Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Lifestyle

Tanpa lelah menyelamatkan anak-anak: Kisah dokter ahli bedah pediatrik, profesi langka di Singapura

Dengan jam kerja 15 jam sehari, dr. Sharon Low melakukan operasi bedah otak dan tulang belakang yang kompleks dan mendesak pada pasien anak. Kepada CNA Women, dia mengisahkan apa yang membuatnya bekerja tanpa lelah dan bagaimana pasien anak dan para orang tua telah menginspirasinya.

Tanpa lelah menyelamatkan anak-anak: Kisah dokter ahli bedah pediatrik, profesi langka di Singapura
Sebagai satu dari tiga ahli bedah saraf pediatrik di Singapura, dr. Sharon Low melakukan satu hingga lima operasi terhadap pasien anak setiap minggunya. (Foto milik CNA/Aik Chen)

SINGAPURA: Wawancara saya dengan dr. Sharon Low awalnya dijadwalkan pada Senin pagi. Namun, pertemuan ditunda di menit-menit terakhir karena ahli bedah saraf pediatrik di Rumah Sakit Wanita dan Anak KK (KKH), Singapura, ini harus melakukan operasi bedah otak darurat pada seorang pasien anak.

Ketika akhirnya bertemu dengan dr. Low keesokan hari di kantornya, tentu saja hal pertama yang saya tanyakan adalah soal operasi itu.

"Seorang balita dirujuk ke sini setelah ibunya menyadari bahwa anak itu terus terjatuh ke satu sisi. Setelah dilakukan MRI, ditemukan tumor otak dengan hidrosefalus, sebuah kondisi di mana ada kelebihan cairan yang menumpuk di otak," kata dia.

Penumpukan cairan dalam jumlah besar menyebabkan tekanan yang tinggi pada otak balita tersebut, dan tindakan bedah harus segera dilakukan demi menyelamatkan nyawanya. Dr. Low menjadwalkan operasi segera dilakukan dalam waktu 24 jam.

Pembedahan dilakukan dengan membuat lubang kecil di tengkorak balita itu, dan lubang kecil lain dibuat di bagian otak untuk mengeluarkan cairan yang berlebih serta mengurangi tekanan pada otak. Pada saat yang sama, jaringan tumor diambil untuk diperiksa.

KESEHARIAN DOKTER AHLI BEDAH SARAF

Tindakan bedah yang mendesak dan berisiko tinggi itu sudah biasa ditemui dokter ahli saraf berusia 46 tahun ini. Sebagai Kepala Layanan Bedah Saraf di KKH, dr. Low melakukan bedah semacam itu antara satu hingga lima kali setiap minggunya.

Bahkan menurut dr. Low, tindakan bedah yang baru saja diceritakan kepada CNA Women merupakan prosedur yang terbilang mudah di dunia bedah saraf. Prosedur itu selesai dalam waktu sekitar satu jam.

"Dalam bedah saraf, kebanyakan kasusnya harus segera ditangani," kata dr. Low (kanan), ahli bedah saraf pediatrik yang biasa melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa pasien anak. (Foto: Rumah Sakit Wanita dan Anak KK)

Dr. Low mengatakan, bidang bedah saraf terkenal rumit karena melibatkan tindakan pada otak dan sumsum tulang belakang. Bedah tumor otak yang pelik bisa memakan waktu empat hingga enam jam. Dr. Low sendiri pernah melakukan bedah yang berlangsung selama 20 jam.

"Pasiennya adalah anak yang masih sangat kecil dengan tumor yang besar dan ganas dari dasar tengkorak hingga ke hidung. Pembedahan dilakukan bersama antara saya, ahli bedah THT dan bedah plastik untuk membersihkan tumor dan merekonstruksi wajahnya," kata dia.

Jika dalam prosedurnya menyebabkan luka pada otak atau struktur tulang belakang, maka pasien bisa berakhir lumpuh, mengalami kondisi vegetatif atau meninggal dunia.

Dr. Low adalah satu dari tiga ahli bedah saraf pediatrik di KKH - dan satu-satunya perempuan.

Usia pasiennya berkisar antara satu hari hingga 19 tahun. Dia menangani tumor otak dan sumsum tulang belakang, hidrosefalus, cedera kepala, dan kondisi lainnya yang melibatkan otak dan sumsum tulang belakang, seperti kista otak, infeksi otak, dan cacat lahir tertentu.

Tidak ada ruang untuk kesalahan pada prosedur bedah saraf. "Jika Anda menyebabkan luka pada salah satu bagian otak atau struktur tulang belakang, maka pasien bisa berakhir lumpuh, mengalami kondisi vegetatif atau meninggal dunia," kata dr. Low, sembari menegaskan bahwa hal ini tidak pernah terjadi di KKH.

Itulah alasan mengapa premi asuransi medis untuk bedah saraf adalah salah satu yang tertinggi di antara spesialisasi medis lainnya, ujar dr. Low menambahkan.

Jam kerjanya juga panjang. "Ketika saya memulai pendidikan, mereka mengatakan bahwa ini adalah spesialisasi yang akan membuatmu tidak pernah pulang," kata dr. Low sambil tergelak.

Ini juga yang menjadi alasan mengapa spesialisasi bedah saraf bukanlah pilihan yang populer di kalangan mahasiswa kedokteran. Di Singapura, hanya ada 50-an dokter bedah saraf, sekitar 10 persen di antaranya perempuan.

Bahkan, dr. Low mengatakan bahwa dia adalah dokter bedah saraf perempuan kedua di Singapura - yang pertama datang dari Inggris. Dia mulai praktik pada 2016 dan tiga dokter ahli bedah saraf perempuan lainnya menyusul kemudian. Jadi hari ini, kata dia, ada lima dokter bedah saraf perempuan di Singapura.

Dr Sharon Low adalah ahli bedah saraf perempuan kedua di Singapura, dan dia telah membuka jalan bagi lebih banyak perempuan lainnya untuk tergabung dalam spesialisasi medis ini. (Foto: CNA/Aik Chen)

Dr. Low terus mendorong dirinya untuk memberikan yang terbaik, dengan bangun setiap pagi pukul 4.30 dan mengakhiri pekerjaan sekitar pukul 22.00 atau 23.00. Dia membagi waktu antara tindakan bedah, memeriksa pasien di klinik, melakukan penelitian, perencanaan sumber daya, pendidikan dan pelatihan, ditambah lagi tugas administratif sebagai kepala layanan bedah saraf di KKH.

Sebulan sekali, dia memeriksa pasien dewasa di Rumah Sakit Tan Tock Seng. Dia terkadang juga merawat pasien dewasa dengan tumor otak yang dirujuk ke Rumah Sakit Umum Singapura.

MENJAGA HARAPAN DI TENGAH TIPISNYA PELUANG

Berbicara tumor otak, kondisinya terkadang bisa parah. Salah satu bagian tersulit dari pekerjaan dr. Low adalah menyampaikan kabar buruk tersebut kepada orang tua pasien dan mendiskusikan opsi-opsi perawatan medis.

"Jika pasien sudah berusia 60 tahun, misalnya, diagnosis penyakit mematikan datang ketika kehidupan sudah dia jalani sepenuhnya, menerima kabar itu mungkin akan sulit, tapi bukan hal yang terlalu buruk karena dia telah melalui sebagian besar kehidupannya.

"Tapi jika pasien baru berusia enam tahun, kehidupannya baru saja dimulai, dan saya harus memberitahu bahwa dia menderita penyakit mematikan atau sangat parah. Bisa Anda bayangkan betapa sulit bagi orang tuanya untuk dapat menerima kabar itu," kata dia.

"Ketika memulai pendidikan, mereka mengatakan bahwa ini adalah spesialisasi yang akan membuatmu tidak pernah pulang."

Bahkan para dokter pun merasakan duka yang mendalam. "Ketika saya banyak melakukan operasi bedah saraf pada pasien dewasa, saya berpikir bahwa hidup itu ternyata singkat. Tapi setelah melakukan bedah saraf pediatrik, saya semakin tersadar bahwa hidup ini bahkan lebih singkat daripada yang kita bayangkan," kata dia.

Karena itulah, Low akan terus berjuang mengobati pasien dengan kondisi yang parah, bahkan jika peluang sembuhnya kecil.

"Saya pernah merawat seorang anak dengan kanker otak yang sangat parah, harapan hidupnya hanya dua tahun. Semua orang mengira dia akan meninggal. Dia anak yang luar biasa, dan lebih menyedihkannya lagi, ibunya mengatakan dia harus berjuang keras agar bisa hamil anak itu," kenang dr. Low.

"Apa yang membuat saya bahagia adalah, anak itu masih hidup hingga saat ini, enam tahun setelah operasi, dan dia sudah memasuki usia dewasa berkat kemajuan di bidang obat-obatan," kata dr. Low, yang masih terus memantau kondisi pasien-pasien tumor otaknya meski sudah tidak lagi berobat dengannya.

Melakukan bedah saraf pediatrik, saya semakin tersadar bahwa hidup ini bahkan lebih singkat daripada yang kita bayangkan.

Didorong asa untuk dapat menyembuhkan pasien dengan peluang hidup yang seakan mustahil, dr. Low aktif berkontribusi pada penelitian mengenai tumor otak pada anak.

"Kami mengumpulkan sisa-sisa tumor yang tidak diperlukan oleh dokter ahli patologi dan mencoba memahami kerja biologisnya di laboratorium untuk mencari tahu apa yang memicu tumor, apa yang membuatnya tumbuh, dan apa yang bisa membunuhnya," kata dia.

Dia meyakini, penelitian itu akan membawa perubahan dalam penanganan tumor otak di masa mendatang.

"Di masa lalu, ahli bedah saraf sangat bergantung pada prosedur pengangkatan tumor secara keseluruhan sebanyak mungkin karena belum ada obat untuk 'mencairkan' tumor itu.

"Tapi sekarang, ada lebih banyak pilihan untuk mengatasi tumor otak. Dan dengan lebih banyak penelitian, tindakan bedah yang agresif mungkin bukanlah opsi pertama dalam menangani tumor otak saat ini," ujar dia.

Dr. Low merasa bahwa menjadi spesialis bedah saraf anak sangat memuaskan karena dapat melihat betapa gigihnya anak-anak dan keceriaan mereka yang menular. (Foto: CNA/Aik Chen)

Dr. Low, yang telah menikah namun belum memiliki anak, mengatakan bahwa pasien anak dan orang tua merekalah yang telah menginspirasi dan memotivasi dirinya.

"Saya melihat betapa kuatnya orang tua demi anak-anak, rela mengorbankan semua yang mereka miliki demi mendampingi masa perawatan anaknya.

"Apapun yang terjadi, mereka tidak pernah menyerah. Jika dibanding dengan mereka, saya bukanlah orang yang kuat," ujar dia.

Melakukan pemeriksaan pasien di bangsal anak juga menyenangkan bagi dr. Low. "Anak-anak pada dasarnya tidak tahu apa yang terjadi, dan mereka tidak pernah berhenti bahagia walau sedang sakit. Mereka masih akan tetap lucu seperti biasanya," kata dia.

"Banyak anak-anak yang saya tangani sangat tangguh, baik fisik dan mental," imbuh dr. Low. "Entah bagaimana caranya, mereka bisa melalui rasa sakit dan melupakannya tanpa ada masalah kejiwaan seperti yang dialami orang dewasa."

"Merawat anak-anak membuat saya menyadari bahwa mereka bisa menaklukkan semua rintangan," kata dia.

Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris.
  
Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini soal canggihnya teknologi robot yang digunakan di rumah sakit Singapura.

Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.

Source: CNA/da(ih)

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan