Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Lifestyle

Di balik tagar #KaburAjaDulu: Tekad kuat warga Indonesia pindah ke luar negeri

Pengamat menilai fenomena ini muncul karena generasi muda Indonesia yang terdidik merasa terjebak dalam ketidakpastian masa depan di dalam negeri.

Di balik tagar #KaburAjaDulu: Tekad kuat warga Indonesia pindah ke luar negeri

Ilustrasi fenomena Brain Drain, ketika talenta terbaik sebuah negara memilih berkarier dan menetap di luar negeri. (Foto: iStock/Dacharlie)

Belakangan ini, tagar #KaburAjaDulu ramai menjadi bahan perbincangan di media sosial, mencerminkan frustrasi yang dirasakan oleh banyak generasi muda Indonesia.

Rasa tertekan akibat kondisi pekerjaan, pendidikan, dan kehidupan sehari-hari di dalam negeri menjadi pemicu utama munculnya tagar ini.

Tagar tersebut tidak hanya mencerminkan keinginan untuk melarikan diri dari situasi yang dirasa tidak menguntungkan, tetapi juga menggambarkan fenomena yang lebih luas, yaitu meningkatnya minat generasi muda Indonesia untuk mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri.

Banyak pengguna media sosial yang menggunakan tagar ini untuk berbagi pengalaman tentang kehidupan mereka di luar negeri, di negara-negara seperti Malaysia, Singapura, India, Jepang, atau Dubai.

Beberapa bahkan mengungkapkan bahwa pindah kewarganegaraan bisa menjadi pilihan terbaik, mengingat kondisi yang lebih menguntungkan di negara-negara tersebut.

Hal ini menyebabkan perbincangan mengenai berbagai cara untuk pindah ke luar negeri semakin marak dibahas di kalangan netizen Indonesia.

BRAIN DRAIN

Meningkatnya minat untuk kuliah dan bekerja di luar negeri dapat dilihat jelas pada acara Study and Work Abroad Festival 2024, yang diselenggarakan oleh Schoters, sebuah platform yang menyediakan informasi seputar beasiswa serta kesempatan kuliah atau bekerja di luar negeri.

"Terasa sekali di website dan medsos peminatnya doubled. Pas acara Study and Work Abroad Festival Juli-Agustus 2024, peminatnya lebih dari 100.000 orang. Kaget banget dapat angka segitu," ujar perwakilan Schoters, dikutip dari Kompas.

Selain itu, data dari Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham menunjukkan bahwa antara 2019 hingga 2022, ada 3.912 WNI yang memilih untuk beralih menjadi warga negara Singapura. Sebagian besar dari mereka adalah individu berusia produktif, antara 25 hingga 35 tahun.

Proses brain drain ini berpotensi merugikan negara, karena Indonesia kehilangan potensi sumber daya manusia yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan inovasi.

Ilustrasi fenomena Brain Drain, ketika talenta terbaik sebuah negara memilih berkarier dan menetap di luar negeri. (Foto: iStock/Rawf8)

MASA DEPAN YANG TIDAK PASTI

Musni Umar, sosiolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, menilai fenomena #KaburAjaDulu ini muncul karena generasi muda Indonesia yang terdidik merasa terjebak dalam ketidakpastian masa depan.

Hal ini tercermin dari tingkat pengangguran di dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa hingga Agustus 2024, terdapat 842.378 lulusan pendidikan S1, S2, dan S3 yang masih menganggur.

"Sementara total pengangguran di Indonesia per Agustus 2024 sebanyak 7.465.599 orang," ungkap Musni Umar.

Ia menambahkan, angka tersebut hanya mencakup pengangguran terbuka, sementara jumlah mereka yang tidak terdata jauh lebih banyak.

Pelamar kerja potensial Ribuan orang dari berbagai daerah di wilayah Cirebon memadati area Job Fair 2022 di Mall Cirebon Super Blok (CSB). (Foto: iStock/Nanang Sholahudin)

Menurut Musni Umar, ketika masa depan di dalam negeri terasa suram, banyak generasi muda berpendidikan yang memilih untuk "kabur" ke luar negeri.

"Tidak saja untuk bekerja, tetapi juga untuk menjadi warga negara di negara yang memberi gaji yang layak, jaminan kesehatan, dan pendidikan yang baik untuk anak-anak mereka," tambahnya.

Fenomena ini juga berkaitan erat dengan pengelolaan negara yang buruk, yang menyebabkan banyak industri manufaktur dan tekstil di Indonesia mengalami gulung tikar.

"Mereka merasa bahwa masa depan mereka di Indonesia penuh dengan ketidakpastian," katanya.

Hal ini pun berujung pada krisis kepercayaan terhadap negara dan hilangnya harapan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di Indonesia.

"Pilihan mereka akhirnya adalah untuk 'kabur' dari Indonesia," jelas Musni Umar.

Namun, ia tetap optimis bahwa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto memiliki kapasitas untuk memberikan harapan baru bagi masa depan Indonesia.

"Sehingga ke depan kita harapkan tidak perlu 'kabur' keluar negeri karena hidup di Indonesia bisa sejahtera dan makmur," tutup Musni Umar.

Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.

Source: Others/ps

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan