Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Lifestyle

Studi: Remaja Jakarta kesepian di tengah ramainya media sosial, membahayakan kesehatan mental

Generasi yang tumbuh di era digital kerap bersosialisasi melalui media sosial, namun interaksi semacam ini sering dangkal dan tak mampu menggantikan hubungan tatap muka yang lebih bermakna.

Studi: Remaja Jakarta kesepian di tengah ramainya media sosial, membahayakan kesehatan mental

Ilustrasi remaja menggunakan ponsel untuk mengakses sosial media. (Foto: iStock/Thai Liang Lim)

18 Dec 2024 12:20PM (Diperbarui: 18 Dec 2024 12:31PM)

Kesepian semakin menjadi isu mendesak di kalangan remaja dan dewasa muda di Indonesia, terutama di era digital yang serba terkoneksi.

Penelitian Health Collaborative Center (HCC) mengungkap bahwa 34 persen siswa SMA di DKI Jakarta terindikasi mengalami masalah kesehatan mental, dengan lebih dari 20 persen di antaranya merasa kesepian. 

Hal ini disebabkan oleh konflik dengan teman, minimnya hubungan dekat dengan teman sebaya, dan isolasi sosial akibat penggunaan gadget berlebihan.

Menurut pemerhati kesehatan yang juga aktif dalam riset terkait masalah mental dari Universitas Indonesia, Dr dr Ray Wagiu, MKK, FRSPH, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan data atau bahkan hipotesis dari kajian-kajian sebelumnya. 

"Hasil skrining ini menggambarkan betapa pentingnya analisis mendalam terhadap risiko gangguan emosional dan kesehatan mental di kalangan pelajar SMA di Jakarta," ungkapnya, menurut laporan Suara Terkini.

PENGARUH MEDIA SOSIAL

Ilustrasi generasi dewasa muda menggunakan ponsel untuk mengakses sosial media. (Foto: iStock/pocketlight)

Hasil riset tersebut juga sekaligus menunjukkan kesepian dipicu oleh berbagai faktor lingkungan dan sosial.  

Menurut Dr. Ray Wagiu, berbagai faktor itu termasuk adanya konflik dengan teman, tidak memiliki teman sebaya yang dinilai akrab, dan terpisahnya interaksi sosial akibat terlalu banyak penggunaan gadget dan bermain media sosial. 

Mantan Menteri Kesehatan RI, Prof Nila Moeloek, menyoroti dampak buruk media sosial terhadap kesehatan jiwa anak dan remaja. 

"Dulu, kebiasaan makan bersama keluarga menjadi momen berbagi cerita, tetapi kini anak-anak lebih sibuk dengan ponsel mereka di meja makan. Hal ini membuat mereka lama-kelamaan menjadi kesepian," ungkapnya pada Selasa (17/12) dilansir dari DetikHealth. 

Prof Nila Moeloek menyarankan adanya regulasi penggunaan gadget seperti di Belanda dan Australia, yang menerapkan batasan usia bagi anak-anak untuk dapat menggunakan media sosial.

Temuan ini sejalan dengan riset global yang dilakukan oleh Meta-Gallup. 

Riset itu menunjukkan bahwa tingkat kesepian tertinggi ditemukan pada orang dewasa muda berusia 19-29 tahun, mencapai 27 persen. 

Generasi Z, yang tumbuh di tengah derasnya arus informasi digital, kerap mengandalkan media sosial, seperti Instagram, TikTok, dan Twitter (X), untuk bersosialisasi. 

Namun, intensitas interaksi ini justru sering kali dangkal dan tidak menggantikan kebutuhan hubungan tatap muka yang bermakna.

INFORMASI KESEHATAN MENTAL

Ilustrasi generasi dewasa muda menggunakan ponsel untuk mengakses sosial media. (Foto: iStock/Kiwis)

Sejalan dengan temuan ini, Badan Bahasa menetapkan "kesehatan mental" sebagai frasa paling banyak dicari pada 2024. 

Kepala Badan Bahasa, E Aminudin Aziz, menyebutkan bahwa lebih dari 6 juta pencarian terkait isu ini dilakukan, mayoritas oleh generasi Z. 

"Generasi Z menunjukkan kepedulian yang lebih besar terhadap kesehatan mental dibandingkan generasi sebelumnya," ujarnya, pada Senin (17/12). 

Namun, fenomena ini juga memunculkan tren self-diagnose yang berpotensi menyesatkan. 

Dr. Ray Wagiu mengingatkan pentingnya literasi kesehatan mental yang baik. 

"Peningkatan kesadaran ini harus dibarengi dengan informasi yang tepat, agar tidak terjebak pada konten receh yang kurang bermanfaat," jelasnya.

RISIKO KESEHATAN MENTAL

Ilustrasi generasi dewasa muda menggunakan ponsel untuk mengakses sosial media. (Foto: iStock/mapo)

WHO sudah mengklasifikasikan kesepian sebagai ancaman kesehatan global. 

Data global menunjukkan bahwa kesepian meningkatkan risiko kematian dini hingga 26 persen, setara dengan merokok 15 batang per hari. 

Selain itu, isolasi sosial meningkatkan risiko demensia sebesar 50 persen, penyakit jantung 29 persen, dan stroke 32 persen.

Dosen Psikologi Universitas Gunadarma, M. Noor Rochman Hadjam, mengungkapkan bahwa kesepian bisa menjadi pemicu depresi berat dan bahkan keinginan bunuh diri. 

"Kesepian yang berkepanjangan menciptakan rasa putus asa, terutama bagi remaja yang merasa tidak memiliki dukungan dari keluarga atau teman," ungkapnya, menurut laporan RRI pada Agustus 2024. 

Orang tua, menurutnya, berperan penting sebagai pendengar dan pendukung yang baik bagi anak-anak mereka.

HINDARI KESEPIAN

Ilustrasi anak muda Gen Z atau Generasi Z. (Foto: iStock/nazar_ab)

Sebagai respons terhadap krisis ini, WHO membentuk Komisi Hubungan Sosial yang dipimpin oleh ahli bedah umum AS, Vivek Murthy. 

Komisi ini merekomendasikan berbagai cara untuk menghindari diri dari kesepian, seperti menghabiskan waktu bersama keluarga, bergabung dengan komunitas atau klub, beraktivitas di alam, menjadi sukarelawan, dan membangun hubungan yang lebih erat dengan tetangga.

Kesepian di kalangan anak muda bukan hanya persoalan individu, tetapi juga tantangan sosial yang membutuhkan perhatian semua pihak, mulai dari keluarga, sekolah, hingga pemerintah. 

Membangun kembali koneksi yang mendalam dan bermakna menjadi kunci untuk mengatasi epidemi kesepian ini.

Jika kamu merasakan keinginan untuk mengakhiri hidup, cari bantuan dengan menghubungi:

Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567

Kemenkes juga menyediakan 5 rujukan RS Jiwa dengan layanan telepon konseling:

1. RSJ Amino Gondohutomo Semarang: (024) 6722565
2. RSJ Marzoeki Mahdi Bogor: (0251) 8324024, 8324025, 8320467
3. RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta: (021) 5682841
4. RSJ Prof Dr Soerojo Magelang: (0293) 363601
5. RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang: (0341) 423444

Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. ​​​​​

Source: Others/ps

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan