Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Lifestyle

Perempuan jagoan IT di Singapura ini tengah mengembangkan perangkat agar penderita demensia tidak tersesat

Mulai dari merakit CPU-nya sendiri di tahun 90-an hingga mengembangkan kamera pengawas untuk blok perumahannya, Khoo Ri Na dari Evvo Labs berbagi cerita tentang bagaimana kecintaannya terhadap teknologi membuatnya berhasil mengembangkan solusi untuk keamanan dan kesehatan negara.

khoo_ri_na_1
Sebagai Chief Solutions Officer di Evvo Labs, Khoo Ri Na sudah familiar dengan perangkat keras seperti sensor, pelacak, CCTV dan IoT dari berbagai merek, serta perangkat lunak dan tren teknologi. (Foto: Evvo Labs)

SINGAPURA: Meski nama Khoo Ri Na terdengar asing, tapi warga Singapura barangkali pernah melihat hasil kerjanya. Pakar teknologi berusia 48 tahun ini pernah menjadi bagian dari tim perdana yang bekerja sama dengan Pasukan Polisi Singapura (SPF) untuk mengembangkan kamera polisi (PolCams) di setiap 10.000 blok perumahan Dewan Pengembangan Perumahan (HDB) di Singapura. Hasil karyanya sangat penting dalam membantu polisi menuntaskan kejahatan.

Dia juga bagian dari tim yang bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan untuk menciptakan sistem yang dapat mendokumentasi hasil skrining pengemudi-pengemudi truk serta pengunjung yang melewati pos pemeriksaan darat Singapura, guna melihat riwayat vaksinasi COVID-19 mereka di awal pandemi.

Proyek Khoo baru-baru ini juga masih berhubungan dengan layanan kesehatan: Ia membuat sebuah perangkat pemantau lokasi yang dapat diselipkan di alas kaki penderita demensia supaya mereka tetap aman.

Solusi-solusi teknologinya mampu mengatasi berbagai masalah keamanan dan layanan kesehatan. Namun, Khoo tidak menempuh pendidikan di bidang teknologi. Melainkan, ia mengambil jurusan di bidang bisnis dan pemasaran, dan memulai kariernya di posisi pemasaran dan komunikasi di sebuah perusahaan penyedia solusi keamanan.

DULU 'NOOB', SEKARANG PAKAR TEKNOLOGI

Sebagai anak Gen X, Khoo hidup di tahun 80-90an sewaktu teknologi modern masih dalam proses merangkak. Di masa itu, bahkan ponsel pintar belum tercipta.

Kala itu, orang mendengarkan musik dengan membawa Walkman, atau yang lebih barunya lagi, alat pemutar CD atau pemutar MD. Untuk mengambil foto bagus, orang-orang membeli kamera DSLR.

Khoo suka sekali dengan gadget-gadget ini. "Saya selalu bersyukur kali melihat bagaimana teknologi dapat meningkatkan mutu dan produktivitas," ujarnya.

Saking sukanya dengan teknologi, ia bahkan sempat merakit unit pemrosesan pusat-nya (CPU) sendiri untuk komputernya 30 tahun yang lalu, sewaktu ia masih remaja.

Karena saat itu, YouTube belum ada, video tutorial juga belum ada, Khoo nongkrong di Sim Lim Square, tempat pilihan favoritnya untuk mencari suku cadang elektronik dan komputer, supaya ia bisa mempelajari bagaimana merakit CPU dari pemilik toko dan teman-temannya.

"Dulu, kalau Anda mau performa komputer tertentu, Anda harus rakit CPU sendiri atau bayar mahal untuk membelinya.

"Jadinya, saya beli komponen seperti prosesor, RAM (memori akses acak) dan tutup (case) bening karena saya mau liat mesin dan lampunya ketika saya pakai, dan rakit CPU sendiri," ia tertawa kala menambahkan bahwa ia tetap merakit, memodifikasi dan meningkatkan CPU-nya hingga bertahun-tahun.

"Ayah saya pembuat besi dan waktu kecil, saya membantunya di lantai pembuatan. Tumbuh dewasa, saya tidak dibilang kalau perempuan tidak bisa apa-apa," kata Khoo. (Foto: Evvo Labs)

Usai lulus kuliah, Khoo bergabung dengan penyedia solusi keamanan Certis CISCO di posisi pemasaran dan komunikasi. Sebagai bagian dari pekerjaannya, ia membuat buku-buku manual dan katalog penjualan untuk alat-alat keamanan.

Seiring waktu, ia semakin akrab dengan produknya, dan ketika ada kesempatan untuk beralih ke divisi pengembangan produk di dalam perusahaan itu, ia pun mengambilnya.

"Saya bekerja dengan produsen peralatan yang produknya berhubungan dengan pengawasan dan kontrol akses, untuk memodifikasi fitur produknya untuk penggunaan tertentu, atau memodifikasi ukurannya, bentuk dan spesifikasi fisik seperti warna dan desain supaya menyatu dengan lokasi pemasangan," terangnya.

Dalam proyek ini, Khoo membuat sistem pendaftaran pengunjung untuk seorang klien supaya pengunjung dapat mendaftarkan dirinya sendiri di kios, kemudian mendapatkan cetakan kode QR untuk masuk ke tempat tersebut. (Foto: Evvo Labs)

Di Certis CISCO, ia juga mengerjakan iterasi pertama kamera polisi SPF - PolCams 1.0 - di tahun 2012.

Proyeknya menjangkau 10.000 blok perumahan HDB di Singapura, sekitar empat hingga enam kamera setiap bloknya. Semenjak itu, PolCams telah merambah ke wilayah lainnya di Singapura dan telah membantu menuntaskan sekitar 7.500 kejahatan di seluruh pulau itu.

"Kami bekerja sama dengan kepolisian guna memastikan bahwa produk tersebut mudah digunakan dan intuitif. Kami juga memastikan bahwa kamera-kamera cukup tahan untuk penggunaan di luar ruangan di ruang terbuka bawah gedung. Di sana, kamera bisa terkena hujan dan berpeluang untuk dijahili orang," terangnya.

Khoo memilih CCTV yang paling cocok dari 40 lebih model dalam katalog produk Certis CISCO dan bekerja sama dengan pabriknya untuk memodifikasi pelindung kamera agar lebih kuat, dan tahan terhadap benturan fisik dan debu untuk penggunaan di luar ruangan. Dia juga memodifikasi rana dan lensa kamera supaya kamera bisa berfungsi dengan baik di tempat yang bercahaya redup.

"Lampu-lampu di blok perumahan HDB hidup jam 7 pagi dan mati jam 7 malam. Namun matahari tidak terbit dan tenggelam mengikuti jarum jam, sehingga akan ada saat-saat ketika ruangan terbuka di bawah gedung menjadi sangat gelap. Lagi pula, penting punya cakupan pengawasan di masa-masa seperti ini," tuturnya.

SOLUSI TEKNOLOGI UNTUK MASALAH SEHARI-HARI

Setelah 16 tahun bersama Certis CISCO, Khoo pamit untuk memulai mendirikan perusahaan teknologinya sendiri bernama Stak Apps. Hingga kini, perusahaan ini masih ia jalankan. Di tahun 2021, perusahaan teknologi Evvo Labs mengundangnya untuk ikut membangun portofolio IoT mereka, dan ia menerimanya.  

Kedua perusahaan menintegrasikan perangkat keras dan lunak yang paling sesuai untuk memberikan solusi teknologi kepada kliennya sambil berupaya untuk meningkatkan keamanan siber.

Satu proyek biasanya memakan waktu enam hingga delapan minggu. Salah satu klien Evvo Labs baru-baru ini datang dari Mega Adventure di Sentosa. Tempat ini mengadakan Mega Zip, permainan luncur gantung sepanjang 450 meter melintasi kanopi hutan Bukit Imbiah, Pantai Siloso dan lautnya.

Khoo menciptakan sistem yang dapat membantu pengendara dalam memilih dan membeli foto yang diambil selama berkendara melalui layanan mandiri.

Kini, Khoo sedang membuat sistem untuk Mega Zip di Sentosa guna membantu pengendara memilih dan membeli foto yang diambil selama perjalanan melalui layanan mandiri. (Foto: Evvo Labs)

Proyek lain yang sedang berlangsung, yang juga sangat berarti baginya, adalah perangkat pemantauan lokasi yang dapat dikenakan dan dapat dipasang pada alas kaki penderita demensia. Sudah lama ia menginginkan untuk mengerjakan proyek seperti ini semenjak pamannya, yang mengidap demensia, tersesat tiga tahun yang lalu.

"Setelah peristiwa itu, kami memberinya liontin, tapi kami sadar kalau ia terkadang suka keluar tanpa mengenakannya.

"Kemudian kami pasang Apple AirTag di sepatunya. Namun saya sadar kalau ini hanya berfungsi dengan telepon khusus saja. Kalau orang yang membawa ponselnya sedang tidak ada di sekitar, atau kalau sensornya kehabisan baterai, kami tidak akan bisa menemukannya.

"Jika penderita demensia hidup sendiri, hal ini juga tidak berfungsi," tuturnya.

Khoo menangani masalah-masalah ini dengan menciptakan sebuah perangkat dengan baterai tahan lama, mudah diisi daya dan dapat diakses melalui berbagai ponsel atau penyedia layanan pemantauan.

Khoo dan timnya berniat untuk bekerja dengan saluran bantuan komunitas penderita demensia dan kelompok pendukung, agar mereka penderita demensia yang hidup sendirian dapat menerima bantuan apabila mereka tersesat.

"Kami sudah putuskan untuk menyelipkannya ke alas kaki setelah mempelajari perilaku penderita demensia, yang kebanyakan sudah lanjut usia. Kami sadar kebanyakan orang lansia tak punya banyak sepatu, biasanya hanya dua, tiga saja.

"Mereka tidak seperti remaja yang punya 16 sampai 20 pasang. Jadi kami pikir ini cara yang tidak mengganggu untuk memantau lokasi penderita demensia," kata ibu anak tiga yang masing-masing telah berusia 20, 18, dan 13 tahun.

Kami sudah putuskan untuk menyelipkannya ke alas kaki setelah mempelajari perilaku penderita demensia, yang kebanyakan sudah lanjut usia.

Ketimbang mencari penderita demensia hanya setelah anggota keluarganya sadar bahwa mereka hilang, Khoo merancang solusinya untuk bergerak lebih proaktif.

"Berdasarkan analisis kami, kami dapat memetakan tempat-tempat yang biasa dikunjungi setiap orang pada waktu tertentu, terlebih jika penderita demensia itu punya rutinitas yang sangat teratur. Jika mereka menyimpang dari jalur biasanya, kami bisa minta anggota keluarganya untuk cek orang ini," jelasnya.

Produk ini sedang dalam tahap prototipe, dan Khoo berharap bisa meluncurkannya pada pertengahan 2025.

Khoo menambahkan bahwa kecintaannya terhadap teknologi dipicu oleh kemampuannya dalam menciptakan solusi semacam itu.

"Dari semua aspek, teknologi adalah masa depan," ucap Khoo. Usai berhenti sejenak, ia menambahkan: "Bukan hanya masa depan, tapi juga sekarang. Anda tak bisa mengabaikan teknologi.”

Pengetahuan teknologi dan keamanan siber tidak hanya penting untuk transformasi digital, namun juga untuk pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, terangnya.

"Misalnya, banyak orang tidak tahu bahwa apa pun yang bisa terkoneksi dengan internet dapat diretas. Baik itu ponsel Anda, laptop, iPad, akses pintu maupun CCTV yang Anda pasang di ruang tamu atau kamar tidur Anda," ujarnya.

Sebagai pakar teknologi dan keamanan siber, apa satu tips keamanan untuk para konsumen sehari-hari?

"Setelah beli produk jadi, selalu awali dengan mengganti ID pengguna dan kata sandi [dari pengaturan bawaan]. Jika tidak, sistem Anda bisa diakses dengan mudah dan ini pelanggaran besar terhadap privasi," tuturnya.

Source: CNA/da

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan