Polemik nama NewJeans usai putus kontrak, siapa pemilik hak nama grup K-pop?
Kelima anggota NewJeans bisa menghadapi tuntutan hukum jika masih menggunakan nama grup itu setelah mengumumkan putus kontrak.

Girlband NewJeans dalam salah satu unggahan mereka di media sosial. (Foto: Instagram/@newjeans_official)
Sengketa terkait kepemilikan hak nama grup boyband atau girlband telah berulang kali terjadi di industri K-pop, yang teranyar terjadi pada NewJeans.
Girlband yang terdiri dari Minji, Hanni, Danielle, Haerin, dan Hyein ini mengumumkan sudah memutuskan kontrak dengan agensinya, ADOR, dan nama grup "NewJeans" kini jadi sengketa.
Grup yang dikelola oleh mantan CEO ADOR, Min Hee-jin, ini membuat akun Instagram baru, @jeanzforfree, pada Minggu (15/12) lalu, memicu spekulasi nama baru, yakni "NewJeanz".
Akun Instagram baru yang dioperasikan oleh lima anggota NewJeans ini muncul sekitar dua minggu setelah konferensi pers mendadak mereka pada 28 November lalu.
Dalam konferensi tersebut, para anggota menuduh ADOR dan perusahaan induknya, HYBE Labels, telah melanggar kontrak eksklusif mereka, yang mengakibatkan pembatalan otomatis perjanjian.
Menurut NewJeans, mereka juga tidak dapat dikenakan sanksi finansial atas pemutusan kontrak lebih awal.
Namun, hal yang paling menarik dalam pengumuman tersebut adalah bahwa grup ini mungkin harus berganti nama.
Pasalnya, merek dagang atas nama tersebut dimiliki oleh ADOR.
Kelima anggota NewJeans bisa menghadapi tuntutan hukum jika masih menggunakan nama grup setelah mengumumkan putus kontrak.
"Kami belum siap menyerah pada nama NewJeans," ujar para anggota saat konferensi pers. "Kami akan bekerja untuk mengamankan hak atas nama tersebut."
Di industri K-pop, agensi biasanya mendaftarkan nama grup sebagai merek dagang untuk mencegah penggunaan tanpa izin.
Ketika grup idol meninggalkan agensi mereka, penyelesaian kepemilikan merek dagang sering menjadi langkah penting dan tak jarang, kontroversial, untuk menjaga identitas brand mereka.
Idealnya, sengketa seperti ini diselesaikan secara damai, tetapi sejumlah kasus yang tidak terselesaikan dapat berujung pada pertempuran hukum yang panjang.
Contohnya ketika hal serupa terjadi pada The Boyz, grup yang beranggotakan 12 orang yang baru-baru ini mengumumkan transfer mereka ke agensi baru, One Hundred Label.
Transisi tersebut diwarnai tuduhan bahwa agensi lama mereka, IST Entertainment, memberlakukan "syarat yang tidak masuk akal" untuk mentransfer hak atas nama grup.
Menurut laporan The Korea Times, sengketa ini mencuat pada 4 Desember, ketika One Hundred mengeluarkan pernyataan publik yang menuduh IST menuntut syarat berlebihan terkait nama grup.
IST dengan cepat membantah klaim tersebut, menyatakan bahwa mereka sudah memberikan hak penuh kepada anggota The Boyz untuk menggunakan nama tersebut dan menyebut laporan tentang tuntutan itu "tidak benar."
Pada awal 2000-an, grup seperti H.O.T. dan Shinhwa menghadapi perselisihan hukum yang panjang untuk mendapatkan kembali nama mereka setelah berpisah dari agensi lama mereka.
Hal serupa juga dialami anggota BEAST, yang awalnya debut di bawah Cube Entertainment, tetapi harus berganti nama menjadi Highlight setelah meninggalkan agensi pada 2016.
Baru pada April tahun ini mereka berhasil mendapatkan kembali hak atas nama BEAST.
Meskipun potensi konflik selalu ada, namun ada pula sejumlah contoh negosiasi nama panggung yang berjalan mulus antara artis dan agensi.
Pada Mei 2023, boyband INFINITE berhasil memperoleh merek dagang mereka dari Woollim Entertainment, sementara GOT7 juga berhasil menegosiasikan transfer nama grup mereka dari JYP Entertainment.
G-Dragon, anggota boyband ikonik Big Bang di bawah YG Entertainment, juga berhasil mempertahankan hak atas nama panggungnya, memungkinkan dia untuk terus tampil dengan nama itu di bawah agensi baru.
Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.