Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Lifestyle

Tetap kenyang tanpa makan: Tren Gen Z pakai obat diabetes GLP-1 untuk diet, apakah aman?

Dokter spesialis penyakit dalam mengungkapkan berbagai risiko penggunaan obat diabetes untuk diet, termasuk masalah saluran pencernaan hingga potensi pertumbuhan kanker. 

Tetap kenyang tanpa makan: Tren Gen Z pakai obat diabetes GLP-1 untuk diet, apakah aman?

Ilustrasi diet untuk menurunkan berat badan. (Foto: iStock/Panuwat Dangsungnoen)

JAKARTA: Tren penggunaan obat diabetes untuk menurunkan berat badan semakin populer, terutama di kalangan Generasi Z

Menurut survei terbaru yang dilakukan oleh Tebra, platform kesehatan di Amerika Serikat, lebih dari seperempat warga AS, khususnya generasi muda, mempertimbangkan penggunaan obat seperti Ozempic dan Wegovy untuk mencapai berat badan ideal.

Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa sekitar 15 persen warga AS sudah menggunakan Ozempic secara pribadi untuk menurunkan berat badan. 

Selain itu, hampir setengah dari responden, yaitu 47 persen, mengaku mengenal seseorang yang pernah menggunakan obat ini, menurut laporan Newsweek.

Ilustrasi penggunaan Ozempic untuk diet. (Foto: iStock/aprott)

Popularitas GLP-1, yang berfungsi menekan nafsu makan, semakin meluas berkat viralnya topik ini di media sosial, termasuk TikTok

Generasi Z menjadi penggerak utama tren ini, dengan 37 persen responden dari kelompok ini mengaku berencana berhenti berolahraga di gym dan beralih menggunakan obat GLP-1 untuk mencapai berat badan ideal. 

Pergeseran ini menunjukkan perubahan signifikan dalam cara mereka mengelola kesehatan.

Survei ini juga mengungkapkan responden perempuan cenderung lebih sering mengandalkan metode ini dibandingkan pria. 

Rata-rata, perempuan memiliki target penurunan berat badan yang lebih tinggi, yaitu sekitar 10 kilogram, sedangkan pria menetapkan target yang lebih rendah, yaitu sekitar 8 kilogram. 

BUKAN OBAT DIET RESMI

Menanggapi fenomena ini, dokter spesialis penyakit dalam di RSUP Persahabatan, dr. Andi Alfian, Sp.PD., mengungkapkan berbagai risiko menggunakan obat diabetes untuk diet

Ozempic, yang mengandung semaglutide (GLP-1 reseptor agonis), masih bersifat off-label di Indonesia.

"Kalau di Indonesia memang masih belum secara resmi ditunjuk sebagai obat untuk obesitas atau diet," jelasnya, meskipun di beberapa negara lain, obat ini sudah sering digunakan untuk pasien obesitas meskipun mereka tidak memiliki diabetes.

Ilustrasi penggunaan Ozempic untuk diet. (Foto: iStock/Carolina Rudah)

Ozempic memang memiliki efek menekan nafsu makan, sehingga pasien merasa lebih cepat kenyang. 

"Kebanyakan orang yang menggunakan suntikan ini akan makan lebih sedikit karena nafsu makannya ditekan," ujar dr. Andi kepada CNA.

Kepraktisan obat ini juga menjadi daya tarik tersendiri karena cukup digunakan sekali seminggu, berbeda dengan obat lain yang harus dikonsumsi setiap hari.

EFEK SAMPING OZEMPIC

Namun, penggunaan obat ini tidak lepas dari risiko efek samping. 

Menurut dr. Andi, efek samping yang paling umum adalah masalah pada saluran pencernaan, seperti mual dan muntah hebat. 

"Dalam beberapa kasus, bisa menyebabkan pankreatitis atau peradangan pankreas, yang merupakan efek samping saluran cerna paling berat," jelasnya.

Selain itu, pasien dengan nodul (benjolan) tiroid harus lebih waspada. 

"Kalau ada benjolan di tiroid, harus dipastikan dulu apakah jinak atau ganas. Jika ganas, Ozempic tidak boleh diberikan karena dapat memicu pertumbuhan kanker," tegas dr. Andi.

Selain itu, ketika ingin berhenti menggunakan Ozempic, pasien harus berhati-hati karena dapat memicu efek rebound, seperti kenaikan berat badan yang signifikan. 

Ilustrasi penggunaan Ozempic untuk diet. (Foto: iStock/Munro)

Oleh karena itu, evaluasi menyeluruh sangat penting sebelum memulai penggunaan obat ini. 

Menurut dr. Andi, pasien yang diperbolehkan menggunakan obat ini biasanya diberikan dosis awal yang kecil untuk mengurangi risiko efek samping. 

Setelah satu bulan, dokter akan melakukan evaluasi terhadap pasien. Jika pasien tidak cocok, maka penggunaan obat ini harus dihentikan.

SANGAT MAHAL, TIDAK DIJUAL BEBAS

Menurut survei Tebra, sebanyak 64 persen responden yang berminat menggunakan Ozempic menyebut biaya tinggi dan risiko efek samping sebagai kendala utama. 

Di AS, harga obat ini bisa mencapai ribuan dolar.

Sementara di Indonesia, Ozempic tidak dijual bebas. 

"Obat ini hanya boleh diresepkan oleh spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik," jelas dr. Andi. 

Regulasi ini penting untuk memastikan penggunaannya aman dan sesuai kebutuhan pasien.

Biaya yang tinggi juga menjadi pertimbangan utama bagi mereka yang ingin menggunakan obat ini karena belum ter-cover oleh BPJS Kesehatan. 

TIPS DIET SEHAT TANPA OBAT

Sebagai alternatif, dr. Andi menyarankan agar setiap pasien mengenali profil kesehatan mereka sebelum memulai program diet. 

"Konsultasi dengan dokter sangat penting untuk menentukan metode diet yang tepat," katanya. 

Dokter akan mengevaluasi berbagai faktor, seperti berat badan, aktivitas fisik, riwayat kesehatan, dan kebutuhan kalori harian pasien. 

Selain itu, faktor seperti alergi makanan, kebutuhan makro dan mikronutrien, serta aktivitas fisik juga harus diperhatikan.

Ilustrasi diet dengan makanan sehat. (Foto: iStock/amenic181)

Tidak lupa, dr. Andi juga menyarankan penurunan berat badan yang dibarengi dengan aktivitas fisik. 

Idealnya, menurut rekomendasi WHO, kita dianjurkan melakukan aktivitas fisik selama 150 menit per pekan. 

Jenis aktivitas fisik yang dilakukan pun perlu disesuaikan dengan kondisi pasien. 

"Misalnya, pasien dengan hipertiroid tidak disarankan melakukan olahraga kardio," ujarnya. 

Pendekatan diet yang ideal mencakup pola makan sehat, olahraga teratur, istirahat yang cukup, dan manajemen stres. 

Dengan pendekatan holistik seperti ini, diet sehat dapat dilakukan tanpa harus bergantung pada obat-obatan.

Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA IndonesiaMenangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.

Source: Others/ps

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan