Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Lifestyle

Lagu baru Taylor Swift ini ternyata soroti beban ganda perempuan, bekerja di rumah dan kantor

Pekerja perempuan selalu menanggung beban ganda: harus mampu mimikul tanggung jawab di kantor dan dituntut piawai mengatur rumah tangga. Terima kasih, Taylor Swift, telah menyuarakan hal ini. 

Lagu baru Taylor Swift ini ternyata soroti beban ganda perempuan, bekerja di rumah dan kantor
Lagu itu berjudul I Can Do It With a Broken Heart, yang memuat satu baris yang akan sangat mengena bagi para pekerja perempuan. (Foto: Instagram/taylorswift)

Ketika Taylor Swift mengumumkan ia akan meluncurkan album terbarunya, The Tortured Poets Department (TTPD), saat menerima penghargaan Album Terbaik Tahun Ini untuk Midnights di Grammy Awards awal April lalu, para penggemarnya, yang biasa disebut Swiftie, segera saja histeris. 

Selain senang bukan kepalang karena idolanya akan meluncurkan puluhan lagu terbaru, banyak di antara mereka yang juga mempertanyakan, "Bagaimana Taylor Swift bisa sangat produktif seperti itu?"

TayTay, sapaan akrab Taylor, sudah memberikan jawabannya: bahwa ia sangat suka menulis lagu dan bahagia saat membagikannya kepada para penggemar. 

Setelah peluncuran album TTPD pada 19 April lalu, barulah para penggemar menyadari bahwa ternyata ada salah satu dari 31 lagu TayTay ada yang menyentil soal menjadi sangat produktif, dan beban ganda yang dipikul para pekerja perempuan: beban pekerjaan di kantor dan urusan rumah tangga di rumah. 

Lagu itu berjudul I Can Do It With a Broken Heart, yang memuat satu baris yang akan sangat mengena bagi para pekerja perempuan: "Aku sering menangis, tapi tetap sangat produktif, dan ini sebuah karya seni."

Potongan lirik lagu yang singkat itu pun langsung viral di media sosial TikTok. Para pekerja perempuan menggunakan lirik itu dalam video yang menunjukkan keseharian mereka, dan betapa beratnya beban ganda yang mereka pikul.

"Ini dirasakan baik oleh generasi millenial maupun Gen Z, yang menurutku menunjukkan bahwa Gen Z merasakan tekanan ‘girl-boss’ yang sama yang terkenal dialami oleh generasi millenial," kata Casey Lewis, peramal tren media sosial, dikutip dari CNBC. 

Ada alasan mengapa lirik itu begitu mengena. "Kita selalu dijejali pemikiran bahwa untuk memiliki semua hal kita harus bisa melakukan semuanya. Dann untunglah ada orang seperti Taylor Swift yang menyuarakan hal ini." 
 

Pekerja perempuan menanggung beban ganda

Menurut survei terbaru Pew Research Center dan analisis data pemerintah Amerika Serikat, perempuan mendapat beban ganda karena harus mengurus pekerjaan kantor dan rumah tangga secara bersamaan. 

Pada bulan Februari 2024, tingkat partisipasi angkatan kerja untuk perempuan antara usia 25 dan 54 tahun mencapai 77,7%, menurut data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS. Angka itu hanya menurun 0,1% dari 77,8% pada Juni 2023. 

Namun, meskipun banyak perempuan yang kini turut menjadi pencari nafkah, pembagian kerja di rumah hampir tidak berubah, menurut laporan Pew.

"Kita menunaikan banyak peran, tetapi seringkali tanpa dibekali infrastruktur perawatan, dukungan dari pemberi kerja, atau pembagian kerja yang adil di rumah," ujar Heather Boneparth, salah satu penulis The Joint Account, buletin finansial untuk keuangan rumah tangga. 

"Tetapi biaya hidup terus meningkat sementara PHK di mana-mana. Tidak bekerja terkadang bukan sebuah pilihan," ujarnya. 

Pada saat yang sama, tingkat stres bagi perempuan pekerja telah meningkat seiring dengan panjangnya jam kerja. Hal ini tentu berpengaruh terhadap kesehatan mental yang buruk, menurut laporan terbaru Deloitte yang diterbitkan tahun ini tentang Perempuan di Dunia Kerja. 

Laporan itu juga menegaskan bahwa selain memikul peran sebagai pencari nafkah, perempuan juga tetap menanggung sebagian besar tanggung jawab untuk merawat anak, tugas rumah tangga, dan merawat orangtua. 

Tahun ini, lebih dari 50% responden perempuan mengaku tinggal dengan pasangan, memiliki anak dan mengatur urusan merawat anak. Tahun lalu, angkanya sebesar 46%.

Selain itu, 37% responden perempuan mengaku mereka merasa harus memprioritaskan karier pasangannya di atas karier mereka sendiri. Selain karena pasangannya menghasilkan uang yang lebih besar, mereka melakukannya karena ekspektasi masyarakat terhadap perempuan. 

"Ini hal yang seharusnya banyak didiskusikan. Lagu Taylor Swift bisa menjadi salah satu pemantiknya," ujar Chief Diversity, Equity dan Inclusion Officer Global Deloitte Emma Codd, yang juga merupakan seorang ibu dan pekerja perempuan. 


 

Source: Others/ps

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan