakan camcorder digital dalam video musik Ditto.Â
Sejak saat itu, minat terhadap kamera digital lawas melonjak drastis, diikuti dengan meningkatnya ketertarikan terhadap perangkat retro lainnya seperti iPhone generasi lama, headphone berkabel, dan gadget klasik lainnya.
Tak hanya masyarakat umum, para selebritas pun turut meramaikan tren ini. Mereka mengunggah foto yang tidak hanya menampilkan gaya fashion mereka, tetapi juga perangkat vintage yang mereka gunakan, semakin memperkuat daya tarik estetika Youngtro.

IPHONE SE LARIS MANIS
Salah satu perangkat yang paling diminati dalam tren ini adalah iPhone SE generasi pertama, yang pertama kali dirilis pada tahun 2016.Â
Tren ini bahkan memunculkan istilah baru: iPhone SE Phenomenon, atau Fenomena iPhone SE.
Menurut platform jual beli barang bekas Bungaejangter, jumlah daftar penjualan iPhone 6S pada tahun 2023 meningkat hingga 519 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan transaksi yang benar-benar terjadi naik sebesar 28 persen.
Permintaan yang tinggi ini turut berdampak pada harga jual. Saat ini, iPhone SE generasi pertama dapat ditemukan di pasar barang bekas Korsel dengan harga lebih dari 200.000 won (sekitar Rp2,2 juta).Â
Sementara itu, iPhone 6S, yang sudah berusia satu dekade, masih laku dijual seharga 100.000 won (sekitar Rp1,1 juta).

PONSEL LAWAS KEMBALI DIMINATI
Di era smartphone dengan kamera beresolusi tinggi dan teknologi AI canggih, mengapa Gen Z justru kembali menggunakan iPhone lawas dan kamera digital?
Bagi sebagian orang, daya tarik utama terletak pada estetika perangkat serta hasil foto yang lebih unik dan autentik.Â
"Kurasa desain iPhone lama dari era Steve Jobs lebih vintage dan estetis dibandingkan model terbaru," ujar seorang mahasiswa yang diwawancarai The Korea Times.
Pendapat serupa juga diungkapkan mahasiswa Korsel lainnya, Park Soo-yeon, yang mengaku selalu membawa dua iPhone dalam kesehariannya: model terbaru iPhone 16 dan iPhone 5S yang sudah berusia 10 tahun.Â
Meski menggunakan model terbaru untuk komunikasi, ia lebih memilih iPhone lawas untuk memotret.Â
"Memotret dengan iPhone lama terasa seperti menggunakan kamera film vintage," ujar mahasiswa berusia 22 tahun ini.Â
"Meskipun saya mengambil foto di masa sekarang, hasilnya terasa seperti nostalgia, yang justru membuatnya terasa baru lagi," tuturnya.Â

NOSTALGIA FOTO LAWAS
Fenomena Youngtro bukan sekadar tren sesaat, tetapi juga mencerminkan perubahan cara pandang generasi muda terhadap barang lawas.Â
Profesor Lee Eun-hee, pakar studi konsumen, menjelaskan bahwa generasi muda saat ini tidak lagi melihat barang lama sebagai sesuatu yang usang, melainkan sebagai bagian dari identitas mereka dalam menggabungkan nostalgia dengan teknologi modern.
"Alih-alih menganggap barang lama sebagai sesuatu yang usang, anak muda kini memadukannya dengan teknologi modern untuk menciptakan sesuatu yang unik," ujar Lee.Â
"Mereka juga tertarik merasakan pengalaman baru dengan menyelami era yang tidak pernah mereka alami secara langsung," tambah Lee, dikutip dari Allkpop.
Pendapat senada dikemukakan fotografer CNA, Wisnu Agung Prasetyo, yang menilai ketertarikan Gen Z terhadap iPhone lawas dan digicam mungkin berasal dari keinginan mereka untuk mengulang kembali pengalaman melihat foto masa kecil mereka di ponsel orang tua.
"Generasi Z ini ingin bernostalgia melihat foto-foto mereka waktu kecil di handphone orang tuanya. Jadi mereka ingin mengulang nostalgia itu di masa sekarang," ujarnya, ketika dihubungi pada Rabu (19/2).

Namun, tren serupa sebenarnya pernah terjadi beberapa tahun lalu, meskipun dengan pendekatan yang berbeda dan biaya yang lebih tinggi.Â
Pada periode tersebut, banyak fotografer mengeksplorasi kamera film analog, memotret dengan roll film, dan memprosesnya di laboratorium khusus. Fenomena ini juga sempat diikuti oleh perburuan kamera SLR lama, ketika para fotografer mencari tampilan visual khas dari era sebelumnya.
Menurut Wisnu, daya tarik utama dari foto-foto lawas justru terletak pada ketidaksempurnaannya.Â
"Sebenernya foto-foto lama itu jadi menarik karena justru ketidaksempurnaannya. Mungkin ada noise, warna yang tidak konsisten, atau efek false color," katanya.Â
Dibandingkan dengan foto yang diambil menggunakan teknologi modern—yang serba bersih, memiliki eksposur sempurna, dan tingkat presisi cahaya tinggi—foto dari perangkat lawas justru menghadirkan kesan berbeda.
"Looks foto lama ini menjadi menarik karena memang punya 'kerapuhan': warnanya terkadang tidak sama, lalu mood visualnya juga sangat berbeda. Secara teknis mungkin lebih jelek, tapi justru di situlah letak daya tariknya," tambahnya.
JENUH TEKNOLOGI MODERN
Meskipun kini tersedia berbagai perangkat lunak yang mampu mereproduksi atau menyunting foto agar terlihat seperti gambar lawas, Wisnu menilai nilai estetika sebenarnya justru ada pada tampilan asli dari foto yang dihasilkan oleh perangkat jadul.
"Justru value-nya terletak di visual foto yang terlihat jadul, seperti foto lama," katanya, sembari menambahkan bahwa kejenuhan terhadap teknologi kamera modern yang semakin sempurna bisa menjadi alasan lain di balik kembalinya tren ini.
"Mungkin orang-orang bosan saja dengan kamera saat ini. Semua produsen kamera atau smartphone sekarang berlomba-lomba menawarkan perangkat yang bisa menghasilkan foto paling sempurna," ujarnya.Â
"Tapi, orang akan tertarik dengan visual foto-foto lama karena itu seperti pengingat: sebelum kamera dan ponsel secanggih sekarang, kemampuan mengambil foto hanya sebatas ini saja," ujarnya.
MENGIKUTI TREN YOUNGTRO
Ketika mempersiapkan tulisan ini, saya menjadi ikut penasaran, seperti apa rasanya memotret menggunakan kamera ponsel lawas.Â
Kebetulan, ponsel iPhone 5s saya masih berfungsi dengan baik, jadi langsung saja saya gunakan untuk menjepret beberapa foto.Â
Â




Saya memang bukan fotografer, tapi tampaknya hasil foto-foto dari iPhone 5s saya tidak buruk, 'kan?Â
Foto yang dihasilkan dari kamera ponsel lawas ternyata memang memiliki kesan retro yang menarik dan tidak dapat ditawarkan di kamera ponsel-ponsel canggih masa kini.Â
Tren Youngtro tampaknya membuktikan bahwa teknologi lama tidak selalu ketinggalan zaman. Justru, di tangan anak muda, perangkat vintage ini menjadi ikon gaya hidup baru yangmenggabungkan elemen nostalgia dengan sentuhan kreativitas modern.
Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.