Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Lifestyle

5 tips lawan canggung ketika berbasa-basi dengan atasan

Terjebak lama dalam lift dengan si bos? Berikut beberapa kiat untuk menghindari awkward silence atau keheningan yang canggung.

5 tips lawan canggung ketika berbasa-basi dengan atasan

Percakapan santai dengan atasan tidak harus berujung yang menimbulkan rasa cemas. (Ilustrasi: CNA/Samuel Woo)

Bertahun-tahun lalu, sebagai pekerja magang nan hijau yang bersemangat menorehkan prestasi, saya mendapati diri saya terjebak dalam salah satu situasi tempat kerja yang paling ditakuti: Naik lift bersama atasan.

"Selamat pagi," kata atasan saya saat pintu tertutup.

"Pagi!" Saya menjawab dengan sedikit terlalu antusias, langsung menyesali nada yang terlalu ceria dan tinggi yang biasa saya gunakan saat gugup.

Lalu ... hening.

Lift berdengung pelan. Saya menatap lurus ke depan. Telapak tangan saya berkeringat, lutut lemas, lengan berat.

"Jadi," katanya, memecah keheningan, "bagaimana kamu menemukan hal-hal sejauh ini?"

Otak saya bekerja ekstra keras. Haruskah saya terdengar santai? Antusias? Tenang tapi kompeten?

Saya berdeham dan memilih untuk berkata dengan gemetar, "Ya, semuanya hebat!"

Sebelum saya bisa menahan diri, saya menambahkan: "Benar-benar belajar banyak tentang, eh, bos tahu, email ... dan semacamnya."

Atasan saya tersenyum, sopan tapi sedikit bingung. “Bagus. Email itu penting pastinya.”

Saya berharap bisa menggali lubang di lantai lift saat itu juga dan membenamkan wajah saya, tidak pernah muncul lagi sampai seseorang dengan baik hati mengirimi saya email bahwa keadaan sudah aman.

“Email dan semacamnya”? Mengapa saya mengatakan itu?

Sebaliknya, saya harus berdiri di sana sepanjang masa seolah-olah waktu telah berhenti berdetak, dalam hati memohon lift untuk bergerak lebih cepat.

Ketika pintu akhirnya terbuka di lantai 28, saya keluar dengan hampir melompat dan menggumamkan sesuatu tentang kembali mengerjakan sebuah laporan analitik.

Bertahun-tahun kemudian, saya masih memikirkan peristiwa dalam lift itu dari waktu ke waktu dan menggigil karena malu.

Berbicara dengan atasan memang bisa jadi sulit. Sepanjang sebagian besar karier saya, saya kurang pandai berbasa-basi dengan atasan saya.

Apa yang harus saya katakan? Apa yang bisa saya katakan?

Berbincang-bincang ringan dengan atasan di kantor bisa terasa canggung. (Foto: Pexels)

Sekarang setelah saya berada di sisi lain dari jurang pemisah antara atasan dan bawahan, saya telah memperoleh sejumlah perspektif dan wawasan tentang cara yang lebih baik untuk menjembatani jurang kecanggungan ini.

Pertama-tama, saya bukan penggemar dialog yang sudah ditulis atau basa-basi yang kaku. Kamu tidak ingin terdengar seperti seseorang yang telah membaca terlalu banyak artikel LinkedIn tentang "Cara Membangun Hubungan dengan Manajer Anda dalam 60 Detik".

Itu tidak berarti kamu harus melakukannya secara asal-asalan. Kamu memerlukan strategi.

Jadi, bagi mereka yang takut bersua secara spontan dengan atasan, izinkan saya berbagi beberapa kiat tentang cara menghadapi situasi sulit saat kamu berada di lift yang sama dengan atasan — atau lebih buruk lagi, duduk tepat di sebelahnya saat makan malam perusahaan.

1. NGOBROL RINGAN DAN SANTAI

Aturan pertama dalam obrolan ringan: Obrolannya ya harus ringan.

Anggap saja itu sebagai camilan ringan, sesuatu yang dapat kamu ambil dan bawa pergi.

Tidak ada yang ingin merasa seperti disergap dengan podcast Deddy Corbuzier dadakan saat mereka minum kopi. Tetaplah sederhana dan mudah dicerna.

“Jadi, acara apa yang terakhir kamu tonton?” atau “Apa yang kamu lakukan di akhir pekan?”

Ini adalah topik yang tidak berbahaya. Topik ini tidak menuntut komitmen, tetapi membuat dialog terus berlanjut.

Tidak ada yang mengharapkan sesuatu yang mendalam atau berarti, hanya sedikit candaan dangkal untuk mengisi kekosongan.

2. MENGELUH BERSAMA

Ah, nikmatnya berbagi kesengsaraan.

Hanya sedikit hal yang dapat mengikat manusia lebih cepat daripada saling mengeluh. Selang semprotan kloset yang terus-menerus bocor di tengah hari? Klien yang berulang-ulang meminta revisi? Bahan yang sempurna untuk saling mengeluh.

Mengeluh itu, jika dilakukan secara tidak berlebihan, bak minyak pelumas percakapan. Mengeluh dapat membuat suasana menjadi lebih santai, membuat semua orang merasa seperti mereka satu pikiran dalam hal ini dan, yang terpenting, menunjukkan bahwa kalian sama-sama manusia.

Jangan terlalu negatif dan terkesan seperti bom waktu yang beracun.

"Kamu tahu enggak sudah empat kali dalam tiga minggu terakhir ini semprotan kloset berubah menjadi air mancur?" Ini akan menjadi hal yang sederhana, efektif, dan dijamin akan mengundang tawa — atau setidaknya anggukan setuju. Ini adalah langkah awal yang mudah untuk membangun persahabatan.

Buatlah obrolan ringan yang sederhana dan mudah dicerna, seperti acara yang sedang kamu tonton atau apa yang kamu lakukan di akhir pekan. (Foto: Unsplash)

3. BACA SUASANA RUANGAN

Terkadang cara terbaik untuk memulai percakapan adalah dengan tidak memulai percakapan apa pun.

Atasan juga manusia dan ada kalanya mereka mungkin sedang banyak pikiran.

Simak suasana di dalam ruangan. Jika mereka tampak tegas atau tidak ramah hari itu, mungkin sekarang bukan saat yang tepat untuk meminta prediksi mereka tentang siapa yang akan muncul sebagai pasangan pemenang dalam acara realitas Korea Selatan "Single's Inferno".

Kamu akan mendapatkan kesempatan — ada waktu dan tempat untuk segalanya.

4. MENGUSIK DIRI SENDIRI

Humor dapat melucuti bahkan bos yang paling mengintimidasi, tetapi ini adalah alat yang kadang sulit digunakan. Batas tipis antara lucu dan tidak pantas lebih tipis dari sinyal Wi-Fi di kamar mandi kantor.

Biar aman, gunakan humor berdasarkan observasi atau mengusik diri sendiri. Hampir semua orang menyukai orang yang tidak menganggap diri mereka terlalu serius. Itu membuat kamu mudah didekati dan bahkan teman nongkrong yang menyenangkan.

Ingatlah untuk menjaga humor tetap ringan dan tidak menyinggung sehingga tidak menjadi situasi yang harus ditangani bosmu.

5. STRATEGI KELUAR

Mungkin bagian yang paling diabaikan dari obrolan ringan adalah mengetahui kapan harus berhenti.

Kamu tidak ingin menjadi orang yang terus mengoceh sementara atasanmu mencari-cari alasan untuk keluar dari kantor seperti sedang berada di ruang pelarian (escape room).

Setelah berbasa-basi, memuji sepatu kets terbarunya (tentu saja dengan tulus), atau bersimpati atas betapa buruknya hari Senin pagi — pergilah dengan anggun.

“Baiklah, sebaiknya saya tidak menahan bos. Sampai jumpa di rapat nanti!” Ini akan menjadi hal yang halus, sopan, dan menghargai waktu mereka. Kamu telah berbincang dan menjalin koneksi dengan beliau, dan sekarang kamu akan melanjutkan keseharianmu.

JAGA KESEIMBANGAN

Percakapan dengan atasan tidak harus berujung kebuntuan yang menimbulkan kecemasan.

Dengan beberapa topik yang dipilih dengan cermat, sentuhan humor, dan strategi keluar yang solid, kamu akan mengubah keheningan yang canggung menjadi senda gurau yang mudah dalam waktu singkat. Jadi, jika kamu terjebak di lift menuju lantai 28 bersama atasanmu, kamu sudah siap. Jangan bawa-bawa soal "email dan lain-lain".

Kelvin Kao adalah co-owner dari sebuah creative agency serta sebuah kafe.

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.

Source: CNA/jt

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan