Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Lifestyle

Enak, gurih, dan cepat saji - tapi seberapa besar bahaya mengonsumsi makanan ultraproses bagi kesehatan?

Simak penemuan terbaru para pakar kesehatan soal makanan ultraproses. 

Enak, gurih, dan cepat saji - tapi seberapa besar bahaya mengonsumsi makanan ultraproses bagi kesehatan?
Makanan ultraproses adalah makanan yang mengandung bahan-bahan yang tidak pernah atau jarang digunakan di dapur. (Foto: iStock/SDI Productions)
14 May 2024 06:18PM (Diperbarui: 18 May 2024 11:52AM)

Mengonsumsi makanan ultraproses kerap dikaitkan dengan bahaya kesehatan yang mengancam. Namun, menurut studi terbaru, yang telah dilakukan selama 30 tahun, berbagai makanan ultraproses memiliki dampak yang berbeda terhadap kesehatan tubuh. 

Makanan ultraproses adalah makanan yang mengandung bahan-bahan "yang tidak pernah atau jarang digunakan di dapur, atau jenis aditif yang fungsinya adalah membuat produk akhir menjadi enak atau lebih menarik," begitu bunyi definisinya, menurut Food and Agriculture Organization (FAO) PBB.

Makanan ultraproses dibuat menggunakan metode dan bahan industri yang biasanya tidak ditemukan di toko-toko kelontong, seperti sirup jagung yang mengandung kadar fruktosa tinggi, minyak terhidrogenasi, dan protein terkonsentrasi termasuk isolat kedelai. 

Zat-zat aditif seperti perasa, pewarna, atau pengemulsi jamak digunakan pada makanan ultraproses untuk membuatnya tampak lebih menarik dan enak. 

Contoh yang paling populer, tentu saja camilan yang biasa kita temukan ketika kita hendak mencari camilan di pasar swalayan: soda, minuman berenergi, keripik, permen, yogurt berperisa, margarin, nugget ayam, hot dog, sosis, daging olahan, makaroni dan keju kemasan, susu formula bayi, roti kemasan, susu nabati, pengganti daging, dan sereal sarapan.

BERBEDA DAMPAKNYA
 

Makanan ultraproses dibuat menggunakan metode dan bahan industri yang biasanya tidak ditemukan di toko-toko kelontong. (Foto: CNA)

Menurut studi terbaru yang dipimpin oleh dr. Mingyang Song, profesor klinis epidemiologi dan nutrisi di  Harvard’s TH Chan School of Public Health, daging olahan dan makanan serta minuman manis masing-masing memiliki kadar bahaya kesehatan yang berbeda dengan makanan ultraproses lainnya, seperti biji-bijian utuh (whole grains). 

Studi yang diterbitkan oleh BMJ Journal ini menganalisis data yang dikumpulkan dari lebih dari 100.000 profesional kesehatan di Amerika Serikat yang tidak memiliki riwayat kanker, penyakit kardiovaskular, atau diabetes.

Dari tahun 1986 hingga 2018, para responden memberikan informasi tentang kebiasaan kesehatan dan gaya hidup mereka setiap dua tahun.

Setiap empat tahun, mereka mengisi kuesioner makanan yang sangat detail.

Kelompok responden yang lebih jarang mengonsumsi makanan ultraproses mengaku mereka paling sedikit mengonsumsi rata-rata sekitar tiga porsi per hari. 

Sementara kelompok yang sering mengonsumsi makanan ultraproses mengaku mereka dapat memakan rata-rata tujuh porsi per hari. 

Kelompok yang lebih sering mengonsumsi makanan ultra proses memiliki resiko kematian dari penyakit apa pun 4% lebih tinggi daripada kelompok yang lebih sedikit mengonsumsinya. 

Kelompok yang suka mengonsumsi makanan ultraproses juga memiliki 9% peningkatan risiko kematian dari penyakit-penyakit yang menyebabkan kerusakan otak.

TIDAK SEMUA BURUK

Zat-zat aditif seperti perasa, pewarna, atau pengemulsi jamak digunakan pada makanan ultraproses untuk membuatnya tampak lebih menarik dan enak.  (Foto: iStock)

Apakah kita perlu menyingkirkan semua makanan ultraproses? Menurut dr. Song, ia tidak menyarankan kita untuk sama sekali tidak mengonsumsi seluruh makanan ultraproses, karena makanan tersebut memiliki kategori yang beragam, katanya.

"Sereal, roti biji-bijian utuh, misalnya, juga dianggap makanan ultraproses, tetapi mereka mengandung berbagai nutrisi bermanfaat seperti serat, vitamin, dan mineral," katanya. 

"Di sisi lain, kupikir kita harus mencoba menghindari atau membatasi konsumsi makanan ultraproses tertentu, seperti daging olahan, minuman manis dengan gula dan juga minuman yang mungkin mengandung pemanis buatan," ujarnya. 

Sementara menurut dr. Peter Wilde dari Quadram Institute Bioscience di Inggris, kuncinya adalah mengimbangi konsumsi makanan ultraproses dengan pola makan sehat. 

"Jika kamu khawatir tentang zat aditif pada makanan, maka pilihlah makanan yang memiliki tingkat aditif yang paling rendah," katanya menyarankan, dikutip dari CNN. 

"Selalu perhatikan kandungan nutrisi dari makanan ultraproses yang kamu akan konsumsi," ujarnya.

Penting juga untuk mengenali bahwa makanan perlu dikonsumsi secara seimbang. 

Contohnya saja, jus buah. Menurut Wilde, jus buah memang mengandung vitamin, mineral, dan antioksidan yang bermanfaat jika dikonsumsi dalam jumlah sedang, "tetapi konsumsi yang terlalu banyak dapat membuat kadar gula yang tinggi dan mungkin akan lebih banyak bahayanya ketimbang manfaatnya."
 

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.

Source: Others/ps

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan