'Pejamkan mata, bayangkan Walid': Serial Bidaah asal Malaysia viral, bongkar penyimpangan berkedok agama

Serial Bidaah produksi Malaysia tengah jadi pembicaraan hangat di media sosial, terutama TikTok. Bukan hanya karena akting para pemainnya yang kuat atau kisahnya yang penuh kontroversi, tapi juga karena keberaniannya mengangkat isu sensitif: praktik sekte menyimpang dalam balutan agama Islam.

Serial ini mengangkat kisah Baiduri (Riena Diana), perempuan muda yang dipaksa oleh ibunya, Kalsum (Fazlina Ahmad Daud), bergabung dengan kelompok agama bernama Jihad Ummah.

Kelompok tersebut dipimpin oleh Walid Muhammad Mahdi Ilman (Faizal Hussein), sosok karismatik yang mengklaim dirinya Imam Mahdi dan menyebut posisinya setara dengan nabi dan rasul. 

Awalnya, Jihad Ummah terlihat seperti komunitas keagamaan yang taat. Namun, Baiduri mulai mencurigai ajaran mereka ketika menemukan praktik-praktik mencurigakan seperti pernikahan paksa dan ketaatan mutlak kepada pemimpin.

Kecurigaan Baiduri semakin menguat setelah kedatangan Hambali (Fattah Amin), putra salah satu tokoh penting dalam kelompok itu. Sepulangnya dari Yaman, Hambali menyadari bahwa ajaran yang dianut Jihad Ummah jauh menyimpang dari ajaran Islam. 

Bersama Baiduri, Hambali berjuang mengungkap kebenaran dan menyelamatkan orang-orang di sekitar mereka dari jerat pemimpin palsu.

VIRAL BERKAT MEME, VIDEO HUMOR

Serial Bidaah viral dipicu oleh karakter utamanya, Walid, yang diperankan oleh aktor senior Faizal Hussein. Adegan ikonik ketika Walid menyuruh para perempuan yang menjadi pengikutnya memejamkan mata dan membayangkan wajahnya agar dapat bertemu dengan malaikat. 

Netizen pun ramai mengutip kalimat, "Pejamkan mata, bayangkan muka Walid," yang kemudian menjadi meme di berbagai unggahan media sosial. 

Tak sedikit kreator konten yang memarodikan adegan tersebut dalam bentuk video humor, menurut laporan Liputan6. 

Namun di balik kehebohan viral itu, Bidaah menyimpan pesan serius yang menyentuh. 

TERINSPIRASI KISAH NYATA

Cerita dalam serial Bidaah tidak sepenuhnya fiksi. Banyak yang percaya kisah ini terinspirasi dari pengalaman nyata produsernya, Erma Fatimah. 

Dalam sebuah wawancara yang dikutip dari Majority pada Senin (7/4), Erma mengungkapkan kisah tragis yang ia alami saat terlibat dengan sebuah kelompok keagamaan.

"Awalnya semua terlihat benar, ajaran agamanya sesuai, zikirnya juga betul. Sampai suatu hari, seorang anak di kelompok itu berkata kepada saya bahwa guru mereka telah menyetubuhinya," ujar Erma.

Ia mengungkapkan bahwa korban bukan hanya satu, tapi beberapa anak muda berusia remaja hingga awal 20-an. Kejadian itu terjadi di luar Kuala Lumpur.

"Ini bukan soal menjatuhkan Islam. Ini tentang menyadarkan masyarakat, sekte-sekte menyimpang memang nyata adanya. Dan banyak yang tertipu karena tak pernah menyelidiki lebih dalam," katanya, dikutip dari Berita Satu. 

Erma pun berharap serial Bidaah bisa membuka mata publik, khususnya para orang tua, agar lebih selektif dalam memilih institusi pendidikan agama untuk anak-anak mereka.

"Jangan hanya karena ingin anak jadi baik, lalu sembarangan memasukkan mereka ke sekolah pondok tanpa memastikan kredibilitasnya dahulu," tambahnya.

Serial ini disutradarai Pali Yahya dan ditulis oleh Eirma Fatima, diproduksi oleh Rumah Karya Citra Sdn Bhd. 

Bidaah terdiri dari 15 episode berdurasi sekitar 30–42 menit, dengan jadwal tayang setiap Kamis, Jumat, dan Sabtu di platform Viu.

1 MILIAR VIEWS

Respon penonton pun luar biasa. Berdasarkan pengumuman resmi Viu Malaysia, hingga 3 April 2025 Bidaah telah meraih lebih dari 1 miliar penayangan di platform digital dan media sosial.

"Dengan lebih dari 1 miliar penayangan di platform digital dan media sosial, Bidaah terus menjadi drama nomor 1 di Malaysia & Indonesia," tulis pihak Viu Malaysia dalam akun Instagram mereka. 

Tingginya antusiasme penonton menunjukkan bahwa drama ini berhasil menyentuh topik yang relevan. 

Tidak hanya membuka diskusi publik soal ajaran agama yang menyimpang, Bidaah juga menyuguhkan pesan moral penting tentang keberanian melawan ketidakadilan dan pentingnya berpikir kritis dalam beragama.