Kolektor ini simpan 6.000 Lego di rumahnya: 'Semua berawal dari istri yang pengertian'
Dari Star Wars hingga The Beatles, setiap sudut apartemen milik Robin Chua kini dipenuhi warna-warni Lego. Siapa sangka, awalnya berkat kado Natal sederhana dari istri tercinta.
Kolektor Lego Minifig Robin Chua, alias Minifigbin di Instagram, punya lebih dari 6.000 figur dalam koleksinya yang mengagumkan. (Foto: CNA/Joyee Koo)
SINGAPURA: Berawal dari hadiah Natal sederhana dari sang istri, Robin Chua kini menyimpan lebih dari 6.000 Lego Minifigure di rumahnya dan membangun komunitas Lego terbesar di Asia dengan lebih dari 62.000 anggota.
Lebih dikenal sebagai Minifigbin di Instagram, pria berusia 44 tahun yang bekerja di bidang pendidikan ini menyebut sang istri, Cynthia Soh, sebagai sosok yang memicu obsesinya pada Lego.
"Dia lah yang membuat semua ini mungkin terjadi," ujar Chua.
"Aku mulai mengoleksi Lego Minifig tahun 2012 karena dia bingung mau kasih aku hadiah Natal apa. Jadi aku tunjuk kalender Advent Star Wars di toko Lego," ungkapnya.
Sang istri sendiri mengaku tidak menyangka bahwa hadiah sederhana darinya itu bakal jadi awal "kerajaan Lego" suaminya.
"Aku tak tahu dia bakal segila ini! Kami sudah sepakat waktu pindah ke apartemen. Kami berbagi kamar utama dan masing-masing punya satu kamar untuk dipakai sesuka hati. Tapi sekarang koleksinya sudah meluber ke seluruh rumah," ujar Soh, PNS berusia 40-an tahun, sambil tertawa.
Ketika CNA mengunjungi pasangan ini di flat HDB mereka yang terdiri dari empat kamar pada Agustus lalu, sambutan pertama adalah sebuah tulisan di pintu: "Welcome to Minifigbin’s Lego Sanctuary."
Begitu masuk, lebih dari 6.000 Minifigure warna-warni memenuhi hampir setiap sudut ruang tamu, bahkan sampai meja mahjong mereka. Satu-satunya yang aman hanyalah meja kopi, kemungkinan besar karena mereka butuh tempat untuk makan.
Semuanya ditata rapi sesuai tema. "Tentara" terbesar jelas Minifigure Star Wars, yang memang jadi awal kegilaan Chua.
Ada juga koleksi Ninjago hingga para superhero seperti Fantastic Four.
Pemandangan luar biasa ini butuh waktu empat minggu untuk Chua atur sendirian demi kebutuhan liputan. Biasanya, Minifigure disimpan di ruang Lego miliknya, meski sesekali ia pajang.
TAK MAMPU MEMBELI
Ketertarikan Chua pada Lego ternyata sudah dimulai sejak kecil. "Waktu SD tahun 1980-an, aku sangat terpesona sama set Lego tapi tidak mampu membelinya," kenangnya.
Minifigure pertamanya adalah seorang pemadam kebakaran, yang ia dapatkan saat berusia enam tahun. Meskipun sang ibu membuang semua mainannya ketika ia beranjak dewasa, si Fireman entah bagaimana selamat. Chua menemukannya kembali 10 tahun lalu ketika mereka pindah dari rumah orang tuanya ke rumah baru.
Ia memperkirakan koleksinya kini bernilai "antara S$100.000 [Rp1,2 miliar] sampai S$150.000 [Rp1,9 miliar] ". Sama seperti kolektor lainnya, Chua jarang membeli satu Minifigure saja; ia bisa membeli 10 hingga 20 minifig yang sama untuk membentuk sebuah "army".
Salah satu belanja termahalnya adalah empat Minifigure Zelda seharga S$180 (Rp2,3 juta).
Barang dengan potensi nilai jual paling tinggi adalah satu set empat Minifigure Ninjago yang ia beli di Carousell. Itu adalah hadiah pembelian dari toko Target di Amerika Serikat, hanya tersedia di sana, dan ia dapatkan seharga S$30 (Rp389 ribu) tujuh tahun lalu.
"Aku hampir membukanya untuk dipajang, tapi kemarin seorang teman bilang harganya sekarang sudah S$700 [Rp9 juta]. Jadi aku simpan dulu tetap tersegel."
TANAH KELAHIRAN LEGO
Pada September 2022, pasangan ini melakukan perjalanan ke "tanah kelahiran" Lego. Tiga hari Lego Inside Tour di markas global Lego di Billund, Denmark, adalah pengalaman yang super langka dan didambakan banyak orang.
