Sudah jalan-jalan untuk healing tapi kok tetap burnout? Ini penjelasannya!
Healing ke Bali atau ke luar negeri ternyata bukan solusi atas kelelahan, atau burnout, yang kamu alami.

Dalam beberapa tahun terakhir, tren berjalan-jalan menghilangkan kepenatan karena rutinitas bekerja menjadi sesuatu yang lazim terlihat di media sosial, khususnya Instagram.
Netizen akan menjepret foto dan merekam video untuk memperlihatkan mereka tengah menikmati matahari terbit di pegunungan, matahari terbenam di pantai, berjalan-jalan di bawah menara Eiffel di Paris, atau bermain salju di pegunungan Swiss.
Tren ini memang banyak dilakukan oleh mereka yang berada di kelas menengah ke atas yang mampu membiayai perjalanan semacam itu, untuk mengisi waktu liburan atau pun cuti. Salah satunya, tentu saja, mungkin juga kamu, yang sedang membaca tulisan ini.
Tren semacam ini kerap disebut sebagai healing, untuk menghilangkan penat akibat burnout dalam pekerjaan ataupun rutinitas kehidupan.
Namun, sebagian besar orang yang berjalan-jalan untuk healing, mengaku mereka kembali merasakan burnout ketika kembali ke rutinitas sehari-hari.
Malahan, sebagian besar mengaku merasa stres dan tekanan yang bahkan lebih besar dibandingkan sebelum berjalan-jalan.
Mengapa bisa demikian? Apakah benar healing dengan berjalan-jalan dapat menghilangkan burnout? Simak penjelasannya!
APA ITU BURNOUT

Burnout merupakan istilah yang kerap digunakan untuk merujuk kepada perasaan letih yang teramat sangat. Namun, burnout juga ternyata dapat merujuk kepada perasaan letih secara fisik maupun secara mental, baik karena pekerjaan ataupun rutinitas kehidupan.
"Burnout adalah hasil dari stres tinggi yang berkelanjutan. Ini sering berasal dari stres terkait pekerjaan, tetapi juga bisa dikombinasikan dengan stres dari kehidupan pribadi," kata Shannon Garcia, psikoterapis di States of Wellness Counseling di Illinois dan Wisconsin, Amerika Serikat, dikutip dari Huffpost.
Garcia memaparkan bahwa mereka yang mengalami burnout biasanya menganggap liburan sebagai solusi untuk masalah pekerjaan. Hal ini bahkan bisa terjadi bagi mereka yang sangat mencintai pekerjaannya.
"Kalau kamu berpikir, 'Aku hanya butuh libur seminggu,' biasanya itu tanda kamu mengalami burnout," ujarnya.
SOLUSI SEMENTARA

Memang, tidak dapat dipungkiri bahwa berlibur dan rehat sejenak dari rutinitas dapat membuatmu beristirahat dan sedikit terlepas dari stres.
Namun, menurut survei Harris 2018 atas nama American Psychological Association, hampir seperempat orang dewasa yang bekerja di AS mengatakan bahwa perasaan senang dan stres yang berkurang yang mereka alami saat liburan sifatnya hanya sementara.
Sebanyak 40 responden bahkan mengaku kembali mengalami burnout hanya beberapa hari setelah kembali bekerja.
Oleh karena itu, ketika kamu kembali bekerja dan menjalani rutinitas hidup dan tetap mengalami burnout, barulah kita menyadari bahwa healing ke luar kota atau luar negeri bukanlah solusinya.
Malahan, burnout setelah berwisata sangat mungkin terjadi akibat adanya penumpukan tugas dan pekerjaan yang kita tinggalkan ketika kita pergi berlibur.
"Mengatasi burnout tidaklah sederhana. Mengeksplorasi penyebab mengapa burnout dapat terjadi justru dapat meringankan beban. Liburan mungkin dapat memberimu sedikit jeda, dan membantumu menganalisis apa yang perlu diubah setelah kamu kembali bekerja, tetapi liburan tidak akan menyelesaikan masalah tersebut," ujar Dr. Rahul Khemani, psikiater di Wockhardt Hospital, Mumbai, India, seperti dikutip Healthshots.
REFLEKSI

Momen healing, atau liburan, dapat menjadi waktu yang baik untuk berhenti sejenak dan merenungkan bagaimana perasaanmu terkait rutinitas pekerjaan yang harus kembali kamu lakukan setelah liburan usai.
"Liburan adalah cara untuk mengevaluasi ulang dan mempertanyakan, 'Apa yang telah kucapai sejauh ini? Apa yang aku banggakan? Di momen apa aku paling merasa hadir secara penuh, dan di momen apa aku menjalaninya tidak sepenuh hati?," ujar Nancy Hanks, mitra di sebuah organisasi konsultan manajemen berbasis di Atlanta, AS.
"Dan perubahan apa yang ingin kulakukan di sepanjang sisa tahun ini?," katanya menambahkan.
Sementara menurut Garcia, belajarlah untuk mengisi ulang tangki kebahagiaan dan energi kita setiap hari dengan melakukan apa yang kita suka di luar waktu istirahat dari pekerjaan.
Selain itu, temukan akar penyebab stres dan kelelahanmu dalam bekerja. Itu akan membuatmu jauh lebih memahami diri dan pekerjaanmu, ketimbang healing ke luar negeri.
"Liburan bukanlah healing dari burnout. Burnout tidak akan hilang kecuali kamu melakukan sesuatu untuk mengatasinya," ujar Garcia.
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.