Jangan minder, kamu tak 'menyia-nyiakan' cuti hanya karena tidak liburan ke luar negeri
Di tengah gegap gempita ajakan healing dan pencarian hidden gems di medsos, pilihan untuk tidak liburan ke luar negeri bisa dianggap sebagai kegagalan memanfaatkan cuti tahunan secara maksimal.
Saat jeda rapat kerja, seorang rekan dengan santai mengungkapkan ia tidak berencana berlibur ke luar negeri untuk cuti tahunannya nanti. Pernyataan itu mengejutkan semua rekan kerja kami.
"Maksudnya gimana nih enggak liburan ke luar negeri?" tanya seorang rekan, seakan menyuarakan pertanyaan yang terlintas di benak tiap orang yang masih menatapnya penuh heran.
Bagaimana tidak, pada puncak persiapan cuti tahunan, kebanyakan orang sedang bersiap terbang ke Jepang atau Korea Selatan, atau bahkan sudah berada di Bangkok, Thailand, untuk berbelanja.
Keputusan rekan saya untuk tidak menyusun itinerari perjalanan ke luar negeri menjadi terasa "salah", bahkan seakan-akan "menyia-nyiakan" masa cuti.
Namun, keputusannya dan reaksi yang ia terima membuat saya bertanya-tanya: Kenapa kita sering beranggapan bahwa mengambil cuti identik dengan liburan ke luar negeri?
Apa ini semacam indikator status sosial?
Jika ya, apa hal ini lantas menimbulkan rasa rendah diri atau bahkan kecemasan jika kita tidak bisa menyamai yang lain – istilahnya FOMO, alias fear of missing out atau takut ketinggalan tren?
Apakah teman-teman kamu berasumsi kamu selalu punya uang untuk jalan-jalan ke luar negeri, sebagaimana mereka juga berasumsi bahwa kamu mampu mengimbangi gaya hidup mereka?
Kenyataan memang pahit, tapi untuk bisa traveling, kamu harus "kaya." Bukan sekadar punya uang untuk biaya perjalanan, tetapi juga memiliki kemewahan waktu.
Dan pertanyaan utamanya: Apakah bepergian memang cara terbaik untuk bisa bersantai, menenangkan pikiran, serta merasa sehat sentosa?
Menurut para pakar kesehatan mental, perpaduan antara nilai budaya, persona media sosial, dan kebutuhan akan hal-hal baru memicu ekspektasi di masyarakat bahwa waktu luang harus diisi dengan jalan-jalan ke luar negeri.
Hal ini membentuk keyakinan bahwa untuk menyegarkan diri, seseorang harus meninggalkan negaranya.
Priscilla Shin, psikoterapis utama di Range Counselling Services Singapura, menjelaskan: "Dalam budaya yang orientasinya adalah produktivitas, liburan mahal bisa terasa seperti imbalan yang layak atas kerja keras."
Faktor-faktor ini membentuk narasi bahwa bepergian ke luar negeri bukan cuma break sebentar, melainkan juga cara paling memuaskan untuk memulihkan dan mengisi ulang energi.
Di tengah gegap gempita ajakan healing dan pencarian hidden gems di medsos, berdiam di rumah bisa terasa seperti melewatkan kesempatan – atau bahkan gagal memanfaatkan cuti tahunan secara maksimal.
Para ahli menambahkan, kaitan antara mengambil cuti dan bepergian ke luar negeri berawal dari gagasan bahwa melancong menawarkan "pelarian” dari stres keseharian dan memenuhi kebutuhan otak akan hal-hal baru.
Melancong juga dapat memutus rutinitas, dan hal itu bisa terasa bagaikan healing bagi sebagian orang.
"Mengunjungi tempat baru, bertemu orang dengan cara pandang berbeda, menstimulasi pikiran dan membuka mata terhadap kemungkinan baru tampak seperti cara sempurna untuk recharge," imbuh Martine Hill, konselor dan direktur Alliance Counselling.
Priscilla mengatakan: "Sebagian orang percaya melancong bikin waktu terasa lebih bermakna dan berkesan, seolah-olah sudah betul-betul ‘memanfaatkan’ cuti dengan baik."
APA ARTI SESUNGGUHNYA DARI RECHARGE DAN RESET?
Perlu diakui, film dan iklan turut membentuk gambaran kita tentang liburan yang sempurna, mulai dari menyeruput segelas minuman dingin di hamparan pantai yang indah hingga berbaring nyaman di kamar hotel mewah yang cukup luas untuk seluruh keluarga – termasuk anjing peliharaan.
Namun, memulihkan energi lahir dan batin sebenarnya tidak bergantung pada kemewahan semacam itu.
Menurut Priscilla, istirahat yang sesungguhnya adalah "mengembalikan energi fisik, mental, dan emosional kita sampai ke level di mana kita merasa kembali segar, seimbang, dan mampu menghadapi berbagai tuntutan hidup."
Sebagai contoh, istirahat fisik bisa berarti memberikan cukup istirahat bagi tubuh, misalnya dengan tidur berkualitas.
Menenangkan pikiran dapat dicapai dengan melakukan hobi yang redakan stres, atau menghabiskan waktu di alam terbuka.
Di sisi emosional, yang diperlukan antara lain rekoneksi dengan diri atau orang-orang tercinta, menyadari indahnya momen-momen kecil, dan mengurangi kelelahan mental.
Tentu saja, manfaat pemulihan ini juga bisa didapatkan lewat traveling, tetapi hanya kamu sendiri sebetulnya yang paham apakah kegiatan semacam itu benar-benar memberikan relaksasi dan energi baru.
Martine mengatakan: "Istirahat bukan cuma soal mengurangi kegiatan, tapi juga soal apa yang memberimu energi."
"Ini urusan memperlambat ritme, mengambil jarak dari stres sehari-hari, dan melakukan sesuatu yang menyenangkan atau bikin rileks. Cukup istirahat artinya bisa kembali ke tanggung jawab Anda dengan energi, fokus, dan keseimbangan yang lebih."
Ya, semua itu memang bisa dicapai di resor luar negeri, tetapi para ahli kesehatan mental menegaskan bahwa istirahat tidak tergantung pada lokasi, melainkan pada pendekatan yang diambil.
REPOTNYA TRAVELING
Melancong ternyata punya berbagai kekurangan.
Selain kemungkinan mahal dan penuh tekanan, traveling kadang justru lebih melelahkan ketimbang rutinitas yang ingin dihindari, terutama jika harus memikirkan soal kasur kotor, risiko keracunan metanol, hingga kecelakaan.
Perjalanan udara, itinerari, dan destinasi wisata yang ramai sering kali menambah tantangan logistik, sehingga mengurangi tujuan utama liburan, yakni bersantai.
Itulah alasan para pakar sepakat bahwa berada di rumah saja sambil melakukan berbagai aktivitas bisa sama menyegarkannya dengan berlibur.
Dengan begitu, menurut Martine, kamu dapat langsung menikmati aktivitas yang benar-benar menyegarkan jiwa, menghindari kerepotan yang kerap menyertai perjalanan, seperti jet lag, mengisi dan membongkar koper, hingga mengantre dan menunggu di bandara.
REKREASI TANPA HARUS BELI TIKET PESAWAT
Ada banyak cara untuk mengembalikan energi dan memulihkan semangat, dan para ahli kesehatan mental menekankan pentingnya mengidentifikasi berbagai aktivitas spesifik yang memang memiliki efek restoratif bagi tiap individu.
Mau pilih pijat di Thailand atau habiskan satu hari dengan tenang di rumah saja, yang penting adalah menemukan hal yang benar-benar menyegarkan fisik dan mental.
Menurut Radhika Haralalka, konselor dari penyedia layanan kesehatan mental The Other Clinic, istirahat bisa diibaratkan mengisi ulang daya baterai.
"Kita bisa mulai dengan menyadari bahwa istirahat dan pemulihan tidak ditentukan oleh perjalanan. Recharging bisa macam-macam bentuknya, dan tidak masalah mau di rumah atau di luar negeri," ujar Priscilla.
"Bagi sebagian orang, dengan di rumah saja mereka bisa istirahat, tidak stres akibat planning, dan punya waktu berkualitas dengan orang-orang terdekat, dan itu bisa meningkatkan hubungan emosional dan ketenangan," tambah Priscilla.
Menurutnya, kita bisa mengubah cara pandang terkait makna take a break.
Beberapa bentuk rekreasi yang disarankan meliputi aktivitas fisik ringan seperti peregangan, berjalan-jalan di taman terdekat, atau melakukan yoga agar tubuh tetap bergerak.
Berdasarkan penelitian, menghabiskan waktu di alam terbuka dapat mengurangi kelelahan mental dan meningkatkan kinerja kognitif, ungkap Priscilla.
Aktivitas santai lain seperti melukis, membuat kue, dan menulis tidak saja menenangkan tetapi juga memberi kepuasan batin.
Bahkan "detoks digital sehari" dengan membaca buku, bermeditasi, atau menikmati keheningan pun memiliki efek restoratif, ujar Martine.
Terakhir, menghabiskan waktu dengan kawan-kawan dan orang-orang terdekat membantu membangun koneksi bermakna dan memicu pelepasan oksitosin, hormon yang meningkatkan relaksasi dan meredakan stres.
"Istirahat itu soal melakukan apa pun yang benar-benar bikin energi kita pulih," ujar Priscilla, entah itu menyepi, berkreasi, menjalin koneksi, atau sekadar menjauh sejenak dari tanggung jawab sehari-hari.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya.