'Kenapa miskin pengen hidup bergaya?': Debat dengan Dedi Mulyadi, Aura Cinta jadi sorotan
Debat soal larangan acara perpisahan sekolah berkembang jadi perbincangan publik tentang hak, keadilan sosial, dan gaya hidup. Siapa sebenarnya Aura Cinta?

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tengah berinteraksi dengan para korban penggusuran dari bantaran Sungai Bekasi, seperti terlihat dalam video yang diunggah di kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Sabtu, 26 April 2025. (Foto: YouTube/Kang Dedi Mulyadi Channel)
BANDUNG: Nama Aura Cinta mendadak mencuat di tengah sorotan publik setelah video perdebatan sengitnya dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, viral di media sosial.
Video tersebut awalnya diunggah di kanal YouTube pribadi Dedi pada 26 April 2025 dan telah ditonton lebih dari 3,4 juta kali dalam waktu tiga hari.
Dalam video itu, Aura yang merupakan lulusan SMAN 1 Cikarang, menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap larangan acara perpisahan sekolah, yang menurut Dedi berpotensi membebani keuangan orang tua siswa.
Perdebatan tersebut kemudian meluas menjadi diskusi soal hak, keadilan sosial, dan gaya hidup, memicu pro-kontra di kalangan masyarakat.
Aura, yang hadir bersama ibunya sebagai perwakilan korban penggusuran dari bantaran Sungai Bekasi, menilai perpisahan sekolah merupakan momen penting untuk membangun kenangan sebelum melangkah ke jenjang kehidupan berikutnya.
"Saya ngerasa kan udah lulus ya. Kalau misalkan enggak ada perpisahan, kita tuh enggak bisa kumpul bareng atau rasain gimana-gimana kumpulnya interaktif sama teman-teman itu, Pak," ujar Aura yang diunggah di kanal Dedi Mulyani pada Sabtu (26/4).
Namun, Dedi Mulyadi tetap pada pendiriannya bahwa perpisahan maupun study tour sebaiknya ditiadakan bila membebani orang tua. Ia menilai memori indah masa sekolah justru terbentuk dalam proses belajar, bukan dalam seremoni perpisahan.
"Tanpa perpisahan emang kehilangan kenangan? Kenangan indah itu saat proses belajar tiga tahun," ujar Dedi dalam video di akun YouTube miliknya.
Dedi kemudian mengklarifikasi melalui akun Instagram bahwa Aura bukan lagi remaja karena usianya hampir 20 tahun, serta sudah menekuni dunia hiburan sebagai model dan bintang iklan.
"Dia sudah menjadi bintang iklan, sudah bisa mencari uang oleh dirinya sendiri. Jadi bukanlah kategori remaja apalagi anak-anak," ungkap Gubernur Jawa Barat itu pada Selasa (29/4).
LATAR BELAKANG AURA CINTA
Aura ternyata pernah bermain dalam sinetron di stasiun televisi nasional dan dikenal sebagai model busana, menurut laporan CNN Indonesia.
Namun, dalam debat dengan Dedi, Aura merasa ia berasal dari keluarga kurang mampu. Meskipun demikian, menurut Aura, biaya sekitar Rp1 juta untuk acara perpisahan masih tergolong masuk akal dan tidak berlebihan.
"Saya cuma minta keadilan aja, Pak," ucap Aura dalam debat tersebut.
Namun, Dedi mempertanyakan mengapa orang dengan latar belakang ekonomi pas-pasan tetap ingin hidup bergaya dan menyelenggarakan acara mahal.
"Kenapa miskin ingin hidup bergaya, sekolah harus ada perpisahan? Kenapa orang miskin enggak prihatin?" tanya Dedi dalam video tersebut.

Dedi bahkan menyinggung soal tempat tinggal keluarga Aura yang digusur dari bantaran kali dan kini menuntut penggantian rumah.
"Saya [tanya] balik, tinggal di tanah orang lain harus bayar enggak sama yang punya tanah? Kalau saya balik nuntut, pemdanya suruh minta tagihan dihitung beberapa tahun ke belakang bayar tiap tahun," kata Dedi.
Aura pun menanggapi dengan nada emosional, "Bapak kan bisa lihat dulu latar belakang saya, saya miskin atau enggak, mampu bayar atau enggak."
Saat ditanya oleh Dedi apakah dirinya miskin, Aura menjawab tegas, "Iya, saya mengakui."
Meskipun perdebatan berlangsung panas dan sempat menyulut sindiran tajam, Dedi Mulyadi menyatakan dirinya tidak menyimpan prasangka buruk terhadap Aura.
"Saya tidak berprasangka buruk, saya berprasangka baik. Anak itu pintar dan anak itu berani sehingga mau menyampaikan di depan gubernur," ungkap Dedi pada Senin (28/4), dikutip dari Detik.
Namun, menurutnya, pendapat Aura belum memiliki landasan hukum yang kuat. Ia menggarisbawahi bahwa tugas gubernur adalah memastikan kebijakan dibuat berdasarkan kebutuhan mayoritas masyarakat, bukan hanya berdasarkan pengalaman pribadi seseorang.
"Pendapatnya bukan hanya dirinya sendiri. Orangtuanya boleh wisuda, orangtuanya boleh perpisahan, cuma Rp1 juta doang itu bagi keluarga mereka. Tapi keluarga yang lain itu sangat berat," kata Dedi.
Sebagai solusi, Dedi membuka opsi agar perpisahan bisa tetap digelar, asalkan diselenggarakan secara mandiri tanpa melibatkan sekolah agar tidak menambah beban finansial bagi orang tua siswa.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.