Cinta tak harus buta: Kisah Elin membangun komunitas 'sisterhood' penyintas love scam
Beranggotakan lebih dari 500 orang, komunitas Safe Dating Apps bentukan Elin menjadi wadah komunikasi perempuan pengguna dating apps agar terjaga dari tipu muslihat scammer yang ditelusuri banyak berasal dari Kamboja.

Helinsa Kaban, 30, pendiri komunitas Space Dating Space. (Instagram/helinsakaban)
Artikel ini adalah bagian dari seri 'Hero adalah Kita'.
JAKARTA: Berharap menemukan belahan hati yang hilang di aplikasi kencan, Helinsa Kaban malah hampir jadi sasaran penipuan. Jika tidak cermat, tidak hanya hatinya saja yang patah, isi dompetnya pun bisa terkuras.
"Setelah match di dating apps, kami lanjut komunikasi ke WhatsApp. Saya langsung merasa orang ini nggak benar," kata perempuan yang akrab disapa Elin ini dalam wawancara dengan CNA Indonesia.
Salah satu red-flag yang Elin tengarai adalah, orang ini dengan mudahnya mengirimi KTP - yang kemungkinan besar palsu - berharap mendapatkan kepercayaan penuh. Selain itu, dia juga selalu menceritakan hidupnya yang nelangsa lantaran ditinggal sang istri.
"Nggak mungkin baru kenal langsung berani kasih KTP. Dia juga terlalu menjual kesedihan, mengaku habis diceraikan istrinya," kata perempuan berusia 30 tahun ini lagi.
Elin kemudian melakukan penelusuran foto yang digunakan pria itu di aplikasi kencan. Ternyata, foto itu curian dari seorang model pria di Filipina. Penelusuran nomor telepon menggunakan aplikasi di ponsel juga menunjukkan pria itu berasal dari Malaysia dengan nama yang sama sekali berbeda.
"Dari situ saya langsung memutuskan hubungan."
Namun, tidak semua orang sejeli dan seberuntung Elin. Banyak perempuan yang berujung jadi korban penipuan bermotifkan asmara alias love scam, merugi hingga ratusan juta rupiah.
Untuk memberi peringatan serta membuka kesadaran akan love scam, sejak tahun lalu Elin mendirikan komunitas Safe Dating Space di WhatsApp Community.
Beranggotakan lebih dari 500 orang dari seluruh Indonesia dan masih akan terus bertambah, komunitas itu tidak hanya jadi wadah berbagi kewaspadaan, tetapi juga penjalin persaudaraan antara para perempuan penyintas love scam.
"Di sini, kita saling berbagi pengalaman, belajar mengenali red flags dan green flags, serta mendukung satu sama lain untuk tetap waras, kuat, dan berdaya," kata Elin.
"Ketika ada yang akhirnya menemukan jodoh, kami semua ikutan happy banget, bahkan satu grup jadi baper," kata Elin.

MEMBANGUN 'SISTERHOOD'
Elin mulai menggunakan aplikasi kencan atau dating apps sejak 2022 setelah dia memutuskan move-on usai hubungan asmaranya selama 4,5 tahun kandas. Namun dia mendapati, tidak semua orang di aplikasi kencan jujur, bahkan tidak sedikit penipu.
Setelah mengetahui berbagai modus penipuan di dating apps, sejak tahun lalu Elin membagikan pengalamannya di TikTok. Dia tidak mengira, postingannya menuai banyak komentar, kebanyakan bertanya apakah pria yang mereka temui di aplikasi kencan adalah scammer.
"Banyak yang DM tanya, 'ini scammer bukan sih?' Untuk beberapa kasus saya balas, tapi saya tidak 24 jam buka TikTok. Beberapa orang juga komen telah ditipu scammer," kata perempuan yang berprofesi sebagai manajer pemasaran di sebuah perusahaan teknologi ini.
Pada November 2024, Elin akhirnya membuat komunitas Safe Dating Space di WhatsApp untuk mewadahi pertanyaan-pertanyaan tersebut. Baru berjalan dua bulan, anggota komunitas ini sudah mencapai 508 orang dari seluruh Indonesia, berusia antara 25 hingga 47 tahun.
"Semuanya perempuan, tapi tidak semuanya korban penipuan, banyak juga yang ingin tahu modus agar tidak tertipu," kata Elin.
Pendaftaran anggota komunitas dilakukan di Instagram. Banyak calon anggota yang belum disertakan karena Elin perlu melakukan verifikasi.
"Semua perempuan boleh ikut komunitas ini. Tapi jangan sampai grup anti-scam malah disusupi scammer," kata Elin.
Dari komunitas ini, para anggota saling berbagi kisah tentang penipuan di dating apps. Beberapa anggotanya, kata Elin, pernah ditipu hingga ratusan juta rupiah.
"Saya hitung, total kerugian anggota komunitas akibat penipuan bisa sampai Rp3 miliar. Ada yang tertipu Rp250 juta, Rp300 juta, sampai sebegitu mengerikannya," kata Elin.
Banyak anggota yang mengaku sangat terbantu dalam mengidentifikasi penipuan dari komunitas ini. Seorang perempuan di Papua, misalnya, yang bisa saja kehilangan uang Rp2 juta andaikan dia tidak tahu modus yang digunakan para scammer.
"Dia berterima kasih tidak jadi kehilangan Rp2 juta. Ini bukan soal nominalnya, tapi ternyata yang saya lakukan berdampak baik bagi orang lain, jadi saya terus menjalankannya," kata Elin.
Selain bertemu secara online, mereka kerap mengadakan pertemuan yang bisa dihadiri oleh puluhan orang. Total sudah empat kali pertemuan diadakan, yaitu di dua kali Jakarta, Bandung, dan Palembang.
Elin mengatakan, komunitas yang dibangunnya kini bukan sekadar ruang berbagi kisah untuk menghadapi para penipu cinta, tetapi juga membentuk "emotional support system".
"Komunitas ini telah tumbuh menjadi emotional support system — sisterhood — yang menemani para perempuan single dalam menavigasi kehidupan romansa, terutama di era dating apps," kata Elin.

KORBAN PALING RENTAN DAN MODUS-MODUSNYA
Dari percakapan antar anggota komunitas, Elin mengetahui bahwa perempuan yang paling rentan penipuan di dating apps adalah mereka yang sudah berusia matang, entah dia lajang, sudah pernah menikah sebelumnya, atau orang tua tunggal.
Para penipu tahu betul kondisi psikologis mereka, yaitu sangat membutuhkan pasangan hidup lantaran usia yang tidak muda lagi atau mendapat desakan sosial untuk segera menikah. Selain itu, perempuan di usia matang biasanya sudah mapan secara ekonomi, Elin menjelaskan
Mereka mudah terbuai dengan bujuk rayu para scammer, yang kebanyakan menggunakan foto palsu atau AI ketika berinteraksi dengan korbannya. Elin mengatakan, para penipu bahkan rela mengirimkan buket bunga, membelikan kopi, atau sarapan demi meluluhkan hati korbannya.
"Yang pertama kali diincar adalah mental korbannya, lalu setelah luluh, uangnya diincar," kata Elin.
Ketika menjadi korban penipuan, mereka tidak mendapatkan simpati, malah caci maki dari orang-orang sekitar.
"Mereka direndahkan dengan kata-kata 'lo udah tua masih juga kena tipu', disalahkan oleh keluarga. Akhirnya banyak dari mereka yang memendam perasaan, bahkan ada yang mencoba bunuh diri," kata Elin.
Elin kemudian membuatkan grup terpisah bagi anggota komunitas yang pernah menikah atau menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. "Nama grup ini Rise and Heal. Di grup ini mereka saling support satu sama lain," kata Elin.
Beberapa korban sudah melapor polisi, kata Elin, tapi tidak ada kelanjutannya.
Modus penipuan juga berbeda-beda tergantung korbannya. Elin mengatakan, para penipu telah melakukan profiling untuk menentukan modus penipuan apa yang cocok.
Ada modus 'Lisboa dan Makau', Elin menjulukinya demikian. Penipu dalam modus ini bilang sedang ditugaskan oleh kantornya ke Lisboa atau Makau dan mengalami masalah di kota itu sehingga minta ditransfer sejumlah uang.
Ada juga penipu yang mengaku sebagai dokter militer yang ditugaskan ke daerah perang oleh PBB, perusahaan tambang, perminyakan dan titel-titel bonafide lainnya. Mereka mengaku membelikan sesuatu kepada korban dan minta tolong untuk dibayarkan pajaknya.
Banyak juga penipu yang mengajak korbannya untuk ikut permainan judi online dan investasi bisnis seperi saham dan crypto.
"Mereka diajak untuk ikut trading, pelaku mengaku sebagai orang dalam yang tahu kapan harganya rendah," kata Elin.
Elin dan anggota komunitas lainnya sempat melakukan pelacakan berdasarkan transaksi korban yang ternyata mengarah kepada crypto wallet pelaku.
Berpengalaman bekerja di bidang jual beli crypto, Elin menjelaskan bahwa seluruh transaksi cryptocurrency seperti Bitcoin atau Ethereum tersimpan secara permanen di blockchain dan dapat dilihat oleh siapa saja melalui alamat crypto wallet, meskipun identitas pemiliknya tetap anonim.
Dari situ, Elin melakukan penelusuran pelaku dan mendapati bahwa mereka berada di Kamboja, negara yang terkenal karena menjadi sarang sindikat penipu online dari berbagai negara di Asia, mulai dari love scam, judi online hingga pencucian uang.
"Dari data yang kami tracking, love scam berputar di sana," kata Elin.
TIPS AGAR TIDAK JADI KORBAN PENIPUAN
Elin mengatakan ada beberapa cara untuk menyelidiki apakah seseorang yang 'match' di dating apps adalah penipu. Salah satu cara terampuh adalah dengan mencermati fotonya.
"Kita bisa melakukan reverse image untuk mengetahui dia siapa," kata Elin, seraya mengatakan para anggota komunitas saling membantu melakukan penelusuran foto di internet menggunakan berbagai aplikasi.
Dalam salah satu penelusuran, diketahui foto yang digunakan bukanlah orang Indonesia, melainkan seseorang di negara-negara lain. Ada juga yang menggunakan AI ketika melakukan video call.
"Kalau mau tahu mereka AI atau bukan, lihat dari cara mereka duduk. Jika cara duduknya kaku seperti menatap laptop berarti pakai AI," ujar Elin.
Dalam hal ini, kata Elin, "suudzon (berprasangka buruk) itu wajib", apalagi jika foto dan video yang ditampilkan terlalu sempurna.
"Jika terasa too good too be true, ganteng banget, maka patut dicurigai kenapa dia mau sama saya yang biasa-biasa saja," kata Elin.
"Dunia ini tidak seperti kisah Cinderella, kita harus mampu mengendalikan diri dan me-manage ekspektasi."
Jika dari foto saja sudah bohong, maka orang tersebut kemungkinan besar adalah penipu.

Penipu juga kerap mengirimkan foto-foto kegiatan sehari-hari untuk memikat hati korban. Ada foto sama yang selalu dibagikan para penipu kepada para korbannya: Buah naga.
Hal ini diketahui setelah salah satu anggota komunitas Safe Dating Space membagikan foto 'daily life' dari seorang pria di dating apps. Dalam foto itu, terlihat buah naga, untuk memberi kesan pelaku hidup dengan sehat.
"Tiba-tiba anggota lain juga mengaku pernah menerima foto yang sama. Setelah saya ceritakan ke TikTok, banyak juga yang komentar menerima foto serupa," kata Elin.
Selain buah naga, ada juga foto-foto yang sama seperti di bandara atau di mobil. "Sepertinya scammer-nya berbeda, tapi mereka punya satu database foto dan video."

Tips lainnya dari Elin adalah perhatikan ritme dalam membangun hubungan dengan orang tersebut. Jika dia terkesan buru-buru dan terlalu menjual kesedihan, maka sudah sepatutnya dicurigai.
"Kalau sudah melihat tanda-tanda seperti itu jangan denial, segera pergi. Jangan takut, patah hati bisa sembuh dalam dua atau tiga hari," ujar Elin.
Ke depannya, Elin berharap komunitas yang dibangunnya bisa berkembang dan lebih luas dalam memberikan edukasi tentang bahaya love scam.
Mimpinya adalah membuat semacam aplikasi yang menjadi ruang aman bagi perempuan untuk saling berbagi tanpa menghakimi, saling mendukung dan menguatkan dalam mencari pasangan, terutama di dating apps.
"We are in this journey together, tetap berhati-hati dan semangat. Jangan malu mencari jodoh di dating apps, karena itu adalah bagian dari ikhtiar," ujar Elin.
'Hero adalah Kita' adalah seri tulisan yang mengangkat kisah inspiratif dari pahlawan sehari-hari di Indonesia. CNA Indonesia menyoroti individu-individu yang berdedikasi tulus demi kebaikan masyarakat dan lingkungan di sekitar mereka.
Seri ini adalah bentuk apresiasi kami kepada mereka yang sering kali tidak terlihat namun berdampak besar bagi banyak orang. Ayo sama-sama kenali dan hargai para pahlawan di sekitar kita, karena Hero adalah Kita!
Kenal sosok pahlawan di sekitarmu yang telah membantu masyarakat? Beri tahu kami lewat email di cnaindonesia [at] mediacorp.com.sg.