Pelari meninggal usai finish di Singapore Marathon 2024, apa penyebabnya?
Sejak diadakan 23 tahun lalu, sudah tiga pelari meninggal dunia dalam ajang Standard Chartered Singapore Marathon 2024.
SINGAPURA: Seorang peserta ajang lari Standard Chartered Singapore Marathon 2024 meninggal dunia tidak lama setelah mencapai garis finish pada Minggu (1 Des).
Menurut pernyataan penyelenggara, pelari tersebut ambruk tidak lama setelah mencapai garis finish. Tim medis sempat melakukan pertolongan pertama di lokasi sebelum akhirnya melarikannya ke Singapore General Hospital.
Tetapi nyawanya tidak terselamatkan. "Belasungkawa kami sampaikan kepada keluarga dan sahabat peserta, yang akan terus mendapatkan dukungan dari kami," ujar pernyataan panitia.
Tidak disebutkan identitas atau pun penyebab kematian peserta tersebut, namun ini bukan kali pertama kasus serupa terjadi dalam ajang maraton ini.
Standard Chartered Singapore Marathon 2024 merupakan ajang lari bergengsi yang telah digelar sejak 2002. Tahun ini, ada lebih dari 55.000 pelari dari seluruh dunia yang ambil bagian dalam tiga kelas marathon: Marathon, half-marathon, dan Ekiden relay race.
Sejak diadakan 23 tahun lalu, sudah tiga pelari meninggal dunia dalam ajang marathon ini, termasuk di tahun ini.
Kasus pertama terjadi pada ajang 2016, ketika pelari asal Inggris, John Gibson, pingsan lalu meninggal dunia di jarak kurang dari 1km saat menjalani half-marathon. Penyebab kematian pria 28 tahun ini disebabkan oleh serangan jantung akibat aritmia.
Kasus kedua menimpa Malcolm Sng, usia 22 tahun, pada 2011, juga peserta half-marathon. Dia meninggal dunia akibat penyakit jantung yang dinamakan sindrom koroner akut.
Half-marathon memiliki jarak tempuh 21,1km dengan syarat peserta berusia 16 tahun ke atas.Â
APA ITU SINDROM KORONER AKUT?
Sindrom koroner akut adalah penyakit serangan jantung yang banyak menimpa atlet ketika tengah berolahraga. Â
Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia, sindrom koroner akut adalah kondisi di mana aliran darah menuju ke jantung berkurang secara tiba-tiba.Â
Kondisi ini terjadi ketika arteri yang memasok darah kaya oksigen ke otot jantung menyempit dan mempengaruhi fungsi jantung, berujung pada angina atau serangan jantung. Â Â
Penyakit ini memiliki angka kematian hingga 30 persen, setengahnya terjadi sebelum sampai ke rumah sakit. Kebanyakan penderitanya kebanyakan berusia di atas 45 tahun, perokok, atau memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya.
Kemenkes menyebutkan bahwa gejala paling umum dari kondisi ini adalah nyeri pada dada seperti tertindih benda berat. Gejala lainnya adalah:
- Sesak napas,
- Detak jantung tidak teratur,
- Merasa seperti ingin jatuh,
- Kelelahan yang parah,
- Otot melemah,
- Mual atau muntah,Â
- Keluar keringat dingin.
Dr. Liew Kay Choon Reginald, spesialis jantung di rumah sakit Mount Elizabeth, Singapura, merekomendasikan para atlet dan penggemar olahraga untuk melakukan pemeriksaan sebelum melakukan olahraga berat.Â
"Saya merekomendasikan para atlet dan penggemar olahraga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan – termasuk pemeriksaan fisik dan EKG (elektrokardiogram) – sebelum berpartisipasi dalam olahraga berat, terutama jika mereka memiliki gejala atau faktor risiko jantung," kata Liew seperti dikutip dari situs RS Mount Elizabeth.