Pandji Pragiwaksono minta maaf ke masyarakat Toraja, akui candaan ignorant
Sang komika berjanji memperbaiki diri dan lebih menghormati keberagaman sembari menghadapi dua proses hukum.
Komika Pandji Pragiwaksono dalam salah satu unggahannya di media sosial. (Foto: Instagram/@pandji.pragiwaksono)
JAKARTA: Pandji Pragiwaksono akhirnya angkat suara setelah materi stand-up-nya yang menyinggung budaya Toraja menuai protes dan laporan hukum. Komika berusia 46 tahun itu mengakui kesalahannya dan menyatakan siap menghadapi dua proses hukum yang sedang berjalan.
Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya pada Selasa (4/11), Pandji menyampaikan permintaan maafnya sekaligus refleksi atas peristiwa tersebut.
"Saya akan belajar dari kejadian ini, dan menjadikannya momen untuk menjadi pelawak yang lebih baik-lebih peka, lebih cermat, dan lebih peduli," ujar Pandji.
Ia mengaku sudah berbincang dengan Rukka Sombolinggi, Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), untuk memahami lebih dalam tentang budaya Toraja yang menjadi bahan candaannya.
"Dalam pembicaraan kami lewat telepon, Ibu Rukka menceritakan dengan sangat indah tentang budaya Toraja-tentang maknanya, nilainya, dan kedalamannya," tulis Pandji.
"Dari obrolan itu, saya menyadari bahwa joke yang saya buat memang ignorant, dan untuk itu saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat Toraja yang tersinggung dan merasa dilukai," lanjutnya.
Pandji juga menjelaskan bahwa saat ini ada dua jalur hukum yang tengah ditempuh: proses hukum negara dan hukum adat.
"Saat ini ada dua proses hukum yang berjalan: proses hukum negara, karena adanya laporan ke kepolisian, dan proses hukum adat. Berdasarkan pembicaraan dengan Ibu Rukka, penyelesaian secara adat hanya dapat dilakukan di Toraja," jelasnya.
Ia menambahkan, Rukka bersedia menjadi fasilitator agar dirinya dapat bertemu dengan perwakilan dari 32 wilayah adat Toraja.
"Saya akan berusaha mengambil langkah itu. Namun, bila secara waktu tidak memungkinkan, saya akan menghormati dan menjalani proses hukum negara yang berlaku," ucapnya.
TANGGAPAN WARGA TORAJA
Masalah ini bermula ketika Aliansi Pemuda Toraja melaporkan Pandji ke Bareskrim Polri karena dianggap menghina budaya Toraja. Dalam laporan tersebut, mereka menilai materi komedi Pandji mengandung unsur penghinaan dan diskriminasi berbasis etnis.
"Komika Pandji Pragiwaksono telah melecehkan, menghina, dan merendahkan martabat suku Toraja saat membawakan materi standup-nya. Kami telah menunggu, namun sampai hari ini tidak ada iktikad baik saudara Pandji untuk mengklarifikasi dan meminta maaf kepada masyarakat Toraja," kata Ricdwan Abbas, perwakilan Aliansi Pemuda Toraja pada Senin (4/11), dikutip dari Detik.
Perwakilan lainnya, Prilki Prakasa Randan, menjelaskan bahwa dalam materi tersebut Pandji menjadikan ritual adat Rambu Solo sebagai bahan olok-olokan. "Pandji Pragiwaksono menjadikan ritual adat rambu solo masyarakat Toraja sebagai bahan olok-olokan dalam komedinya dan mengundang audiensi (peserta) menertawakan adat ritual rambu solo suku Toraja," kata Prilki.
Ia juga menilai pernyataan Pandji soal masyarakat Toraja yang jatuh miskin karena biaya tinggi ritual pemakaman sebagai hal yang menyesatkan dan menyakitkan.
"Pernyataan ini bukan hanya keliru dan menyesatkan, tetapi juga menyakiti harga diri dan kehormatan adat Toraja yang telah diwariskan secara turun-temurun sebagai bagian dari peradaban Nusantara. Adat Rambu Solo' merupakan ritual adat yang sakral dalam sistem kepercayaan, nilai sosial, dan ekspresi spiritual yang telah diwariskan leluhur kami secara turun-temurun," jelasnya.
SARA DALAM LAWAKAN
Meskipun menghadapi dua jalur hukum, Pandji berharap peristiwa ini tidak membuat para pelawak lain takut untuk mengangkat tema budaya dalam karya mereka.
"Saya juga berharap kejadian ini tidak membuat para komika berhenti mengangkat nilai dan budaya dalam karya mereka," tulisnya.
"Menurut saya, anggapan bahwa pelawak tidak boleh membicarakan SARA kurang tepat. Indonesia adalah negara dengan keragaman luar biasa: suku, agama, ras, dan antargolongan adalah bagian dari jati diri bangsa ini," ujar Pandji.
"Yang penting bukan berhenti membicarakan SARA, tapi bagaimana membicarakannya tanpa merendahkan atau menjelek-jelekkan. Semoga para komika di Indonesia terus bercerita tentang adat dan tradisi bangsa ini-dengan cara yang lebih baik, lebih bijak, dan lebih menghormati," tutupnya.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.