Review film 1 Kakak 7 Ponakan: Siapkan hati dan tisu, drama keluarga ini penuh haru
Film ini bukan sekadar drama keluarga yang mengharukan, tetapi juga menghadirkan refleksi mendalam tentang pengorbanan dan tanggung jawab sandwich generation.

Poster Film 1 Kakak 7 Ponakan yang mulai tayang di bioskop Indonesia sejak 23 Januari 2025. (Foto: Instagram/1kakak7ponakan)
"Orang sungkan akan selalu dipertemukan dengan orang yang tidak tahu diri."
Kutipan ini mungkin akan terus terngiang di benak penonton setelah menyaksikan film bertema sandwich generation ini.
Film 1 Kakak 7 Ponakan merupakan salah satu film yang sangat saya tunggu-tunggu penanyangannya di bioskop. Ada beberapa hal yang menjadi alasan film ini pantas dinanti-nantikan penggemar film Indonesia.
Pertama, film ini garapan Yandy Laurens, sutradara pemenang Piala Citra untuk penulis skenario asli terbaik untuk film Jatuh Cinta Seperti Di Film-Film (JCSDFF), yang juga keluar sebagai Film Terbaik Festival Film Indonesia tahun 2024.
Kedua, film ini menandakan kali kedua Yandy mengadaptasi sinetron lawas karya Arswendo Atmowiloto. Sebelumnya, Yandy mengadaptasi kisah sinetron Keluarga Cemara menjadi tontonan layar lebar pada 2018 lalu.
Untuk memasukkan unsur kebaruan, Yandy yang merangkap sebagai penulis naskah film ini membalut film 1 Kakak 7 Ponakan dengan tema sandwich generation, tema yang belakangan banyak diperbincangkan.
Alasan ketiga, film ini sudah menuai perhatian besar sejak didapuk menjadi film penutup gelaran Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-19 pada Desember 2024 silam. JAFF telah lama dikenal sebagai salah satu festival film bergengsi yang selalu menampilkan karya-karya bermutu dari sineas terbaik Indonesia.
Lengkap rasanya alasan saya melangkahkan kaki ke bioskop untuk menyaksikan karya terbaru Yandy Laurens yang diproduksi oleh Mandela Pictures dan Cerita Films ini.

SINOPSIS 1 KAKAK 7 PONAKAN
Film 1 Kakak 7 Ponakan mengisahkan Moko (Chicco Kurniawan), mahasiswa arsitektur yang hampir lulus dan menjadi tulang punggung keluarga. Ia tinggal bersama kakaknya, Agnes (Maudy Koesnaedi) dan suaminya, Atmo (Kiki Narendra), yang memiliki tiga anak.
Namun, tragedi tiba-tiba menimpa keluarga ini. Agnes dan Atmo meninggal dunia, meninggalkan bayi yang baru lahir.
Tanggung jawab besar pun jatuh ke pundak Moko, yang kini harus mengasuh keponakannya di tengah perjuangan mencari kerja seusai kuliah dan menjalin hubungan dengan kekasihnya, Maurin (Amanda Rawles).
Saat Moko berusaha menyesuaikan diri dengan peran barunya, kakak lainnya, Osa (Niken Anjani) dan suaminya, Eka (Ringgo Agus Rahman), tiba-tiba kembali ke kehidupan mereka, menambah kompleksitas cerita.

EKSEKUSI EMOSIONAL YANG MENGGETARKAN
Dengan durasi 2 jam 11 menit, 1 Kakak 7 Ponakan terasa seperti drama keluarga yang dieksekusi dengan sepenuh hati.
Tidak berlebihan tampaknya jika saya berpendapat bahwa sebagian besar adegan memang ditampilkan untuk menimbulkan rasa haru di antara para penonton.
Saran saya, siapkan tisu di tangan agar kamu bisa sigap menghapus air mata yang tidak terasa akan menetes di sepanjang film ini.
Dari segi penceritaan, gaya bertutur Yandy Laurens terbilang unik, dengan sudut pengambilan gambar yang tidak biasa dan permainan pencahayaan yang menarik.
Babak awal film ini juga dituturkan dengan gaya yang terkesan kacau, mencerminkan kepanikan dan kekacauan yang dialami Moko pasca tragedi.
Moko dihadapkan pada berbagai dilema moral, mulai dari pengorbanan untuk keluarga hingga batas antara menjadi paman, orang tua dan adik.
Film ini seakan mempertanyakan ulang definisi kebaikan dalam hubungan berkeluarga, dan sampai di mana batas-batas membahagiakan orang lain sampai rela mengorbankan impian sendiri.
Untungnya, seiring waktu, film ini kemudian seperti menemukan pijakannya.
Pada paruh kedua, jalan cerita menjadi lebih mengalir, terutama ditandai dengan adengan bernyanyi bersama ditemani alunan piano oleh karakter Ais (Kawai Labiba), anak perempuan yang dititipkan kepada keluarga Moko.
AKTING MEMUKAU, KARAKTERISASI NAIF
Dari segi akting, Chicco Kurniawan tampil luar biasa sebagai Moko. Ia berhasil membawa emosi yang mendalam ke layar, didukung oleh Fatih Unru, Freya JKT48, Nadif H.S., dan Kawai Labiba yang memberikan nuansa kuat pada karakter keponakan-keponakannya.
Namun, jika dibandingkan dengan Keluarga Cemara dan JCSDFF, saya merasa karakterisasi dalam film ini kurang berkembang seiring dengan konflik dan resolusi yang dihadirkan.
Dalam drama keluarga seperti ini, kekuatan cerita tentu terletak pada karakterisasinya. Namun, tanpa perkembangan karakter yang berarti, film ini terasa seperti narasi melodramatis yang diisi karakter protagonis berhati emas sampai-sampai terasa naif.

Di sisi lain, karakter antagonis diberikan porsi jahat tanpa celah bagi penonton untuk berempati. Buat saya pribadi, karakterisasi yang terlalu hitam-putih seperti ini terasa kurang menarik.
Padahal, beberapa subplot, seperti perjuangan Ais dengan Pop Ais-nya, atau keponakan-keponakan Moko yang ingin mencari pengalaman kerja, justru terasa lebih menarik untuk dieksplorasi lebih dalam.
Untungnya, jajaran aktor senior seperti Kiki Narendra, Maudy Koesnaedi, Niken Anjani, dan Ringgo Agus Rahman tetap memberikan warna tersendiri dalam cerita. Meskipun durasi layar mereka terbatas, kehadiran mereka tetap meninggalkan kesan kuat.
MUSIK SAL PRIADI BIKIN AIR MATA MENETES
Sama seperti dalam film-film Yandy sebelumnya, musik menjadi elemen penting dalam membangun suasana emosional.
Kali ini, Yandy menyisipkan beberapa lagu Sal Priadi dengan soundtrack klasik, Jangan Risaukan. Kombinasi ini menghasilkan efek emosional yang kuat, terutama di beberapa adegan kunci.
Lagu-lagu seperti Kita Usahakan Rumah Itu dan Mesra-mesraannya Kecil-kecilan Dulu juga turut memperkaya atmosfer film.
Jangan salahkan dirimu jika "benteng pertahanan" yang kamu bangun sejak awal film untuk berupaya tidak menangis akhirnya harus jebol dan iringan lagu-lagu Sal tersebut.
Bagi kamu yang menyukai drama keluarga yang menyentuh hati, film 1 Kakak 7 Ponakan jelas wajib masuk daftar tontonan. Tapi jangan lupa, siapkan hati dan tisu sebelum menonton.
Film 1 Kakak 7 Ponakan hadir di bioskop Indonesia mulai 23 Januari 2025.
Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.