Tak bawa dompet atau ponsel? Kafe Singapura ini terima pembayaran pakai telapak tangan
Teknologi pemindaian telapak tangan mendeteksi pola pembuluh darah yang memang sulit ditiru, tetapi para pakar keamanan siber memperingatkan bahwa penjahat selalu menemukan modus penipuan baru.
SINGAPURA: Letakkan telapak tanganmu di atas pemindai selama dua detik, lalu tunggu beberapa detik lagi hingga pembayaran diproses.
Begitulah cara sejumlah karyawan Visa membayar kopi mereka di sebuah kafe dekat Tanjong Pagar di distrik bisnis pusat Singapura.
Mesin pembayaran dengan telapak tangan Visa-Tencent di Alchemist 71 Robinson diluncurkan pada Oktober 2024, tetapi untuk saat ini, mesin tersebut hanya tersedia untuk karyawan tertentu dari perusahaan pembayaran raksasa tersebut.
Ketika uji coba diperluas, pemegang kartu Visa dari DBS, OCBC, dan UOB juga akan dapat membayar menggunakan telapak tangan mereka.
Mesin ini kemungkinan akan tersedia di Alchemist terlebih dahulu, sebelum toko lain ikut serta.
Cara kerjanya
Visa belum mengatakan kapan berencana untuk memperluas uji coba tersebut. Namun, jika saatnya tiba, berikut ini yang perlu kamu ketahui.
Pertama-tama, kamu mesti menyetujui perjanjian ketentuan penggunaan yang menjelaskan bagaimana datamu akan dikumpulkan, disimpan, dan digunakan.
Data biometrik akan dikumpulkan dari gambar yang dipindai, sementara gambar asli tidak akan disimpan, menurut kebijakan privasi Tencent Palm Pay yang digunakan selama uji coba. Empat digit terakhir nomor kartu kredit juga akan dikumpulkan untuk memudahkan pembayaran.
Informasi yang dikumpulkan akan digunakan untuk membuat akun, memverifikasi dan mengautentikasi transaksi, menurut hukum yang berlaku. Ketentuan penggunaan mungkin tidak sama persis saat masyarakat umum mulai dapat melakukan pembayaran dengan telapak tangan.
Setelah kamu mengklik "accept" (terima), mesin akan mengarahkanmu untuk memindai telapak tanganmu.
Dengan menggunakan teknologi pengenalan telapak tangan Tencent, mesin memverifikasi baik cetakan telapak tangan maupun pola unik pembuluh darah di bawah kulit.
Data biometrik kemudian diubah menjadi templat seperti rangkaian kode dan disimpan dalam sistem. Setelah konversi selesai, data biometrik mentahnya dihapus.
Selanjutnya, tap kartu Visa di layar untuk memasangkannya dengan telapak tangan yang telah dipindai. Pemegang kartu akan menerima pemberitahuan dari bank penerbit kartu untuk disetujui, mirip dengan proses autentikasi saat melakukan transaksi daring.
Setelah selesai, mesin itu akan menarik pembayaran dari kartu tersebut saat kamu menunjukkan telapak tanganmu.
Seluruh proses hanya memakan waktu sekitar satu menit pada uji coba awal, tetapi bisa lebih cepat di masa depan, kata Visa.
BUKAN HAL YANG BARU
Pembayaran dengan telapak tangan telah tersedia di Singapura sejak awal tahun 2019, meskipun belum menjadi bentuk pembayaran umum.
Octobox, yang mengelola jaringan toserba pintar nirawak, memungkinkan pelanggan untuk menghubungkan telapak tangan mereka ke dompet daring DBS PayLah! mereka.
Toko pertamanya dibuka pada bulan Juli 2019 di Universitas Nasional Singapura (NUS), dan gerai ketujuhnya akan dibuka pada bulan Januari 2025.
Pelanggan juga diharuskan memindai telapak tangan mereka untuk memasuki toko.
Jeffrey Sun, pendiri dan CEO Octobox, mengatakan 200.000 orang telah mendaftarkan telapak tangan mereka, meskipun mereka mungkin memilih untuk membayar barang-barang mereka menggunakan metode lain selain pembayaran telapak tangan.
Di gerai NUS, sekitar 3.000 hingga 5.000 orang memasuki toko setiap hari, katanya kepada CNA.
Teknologi pemindaian telapak tangan yang digunakan di toko-toko Octobox dapat dihubungkan ke kartu kredit, tetapi Sun mengatakan perusahaannya mungkin akan mempertimbangkannya hanya jika biaya pemrosesan dapat diturunkan.
Pelanggan yang ingin menggunakan kartu kredit di Octobox masih dapat melakukannya dengan menggunakan sistem point-of-sale tradisional.
RISIKO KEAMANAN
Keuntungan utama pembayaran telapak tangan adalah kemudahan bagi konsumen, kata Dmitry Volkov, kepala eksekutif Group-IB, sebuah perusahaan keamanan siber.
“Anda dapat ketinggalan uang tunai, dompet, kartu bank, atau perangkat elektronik, tetapi telapak tangan Anda selalu dapat diakses,” katanya.
Telapak tanganmu juga bukan sesuatu yang dapat hilang, sehingga metode pembayaran ini lebih dapat diandalkan, tambahnya.
Namun, para penipu selalu menemukan modus baru, kata para pakar keamanan siber.
Arun Kumar, direktur regional perusahaan manajemen teknologi ManageEngine, mengatakan kecerdasan buatan dan teknologi deepfake dapat digunakan untuk membuat telapak tangan palsu.
“Tindakan pencegahan, seperti pendeteksian keaktifan (liveness), perlu dilakukan untuk mendeteksi identitas palsu atau tiruan,” katanya. Pendeteksian keaktifan mengacu pada teknik yang digunakan untuk mencari tahu apakah seseorang itu nyata dan masih hidup.
Perusahaan juga harus memastikan sistem mereka aman dan terlindungi.
“Meskipun individu dapat mengganti kartu kredit yang dicuri, akan sulit untuk mengganti telapak tangan seseorang jika data biometriknya dicuri,” katanya.
Chua Zong Fu, kepala layanan keamanan terkelola di Ensign InfoSecurity, mengatakan telapak tangan lebih sulit dipalsukan karena menggunakan dua bentuk data – cetakan telapak tangan dan pola urat nadi.
Namun, telapak tangan tetap merupakan kumpulan informasi identitas pribadi. "Hal ini menimbulkan masalah privasi yang lazim dihadapi dengan potensi penyalahgunaan untuk pengawasan atau pelacakan yang tidak sah."
DAPATKAH DITERIMA MASYARAKAT?
Selain masalah keamanan, kendala lainnya adalah biaya pemasangan mesin pembayaran dengan telapak tangan di toko, kata Chua.
"Teknologi pembayaran dengan telapak tangan memerlukan perangkat keras baru yang harus dibeli oleh penjual. Perangkat seluler tidak dapat melakukan pembayaran dengan telapak tangan secara langsung," katanya.
Sejumlah toko mungkin juga kekurangan tempat di meja layanan mereka untuk menaruh mesin yang seukuran laptop itu.
Memang, konsumen telah menerima praktik pembayaran nirsentuh yang melibatkan autentikasi biometrik, seperti pengenalan wajah atau sidik jari.
Namun, kemudahan tambahan dari pembayaran dengan telapak tangan mungkin terbatas karena kebanyakan orang selalu membawa perangkat seluler mereka.
Kumar dari ManageEngine mengatakan sejumlah orang mungkin merasa lebih enggan menerima praktik pembayaran biometrik.
“Dibandingkan dengan pemindaian iris di bandara, di mana data warga disimpan oleh pemerintah, orang-orang lebih was-was terhadap perusahaan swasta yang menangani data biometrik mereka.”
Orang yang lebih muda umumnya lebih menerima metode pembayaran digital baru karena mereka menghargai kemudahan dan tumbuh di sekitar teknologi, tambahnya.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. ​​​​​