Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Lifestyle

Sejarah panjat pinang, dari hiburan penjajah Belanda menjadi lomba 17 Agustus yang dinantikan

Telah ada sejak puluhan tahun lalu, permainan ini dulu identik dengan perlombaan kaum pribumi yang jadi tontonan penjajah.

Sejarah panjat pinang, dari hiburan penjajah Belanda menjadi lomba 17 Agustus yang dinantikan

Ilustrasi lomba panjat pinang. (Reuters/Beawiharta)

Tidak lengkap rasanya jika peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus tidak dimeriahkan dengan lomba panjat pinang. Selain seru untuk ditonton, perlombaan ini juga menyajikan hadiah-hadiah yang menarik.

Perlombaan ini menggunakan batang pohon pinang yang ditancapkan ke tanah, membuatnya menjulang tinggi ke udara. Di pucuknya, digantungkan berbagai hadiah, dari barang kecil seperti ember, sepeda sampai televisi.

Pesertanya terdiri dari beberapa tim yang saling bahu membahu memanjat batang tersebut. Tidak mudah tentu saja, karena batangnya telah diolesi oli agar licin dan sulit dipanjat. Beberapa kali mereka jatuh merosot, jadi tontonan lucu dan menarik.

Dalam sejarahnya, panjat pinang telah ada di Indonesia sejak puluhan tahun lalu. Dikutip Detik, periset sejarah Fandy Hutari dalam buku "Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal" mengatakan bahwa panjat pinang adalah lomba yang diadopsi dari budaya Tionghoa.

Panjat pinang, lomba yang paling dinantikan setiap kali perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus. (iStock/maulina riski)

Dia menyebutkan, lomba ini pertama kali tercatat pada Dinasti Ming, dengan nama Qiang Gu dan erat kaitannya dengan Festival Hantu.

Lomba ini mulai dikenal di Indonesia pada masa penjajahan Belanda, sekitar tahun 1930-an. Para meneer Belanda mengadakannya sebagai hiburan ketika mengadakan hajatan, seperti pernikahan, naik pangkat atau pesta ulang tahun. Panjat pinang juga diadakan saat hari besar, seperti ketika ulang tahun rau.

Hadiah yang digantung adalah makanan seperti keju, gula, atau pakaian, barang-barang mewah bagi masyarakat pribumi ketika itu. Saat rakyat jelata yang miskin mati-matian mencoba memanjat pohon pinang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, warga Belanda menyaksikannya dengan gembira dan tertawa.

Lomba panjat pinang. (iStock/Yamtono_Sardi)

Di masa itu, panjat pinang seakan menjadi pemisah antara si kaya dan miskin, penjajah dan yang terjajah, dengan jurang kesenjangan yang menganga lebar. Tapi kini, panjat pinang telah dimainkan semua kalangan dan menjadi hiburan bagi semua orang, tanpa memandang status.

Panjat pinang kini bisa diartikan sebagai sebuah upaya keras atau perjuangan meraih hasil yang diinginkan, dan itu hanya bisa tercapai dengan bersatu, bahu membahu. Hadiah yang diperoleh kemudian dibagi sama rata antara peserta panjat pinang, bentuk keadilan atas kerja keras bersama.

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini. 

Source: Others/da

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan