Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Lifestyle

Berawal dari hobi, ibu ini jadi atlet gim dansa pada Olimpiade esport

Siti Zhywee Ramle adalah satu dari 17 atlet esports yang mewakili Singapura di Seri Olimpiade Esports selama Pekan Olimpiade Esports Juni lalu dan berhasil masuk final pada kategori gim dansa. 

Berawal dari hobi, ibu ini jadi atlet gim dansa pada Olimpiade esport
Bagi Siti Zhywee Ramle, gim video Just Dance lebih dari sekadar menyalurkan hobi menari. (Foto: BERITA/Nurfazirah Azman)

SINGAPURA: Awalnya bermain "Just Dance" mungkin hanya aktivitas pengisi waktu luang yang menyenangkan, tapi bagi para atlet esports seperti Siti Zhywee Ramle, gim tari online ini jadi pembuka jalan untuk tampil di kancah global. Siti hadir mewakili Singapura pada final Seri Olimpiade Esports pada Pekan Olimpiade Esports 2023.

Instruktur kebugaran berusia 38 tahun ini sebenarnya sudah menjajaki esports, terutama gim tari, dalam 10 tahun terakhir. Namun baru tahun lalu dia mulai fokus dan menekuni bidang olahraga virtual ini.

Siti mulai menekuni Just Dance dengan lebih serius tahun lalu dan menarik perhatian perusahaan pengembang game online Ubisoft Singapura. (Foto: BERITA/Nurfazirah Azman)

"Sejak menjadi seorang ibu, saya tidak punya banyak waktu untuk melakukan apa pun," kata Siti kepada laman Berita. "Lalu saya coba-coba bermain Just Dance. Saya ikut dalam kompetisi online dan mendapat skor yang memuaskan."

Just Dance adalah sebuah gim video yang mengharuskan pemainnya meniru gerakan tari para karakter di layar. Skor diberikan berdasarkan tingkat akurasi pemain dalam meniru gerakan-gerakan tersebut.

Siti tidak pernah mengira hobi bermain gim tari akan mengantarkannya ke panggung esports dunia. Dia sungguh terkejut ketika ditelepon Ubisoft Singapura, perusahaan pengembang gim online, yang bertanya apakah dia tertarik mengikuti pertandingan di Seri Olimpiade Esports.

"Awalnya saya ragu, tapi saya tahu ini adalah kesempatan emas," kata Siti yang akhirnya menerima tawaran tersebut. 

Dia menjadi satu dari 17 atlet olahraga virtual yang mewakili Singapura pada final Seri Olimpiade Esports 2023, ajang utama pada Pekan Olimpiade Esports. Cabang gim yang dipertandingkan adalah taekwondo, menembak, balap motor, dansa, panahan dan catur.

Termasuk Siti, ada delapan finalis pada kategori gim dansa (Just Dance) yang berasal dari Prancis, Brasil, Amerika Serikat, Finlandia, India dan Italia.

Siti tampil pada kompetisi pada 23 Juni lalu di Suntec Singapore Convention and Exhibition Centre. 

MENYEIMBANGKAN WAKTU ANTARA KELUARGA DAN HOBI

Siti mengajak putranya ikut menari saat berlatih untuk kompetisi Just Dance untuk mempererat hubungan ibu dan anak. (Foto: BERITA/Nurfazirah Azman)

Siti mengakui bahwa membagi waktu antara pekerjaannya sebagai instruktur kebugaran, suami, dan anak-anaknya adalah sebuah tantangan.

"Pekerjaan saya membutuhkan energi fisik yang besar," kata dia kepada Berita. "Saya mengajar Zumba, Fight Do, Yoga dan yang lainnya, tiga atau empat jam per hari. Saya juga harus mengasuh dua anak di masa liburan sekolah ini, dan salah satunya berkebutuhan khusus jadi saya perlu memberikan perhatian lebih kepadanya."

Dia mengajak Zhafeer, putranya yang berusia lima tahun, untuk ikut menari dalam sesi latihan Just Dance di rumah. Ini dilakukannya sebagai cara agar tetap menghabiskan waktu bersama mereka. 

"Suami mengambil tugas lebih banyak di saat-saat seperti ini dengan mengasuh anak-anak atau bermain dengan mereka," kata Siti. "Keluarga, teman, dan murid-murid juga memberikan banyak dukungan kepada saya."

Waktu yang fleksibel pada esports juga memungkinkan Siti untuk tetap aktif menjalani kegiatan hariannya.

"Kalau berdansa di kehidupan nyata, biasanya murid-murid harus pergi ke lokasi studio, dan mereka perlu waktu lebih banyak dalam perjalanan ke studio dari rumah atau kantor, dan butuh pelatih juga untuk membantu," kata dia.

"Di dunia virtual, kita bebas menari di rumah, tidak ada yang melihat, dan bebas memilih lagu dan gaya tari sendiri."

MENEPIS KOMENTAR NEGATIF  

Siti berkompetisi melawan tujuh finalis Just Dance lainnya dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Italia, dan India. (Foto: Olympic Esports Series)

Di tengah latihannya untuk kompetisi esports Just Dance, Siti juga harus menepis berbagai komentar sinis di komunitas online soal usianya - lantaran dia adalah atlet esports tertua yang mewakili Singapura.

"Ada komentar-komentar negatif seperti, 'kompetisi ini untuk anak-anak muda, kenapa orang dewasa seperti kamu ikutan?'" kata Siti. "Tapi perkataan itu tidak meruntuhkan semangat saya. Dengan ikut serta dalam kompetisi ini, saya berharap bisa menginspirasi ibu-ibu lainnya dan perempuan dari generasi saya untuk melakukan apa yang mereka inginkan."

Siti juga berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa esports adalah sebuah permainan, olahraga dan juga kompetisi. 

"Selama mengikuti ajang ini, saya akan berusaha mengimbangi kemampuan para pemenang tahun-tahun sebelumnya," ujar Siti. "Saya juga akan memberikan penampilan terbaik agar dapat dinikmati oleh para peserta lain dan masyarakat."

Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris.

Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini mengenai cara para asisten rumah tangga di Singapura tetap sehat dan bahagia.  

Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.

Source: CNA/da(ih)

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan