Apple pangkas produksi iPhone Air hingga 80% imbas penjualan lesu
Siapa sangka, Apple salah perhitungan terhadap respons pasar atas perangkat yang terasa eksperimental itu.
iPhone Air dipamerkan saat acara Apple di Steve Jobs Theater di Cupertino, California, AS, 9 September 2025. (Foto: REUTERS/Manuel Orbegozo)
Apple dikabarkan memangkas produksi iPhone Air hingga lebih dari 80 persen akibat lesunya minat konsumen terhadap produk yang diluncurkan bersamaan dengan iPhone 17 dan iPhone 17 Pro Max pada September lalu.
Menurut laporan BGR yang mengutip Mizuho Securities, produksi iPhone Air akan dikurangi sekitar 1 juta unit.
Analis pasar teknologi yang fokus pada produk-produk Apple, Ming-Chi Kuo, mengonfirmasi kabar ini. Ia menjelaskan, pemangkasan produksi iPhone Air berlangsung hingga kuartal pertama 2026.
Beberapa komponen iPhone Air bahkan akan dihentikan sepenuhnya karena waktu tunggu yang terlalu panjang.
Survei analis independen juga menyoroti bahwa "hampir tidak ada permintaan" untuk iPhone Air.
Laporan dari Nikkei Asia menambahkan bahwa pengurangan produksi ini sudah mencapai tingkat yang mendekati "akhir produksi". Situasi ini menunjukkan adanya kesalahan besar dalam memperkirakan penerimaan pasar terhadap perangkat tersebut.
Secara teknis, iPhone Air memang mengesankan. Perangkat ini dibekali layar 6,5 inci, sedikit lebih besar dari layar iPhone 17 yang 6,3 inci, tapi dengan bobot yang lebih ringan saat digenggam.
Apple mengklaim bodi iPhone Air yang ramping ini adalah yang paling kuat dari semua iPhone yang pernah mereka buat, berkat desain aluminium unibody.
Sementara dalam hal baterai, iPhone 17 (base model) menang telak dibanding iPhone Air. Apple menjanjikan iPhone 17 bisa memutar video hingga 30 jam, sementara iPhone Air hanya 27 jam.
Kalau konsumen ingin baterai lebih tahan lama, Apple menyarankan membeli battery pack seharga US$99 (sekitar Rp1,5 jutaan) yang bisa menambah waktu pakai hingga 40 jam.
Namun, tambahan aksesori ini seolah menghancurkan konsep ringan dan tipis yang ditawarkan iPhone Air sejak awal. Alhasil, iPhone Air terasa seperti perangkat eksperimental dari Apple.
Saat peluncurannya di China pekan lalu, perangkat ini sempat langsung habis terjual. Namun, apakah permintaan di pasar Tiongkok masih akan terus berlanjut, masih menjadi tanda tanya besar.
Penundaan peluncuran varian eSIM-only mungkin juga menghambat potensi penjualan jangka panjangnya. Akibatnya, Apple kini mengalihkan fokusnya kembali ke seri yang lebih diminati konsumen: iPhone 17 dan iPhone 17 Pro Max.
Pemangkasan produksi iPhone Air ini menjadi salah satu kesalahan strategi produk terbesar Apple dalam beberapa tahun terakhir, dan mendorong perusahaan untuk cepat mengubah fokus ke lini produk andalannya.
Produk iPhone Air menempati posisi unik sekaligus agak janggal di jajaran produk Apple: harganya lebih mahal daripada iPhone 17, tapi kameranya tidak sebaik iPhone 17 Pro. Secara harga dan fitur, iPhone Air seperti "terjebak di tengah-tengah", menurut laporan Mac Rumors.
Namun, Beberapa pengamat ponsel bahkan menyebut Air sebagai eksperimen awal untuk iPhone lipat Apple. Bayangkan dua iPhone Air disatukan dengan engsel dan layar tambahan, dan jadilah ponsel lipat buatan Apple.
Namun, lesunya minat terhadap iPhone Air bukan berarti permintaan iPhone secara umum menurun. Justru sebaliknya, minat terhadap iPhone 17 dan iPhone 17 Pro masih sangat kuat.
Untuk menanggapi permintaan tersebut, Apple dilaporkan meningkatkan produksi iPhone 17 sebanyak 2 juta unit, iPhone 17 Pro sebanyak 1 juta unit, dan iPhone 17 Pro Max hingga 4 juta unit.
Secara keseluruhan, penjualan seri iPhone 17 tampak sangat solid dalam beberapa minggu terakhir.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.