Lagu Into the New World SNSD dan Whiplash aespa jadi anthem aksi protes pemakzulan Presiden Korsel
Lagu-lagu K-pop kini menjadi simbol persatuan demonstran karena semangatnya relevan, temanya sesuai, dan mudah diterima oleh semua kalangan.
Sejumlah lagu K-pop, termasuk debut Girls' Generation (SNSD), Into the New World, dan Whiplash milik aespa, kini menjadi anthem aksi protes di Korea Selatan untuk menuntut pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol.
Lagu-lagu tersebut serempak dinyanyikan oleh para demonstran di lokasi aksi unjuk rasa, karena dianggap mampu membangkitkan semangat dan memiliki tema yang sesuai dengan aksi protes.
Dalam aksi protes dengan lilin di dekat Majelis Nasional di Yeouido, Seoul, pada Jumat (13/12) misalnya, lagu-lagu K-pop itu tidak henti dinyanyikan oleh para demonstran yang sebagian besar berusia muda.
Lagu Into the New World merupakan lagu debut dari Girls' Generation yang dirilis pada 2007.
Jadi, usia lagu ini sebenarnya sudah 17 tahun.
Namun, menurut Melon, salah satu platform streaming musik terbesar di Korea, jumlah pendengar lagu Into the New World melonjak 23 persen sepekan setelah deklarasi darurat militer yang gagal pada 3 Desember lalu.
Lonjakan ini akibat lagu Into the New World dianggap mampu merepresentasikan simbol perlawanan yang digaungkan oleh para demonstran.
SOUNDTRACK PROTES
Bukan kali ini saja sebenarnya lagu Into the New World dianggap sebagai "soundtrack" aksi protes.
Lagu ini pun kerap dinyanyikan sebagai anthem protes selama aksi mahasiswa Universitas Wanita Ewha pada 2016.
Para mahasiswa menyanyikan lagu ini saat menuntut pengunduran diri Presiden Universitas saat itu, Choi Kyung-hee, atas rencana pendirian LiFE College (Light Up Your Future in Ewha).
Demonstrasi sembari menyanyikan lagu Into the New World menjadi viral kala itu di media sosial.
Menurut para ahli, daya tarik lagu ini di ranah politik terletak pada liriknya yang mengobarkan semangat dan keberanian untuk melangkah ke hal yang baru.
Liriknya berbunyi, "Aku mencintaimu, seperti perasaan ini / akhir dari pencarian yang kita impikan / selamat tinggal pada kesedihan yang berulang di dunia ini," mampu menyentuh hati para demonstran.
"Lagu ini menonjol karena membahas perjuangan universal dan tekad untuk maju tanpa kehilangan harapan," tulis kritikus budaya pop Kim Hern-sik, dikutip dari The Korea Times.
"Lagu ini mampu melembutkan suasana intens protes, memperluas empati, dan memperkuat solidaritas. Ia mengangkat protes ke tingkat ekspresi budaya yang dapat dipahami bersama," tambahnya.
DARI APT. HINGGA RING DING DONG
Lagu-lagu K-pop lain, yang sebagian besar memiliki irama yang catchy, juga bertransformasi menjadi soundtrack aksi protes dalam beberapa hari terakhir ini.
Menurut catatan The Korea Times, lagu-lagu K-pop itu termasuk lagu APT. dari Rose BLACKPINK, Whiplash dari aespa, dan Ring Ding Dong dari SHINee.
Para pakar politik menilai ada sejumlah faktor yang menjadikan lagu-lagu K-pop dinyanyikan di aksi-aksi protes.
K-pop dianggap mampu menjadi jembatan budaya yang menghubungkan berbagai kelas sosial para demonstran, termasuk para mahasiswa, para perempuan berusia 20-30 tahun yang paham terhadap politik, dan bahkan generasi tua yang sebelumnya menjadi aktivis pun tak segan menyanyikannya.
Lagu-lagu K-pop itu dipahami oleh semua kalangan di Korea Selatan.
Fenomena ini pun menandai pergeseran budaya dalam aksi protes di Korsel.
Menyanyikan lagu K-pop bersama, lengkap dengan aksesoris light stick, membuat aksi protes menjadi mirip konser K-pop, namun mengangkat tuntutan politik yang jelas.
Bukan hanya tak segan menyanyikan lagu-lagu K-pop kekinian, demonstran generasi tua pun tak ragu membagikan lirik-lirik lagu aktivis akar rumput tradisional di ajang aksi-aksi pro-pemakzulan.
Lagu-lagu tersebut termasuk March for the Beloved, Morning Dew, dan Like a Rock.
Menyanyikan lagu-lagu yang membangkitkan semangat dan keberanian telah menjadi simbol solidaritas para demonstran, bahkan ketika dilakukan melalui medium K-pop.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya.