Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Lifestyle

Mitos atau fakta: bluetooth di TWS dan headphone bisa merusak otak?

Mengikuti perkembangan teknologi memang penting, namun kesehatanmu tetap harus menjadi prioritas utama.

Mitos atau fakta: bluetooth di TWS dan headphone bisa merusak otak?

Penyuara jemala (headphone) dan penyuara telinga (earphone) nirkabel dengan teknologi bluetooth. (Foto: iStock/Abu Hanifah)

Penggunaan perangkat audio nirkabel seperti bluetooth headphone (penyuara jemala), true wireless stereo/TWS (penyuara telinga nirkabel), dan headset (perangkat jemala) semakin umum di era digital.

Meskipun praktis, muncul kekhawatiran apakah radiasi dari bluetooth berbahaya bagi kesehatan, terutama otak?

FAKTA RADIASI BLUETOOTH

Bluetooth headphone menggunakan teknologi konektivitas nirkabel yang memancarkan radiasi elektromagnetik non-ionisasi, yaitu radiasi frekuensi radio (RFR). 

Meski radiasi ini memiliki intensitas rendah, kekhawatiran akan dampaknya tetap ada. 

Sebagian orang bahkan berpendapat bahwa radiasi dari perangkat ini berpotensi menimbulkan kanker. 

Bahkan pada 2015, sekelompok ilmuwan menandatangani petisi yang menyatakan keprihatinan terhadap dampak kesehatan dari perangkat yang menggunakan radiasi elektromagnetik, seperti bluetooth.

Penyuara jemala (headphone) kabel dan penyuara telinga (earphone) nirkabel dengan teknologi bluetooth. (Foto: iStock/vi-mart)

Namun, National Cancer Institute dari Amerika Serikat menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang mengaitkan langsung penggunaan perangkat nirkabel seperti TWS atau bluetooth headphone dengan kanker. 

Profesor bioteknologi di Universitas Pennsylvania, Ken Foster, menyebutkan bahwa radiasi dari perangkat bluetooth bahkan lebih rendah dibandingkan dengan radiasi dari ponsel, menurut laporan Health.com. 

"Paparan radiasi tersebut dapat bertambah jika kamu menggunakan bluetooth headphone nirkabel selama berjam-jam sehari untuk mendengarkan musik atau podcast," ungkapnya.

"Namun radiasinya lebih kecil ketimbang kamu mendengarkan dari ponsel yang didekatkan ke telinga," tuturnya. 

Selain kekhawatiran terkait kerusakan otak dan kanker, para ilmuwan juga menyoroti risiko kesehatan lainnya dari penggunaan perangkat berbasis radiasi elektromagnetik. 

Menurut laporan dari Healthline, medan elektromagnetik dapat menyebabkan kerusakan genetik, gangguan neurologis, defisit memori dan belajar, serta gangguan reproduksi.

"Menggunakan headphone dalam waktu lama dan dengan volume yang keras akan mengganggu pendengaran dan dapat merusak gendang telinga," jelas dr. Alvin Nursalim, SpPD, dikutip dari KlikDokter.

Penyuara telinga (earphone) kabel. (Foto: iStock/bakhurmikele)

BAGAIMANA MENCEGAHNYA?

Meskipun risikonya belum sepenuhnya terbukti, langkah-langkah pencegahan tetap disarankan bagi para pengguna perangkat bluetooth

Ahli neuro-onkologi di John Wayne Cancer Institute, dr. Santosh Kesari, menyarankan penggunaan headphone kabel sebagai alternatif yang lebih aman untuk panggilan telepon panjang, terlebih bagi mereka yang khawatir akan paparan radiasi.

Moskowitz juga mengingatkan agar tidak menggunakan bluetooth headphone dalam waktu lama, terutama untuk anak-anak yang lebih rentan terhadap radiasi. 

"Anak-anak berisiko lebih tinggi karena tengkorak mereka lebih tipis, yang memungkinkan radiasi elektromagnetik terserap lebih banyak," jelasnya.

Selain itu, disarankan juga menjaga jarak ponsel setidaknya 25 cm dari wajah saat mendengarkan musik atau menelepon, serta hanya menggunakan perangkat saat sinyal kuat, yang juga bisa membantu mengurangi paparan radiasi.

Mengikuti perkembangan teknologi memang penting, namun kesehatanmu tetap harus menjadi prioritas utama.

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.

Source: Others/ps

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan