Viral larangan teh untuk anak, apa benar ganggu penyerapan zat besi?
Isu ini tentu memicu kekhawatiran di kalangan orang tua, mengingat zat besi sangat penting untuk tumbuh kembang anak, termasuk untuk membantu kecerdasan dan daya tahan tubuh.
Akhir-akhir ini, media sosial ramai dengan peringatan tentang bahaya teh bagi anak-anak, yang disebut dapat ganggu penyerapan zat besi sehingga menyebabkan anemia.
"Fungsi zat besi untuk membantu perkembangan otak, kecerdasan, kognitif, konsentrasi, dan IQ. Selain itu juga berguna untuk meningkatkan imunitas kekebalan tubuh, sumber energi otot untuk keterampilan motorik, dan mencegah stunting," tulis foto resep dokter yang ramai dibagikan tersebut.
Isu ini tentu memicu kekhawatiran di kalangan orang tua, mengingat zat besi sangat penting untuk tumbuh kembang anak, termasuk berperan penting membantu kecerdasan, kekuatan otot, dan daya tahan tubuh.
Namun, apa benar teh tidak baik diminum untuk anak-anak? Simak penjelasan para dokter berikut ini.
KURANG INFORMASI
Konten peringatan tentang teh yang dapat mengganggu penyerapan zat besi pada anak pertama kali dibagikan oleh dokter spesialis anak, dr. Jati Kusuma Wardhani, SpA.
Beliau mengungkapkan bahwa sering kali pemberian teh oleh orang tua atau bahkan kakek-nenek dapat menjadi pemicu anemia defisiensi besi pada anak.
"Kasusnya cukup banyak, terutama dari keluarga yang masih kurang informasi," ujar Dr. Jati kepada detikcom.
Dalam salah satu unggahannya, dr. Jati membagikan kisah pasiennya yang berusia dua tahun, yang mengalami anemia setelah sering diberi teh oleh neneknya.
Kadar hemoglobin (Hb) anak tersebut turun hingga 8,7 g/dL, jauh di bawah batas normal yang seharusnya lebih dari 11,0 g/dL.
Meski tampak sehat dan aktif, anemia defisiensi besi akhirnya terdeteksi saat pemeriksaan lab karena anak tersebut sedang dirawat akibat penyakit lain.
Menurut Dr. Jati, anemia defisiensi besi sering tidak terdeteksi karena gejalanya tidak selalu terlihat jelas.
"Anemia ini biasanya baru terdeteksi melalui pemeriksaan lab, dan saat gejala muncul, kadar Hb sudah turun drastis di bawah 8," jelasnya.
Ia pun mengimbau agar teh tidak diberikan pada anak kecil dan konsumsi teh juga dibatasi untuk ibu hamil, ibu menyusui, serta wanita usia subur.
EFEK TANIN DALAM TEH
Salah satu penyebab utama teh bisa berbahaya bagi penyerapan zat besi adalah kandungan tanin di dalamnya.
Spesialis gizi klinik dr. Raissa E Djuanda, MGizi, SpGK, AIFO-K, FINEM, menjelaskan bahwa tanin dalam teh dapat mengikat zat besi dari makanan, sehingga tubuh anak sulit menyerap zat besi dengan baik.
"Tanin ini dapat mengikat zat besi dalam makanan, sehingga penyerapan zat besi menjadi kurang," jelas dr. Raissa.
BOLEHKAH ANAK MINUM TEH?
Meskipun demikian, bukan berarti teh harus sepenuhnya dihindari.
Menurut dokter spesialis gizi klinis MRCCC Siloam Hospital, dr. Inge Permadhi MS, SpGK, teh tidak selalu berdampak buruk pada anak jika dikonsumsi dengan bijak.
"Sebenarnya teh tidak terlalu bermasalah. Teh juga mengandung antioksidan yang bermanfaat," jelas Dr. Inge saat dihubungi oleh Kompas.com pada Rabu (9/10).
Namun, ia menambahkan bahwa konsumsi teh sebaiknya tidak berlebihan, dan air putih tetap menjadi pilihan terbaik untuk anak.
Selain itu, dr. Raissa menyarankan bahwa orang tua masih bisa memberikan teh kepada anak, asalkan tidak bersamaan dengan makanan yang kaya zat besi, seperti daging merah, sayuran hijau, dan kacang-kacangan.
"Tunggu setidaknya 1-2 jam setelah makan sebelum memberikan teh," tambahnya.
Dr. Raissa juga merekomendasikan agar orang tua memilih teh yang tidak terlalu kental atau memilih teh dengan kandungan tanin yang lebih rendah, seperti teh hijau.
Menambahkan buah-buahan tinggi vitamin C, seperti jeruk atau strawberry, juga dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh.
Sementara itu, dr. Inge menambahkan bahwa masalah utama teh untuk anak bukan hanya pada kandungan taninnya, tetapi juga pada gula tambahan yang sering kali dicampurkan.
"Biasanya yang salah bukan tehnya, tapi gulanya," tegas Dr. Inge. Gula berlebihan dalam teh dapat memicu masalah obesitas dan penyakit tidak menular lainnya, yang pada akhirnya bisa berakibat buruk bagi kesehatan anak.
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.