Siapa pun bisa mendaftar, tapi prosesnya termasuk menulis semacam "resume". Menurut Chua, hanya 1 dari 10.000 pendaftar yang berhasil lolos undangan.
Biayanya sekitar S$3.300 (Rp42 juta) per orang di tahun 2022, sudah termasuk hotel tiga malam. Bagi Chua, uang yang dikeluarkannya sepadan dengan pengalaman tersebut.
"Itu benar-benar sekali seumur hidup, karena kamu hanya boleh ikut tur sekali saja," kata Chua.
Ia dan lebih dari 40 peserta lain bahkan bertemu para eksekutif serta para desainer Lego, beberapa di antaranya masih berhubungan dengannya sampai sekarang.
Tur ini juga termasuk kesempatan belanja selama dua jam di Lego employee store dengan diskon hingga 70 persen.
"Begitu pintu dibuka, semua langsung lari masuk dan aku langsung ke bagian paling belakang toko. Teman-teman yang sudah pernah ikut tur kasih tahu kalau biasanya ada set keren di sana," kenang Chua.
Mereka akhirnya pulang membawa 60kg Lego.
Peserta juga mendapat merchandise eksklusif, termasuk 5kg part Lego dari pabrik, enam Minifigure, dan lima set Lego. Salah satunya adalah set custom dengan foto grup bersama Chua, peserta lain, dan para desainer Lego.
Chua pernah melihat salah satu set eksklusif itu dijual ulang dengan harga lebih dari S$4.000 (Rp51 juta), dan Minifigure-nya seharga S$500 (Rp6,4 juta) per buah.
"Lego sekarang sudah berhenti kasih set ini, jadi nilainya makin tinggi, tapi aku tidak akan menjualnya," tegasnya.
Meskipun Chua juga mengoleksi Lego lain, Minifigure mendominasi 90 persen koleksinya. "Itu cuma soal preferensi," katanya.
BUKAN UNTUK JUALAN
Bagi Chua, membangun komunitas Lego global jauh lebih penting daripada sekadar mencari keuntungan dari bata plastik itu.
Memang, banyak kolektor Lego yang membeli lalu menjual ulang, dan ia pun pernah melakukannya untuk memangkas koleksi sebelum ke Denmark. Namun ia dan teman-teman terdekatnya yang juga fanatik Lego jarang melakukan itu.
Sebaliknya, para kolektor "sejati" seperti Chua justru sering menghadiahkan Minifigure ekstra kepada sesama, terutama yang edisi khusus lokal.
Menurutnya, hal terbaik dari menjadi kolektor Lego bukanlah fakta bahwa mainan ini bisa jadi investasi menguntungkan. Studi yang dirilis pada 2022 menunjukkan bahwa nilai jual kembali Lego naik rata-rata 11 persen per tahun, mengalahkan saham, obligasi, bahkan emas.
Baginya, kebahagiaan sejati adalah menemukan orang-orang dengan passion yang sama. Ia punya teman baik dari seluruh dunia—salah satunya seorang chef Jerman yang dikenalnya saat tur.
Ketika mereka ke Jerman untuk mengunjungi Legoland, sang chef mengundang mereka ke Bavaria dan memasak untuk mereka.
Chua juga sering menjamu penggemar Lego dari luar negeri, termasuk Christo Baranowski, Lego ambassador asal Amerika yang dikenal dengan nama The Stud City di Instagram.
"Waktu Christo datang tahun lalu, aku ajak dia makan roti prata dan Milo peng."
Saat ini, ada kurang dari 100 Lego ambassador resmi di dunia yang aktif membangun komunitas. Singapura belum punya satu pun, dan Chua berharap suatu saat bisa menjadi yang pertama.
Oktober mendatang, Chua akan menjamu beberapa YouTuber Lego asal Amerika. Namun mereka tidak akan bisa melihat koleksi Minifigure dalam versi penuh.
"Istriku kasih aku 'kontrak sewa' satu minggu saja, sebelum aku harus bongkar semuanya. Karena itu, setelah peliputan dengan CNA kemarin, teman-teman Lego datang tiap hari buat 'viewing'."
Pasangan ini memang tidak punya anak, tapi mereka senang menerima tamu yang membawa anak. Chua bahkan sering menyiapkan paket kecil Lego untuk mereka.
Bagaimana kalau anak-anak itu tanpa sengaja merusak display-nya? Tidak seperti Lord Business di film Lego yang ingin membekukan dunia Lego dengan Kragle, Chua tidak segalak itu.
"Itu Lego, tinggal dibangun lagi," ujarnya santai.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.