Musang King minggir dulu, ada durian Tupai King yang akan jadi primadona baru
Ada varian durian baru asal Penang, Malaysia, yang akan segera digandrungi pecinta durian. Meski belum terjual bebas, namun sudah banyak tiruannya di pasar Singapura.
SINGAPURA: Durian kelas premium bertambah satu lagi jenisnya, yaitu Tupai King. Serupa tapi tak sama dengan Musang King, durian Tupai King memiliki tekstur dan sensasi yang unik ketika menyantapnya.
Talking Point CNA menelusuri bahwa nama Tupai King pertama kali heboh dibahas di media sosial dan forum internet sejak tiga tahun lalu.
Durian ini secara khusus dijual di toko durian Cap Tupai, milik Chew Chee Wan di Penang, Malaysia. CNA menyambanginya dan mencicipi sensasi legit rasa Tupai King.
Salah satu ciri khas yang kentara dari durian jenis ini adalah bentuknya yang ramping dan oval. Biasanya, durian dibuka dari bagian bawahnya, tapi Tupai King dibuka dari atas karena di bagian ini kulitnya lebih tipis.
Dibanding Musang King - atau juga tenar dengan nama Mao Shan Wang di Malaysia dan Singapura - rasa Tupai King cenderung lebih pahit dan kurang manis. Ada warna kebiruan dan kehijauan dari daging buahnya.
"Yang menarik adalah, ketika saya selesai memakannya, ada rasa seperti alkohol," kata host Talking Point CNA, Diana Ser, yang mengunjungi Cap Tupai untuk mencicipi durian ini.
Pemilik Cap Tupai, Chew, mengaku menjadi yang pertama membudidayakan Tupai King. Dia bahkan telah mendaftarkannya dan mendapatkan sertifikat kepemilikan dari Institut Riset dan Pengembangan Agrikultur Malaysia.
Meski Tupai King populer, namun Chew tidak memajang durian itu di tokonya sembarangan. Pasalnya, durian itu sangat berharga.
Setiap musim panen, hanya sekitar 1.000 Tupai King yang bisa diproduksi. Bandingkan dengan durian lain, termasuk Musang King, yang bisa diimpor dari Malaysia ke Singapura sebanyak 100 ton setiap harinya.
Saking langkanya, harga durian jenis ini selangit. Chew menjual Tupai King seharga RM120 (Rp440 ribu) per kilogramnya, dan satu durian bisa mencapai berat hingga 3 kilogram. Harga ini 50 sampai 90 persen lebih mahal ketimbang Musang King di Singapura.
Chew mengatakan, pohon Tupai King belum banyak berbuah. Dia sudah mulai menjualnya sejak 2022 dan membagikan benihnya kepada petani lain, tapi belum juga ada yang panen.
"Buah yang berasal dari pohon tua baru bisa dipanen setelah tiga setengah tahun, dan buah yang dihasilkan berkualitas tinggi," kata Chew yang memiliki kebun durian seluas 3,5 hektare dan mulai membudidayakannya sejak 2004.
Para pakar memperkirakan, butuh waktu sekitar lima hingga 10 tahun sampai Tupai King bisa diekspor dari Penang ke Singapura. Kendati demikian, sudah banyak durian yang berlabel Tupai King dijual di Singapura, seharga S$58 (Rp690 ribu) per kilogramnya.
Chew berkata: "Saya berani jamin Tupai King di Singapura bukan Tupai King asli milik saya. Karena Tupai King saya belum diekspor ke Singapura".
Beberapa durian yang dilabeli Tupai King di Singapura ternyata memiliki tulisan kecil Mao Shan Wang di bawahnya. Musang King yang diserupakan Tupai King.
Menurut para pedagang durian di Singapura, praktik ini jamak terjadi dan menurut mereka sah-sah saja.
"Mao Shan Wang memiliki profil rasa yang cukup luas, mulai dari jenis yang manis hingga sangat pahit," kata David Loh, mantan penjual durian di Facebook dengan nama akun My Durian Hubz.
"Pedagang memanfaatkan kondisi ini untuk menjual (Musang King) sebagai jenis yang lain."
Simak penelusuran Talking Point CNA soal Tupai King dalam video berikut ini:
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.