Turut bangga, ada kepiawaian animator perempuan Indonesia di balik layar Kingdom of the Planet of the Apes
Bagaimana rasanya bekerja di sebuah studio film besar? Animator perempuan Indonesia Sashya Subono Halse dengan bersemangat menceritakan pengalamannya menghidupkan Disney's Avatar: The Way Of Water, dan Marvel's She-Hulk dan Hawkeye di layar lebar.
Berencana menonton Kingdom Of The Planet Of The Apes di bioskop akhir pekan ini? Jika jawabanmu iya, jangan lupa perhatikan pula karakter kera tersebut. Kamu akan terkagum-kagum akan betapa menakjubkannya gambaran kera di film tersebut, sangat menyerupai aslinya.
Kamu mungkin akan lebih terkejut lagi ketika mengetahui bahwa andil dan kepiawaian animator perempuan asal Indonesia dibalik penggambaran karakter kera di film tersebut.
Namanya Sashya Subono Halse. Pekerjaannya sebagai animator untuk studio Weta FX telah mengantarkan perempuan berusia 36 tahun ini menghidupi berbagai karakter ikonik, baik di film maupun serial tv.
Bukan hanya di film Kingdom Of The Planet Of The Apes, Sashya juga terlibat dalam sederet film box office lainnya, termasuk serial tv Hawkeye and She-Hulk: Attorney At Law dari semesta Marvel Cinematic Universe, dan Avatar: The Way Of Water produksi Disney. '
Portofolio yang luar bisa mentereng itu diukir oleh Sashsya yang sudah empat tahun bekerja di Weta FX, perusahaan efek visual digital dan animasi yang berbasis di Wellington, Selandia Baru.
Berbicara kepada CNA Women, Sashya menjelaskan bahwa keahliannya meliputi bidang matchmoving, yakni membuat gambar yang dibuat oleh omputer terlihat seakan-akan direkam di dunia nyata oleh kamera film.
Ia juga ahli dalam membuat animasi gerakan wajah. Ia dapat menghidupkan wajah karakter dengan merekam gerakan dan ekspresi wajah manusia dan membuatnya menjadi karakter digital.
Sashya mengaku sejak dulu selalu tertarik pada film dan animasi. Bakat seni yang mengalir dalam darahnya mungkin terkait dengan pamannya promotor konser Adrie Subono, sepupunya Melanie Subono dan aktor Adrian Subono.
"Aku orang Indonesia yang dibesarkan di Wellington, dan ketika masih kecil, aku sudah disuguhi berbagai tontonan seperti trilogi The Lord Of The Rings dan Toy Story dari Pixar - aku suka sekali dengan Buzz Lightyear dan desainnya," katanya.
"Saat aku menonton film-film ini, kupikir, 'Wow, itu terlihat luar biasa – aku ingin terlibat di dalamnya.'"
Ketertarikan itu yang membuat ia dan suaminya, yang berasal dari Selandia Baru, pindah ke Indonesia pada tahun 2010 setelah menikah. Ia pun mengambil jurusan film.
Namun, saat itu dia langsung menyadari bahwa memproduksi film atau bekerja di lokasi syuting bukanlah bidang yang dia sukai.
"Aku sadar aku lebih suka berada di belakang layar film dan di depan layar komputer," ujar Sashya.
"Aku mulai masuk ke dunia animasi, di mana banyak sekali keahlian yang bisa aku pelajari dan rasanya ini bidang yang tepat," katanya.
"Aku sangat tertarik dengan animasi sehingga bahkan ketika mengejar diploma di bidang ini, aku juga mempelajari hal-hal lainnya secara online lalu memulai proyek animasiku sendiri."
Berbagai proyek ini, yang dia kerjakan di awal tahun 2010-an, masih bisa ditemukan di halaman YouTube-nya Road2Animate dan blog pribadi dengan nama yang sama.
Aku sadar aku lebih suka berada di belakang layar film dan di depan layar komputer.
Dia menyelesaikan diplomanya pada tahun 2012 dan di tahun yang sama, melahirkan anak perempuan pertamanya.
Saat itu, Sashya mengaku sangat mencintai dunia animasi dan memutuskan untuk melanjutkan gelar sarjana dalam animasi interaktif di universitas media kreatif SAE Indonesia.
Di sela-sela belajar menjadi orang tua baru, Sashya pun harus mempelajari keterampilan grafik video dan efek khusus
Setelah menyelesaikan gelarnya, Sashya mengambil sejumlah proyek animasi lepas, mengajar paruh waktu di SAE Indonesia, dan akhirnya menjadi kepala departemen animasi di sana. Dia kemudian melahirkan anak kedua.
"Mengajar di SAE sangat luar biasa. Aku bisa meningkatkan keterampilan dan berbagi pengetahuan dengan orang Indonesia lainnya yang tertarik pada animasi," ujarnya.
BEKERJA DI WETA: PEKERJAAN IMPIAN
Setelah tinggal di Indonesia selama delapan tahun, Sashya dan suaminya memutuskan pindah kembali ke Selandia Baru, dan Sashya dapat mengembangkan karier animasinya ke tingkat berikutnya.
Sambil bekerja lepas sebagai animator, dia mendaftar dalam program magister satu tahun di bidang animasi karakter di Victoria University of Wellington.
Tidak butuh waktu lama, tawaran untuk bekerja di Weta FX datang.
Tawaran bekerja di Weta FX datang tidak lama setelah itu, yakni pada tahun 2020, bersamaan dengan kelahiran anak ketiga mereka.
"Bekerja di Weta adalah pekerjaan impian yang menjadi kenyataan," ujar Sashya.
"Semua orang di sini adalah ahli di bidangnya dan ada budaya kerja yang baik yang memungkinkan kami untuk selalu terbuka dan saling belajar satu sama lain."
Terkait keterlibatannya di proyek-proyek besar garapan Disney dan Marvel, Sashya mengaku sangat bahagia dia dapat berkontribusi membuat rasa kagum di benak anak-anak maupun orang dewasa yang menontonnya.
Sashya menceritakan, hal ini mengingatkannya ketika ia merasakan kekaguman kala pertama kali menonton The Lord Of The Rings dan film-film Pixar lainnya di awal tahun 2000-an.
"Selalu menjadi momen yang membanggakan dan menyenangkan saat melihat namaku ada di credit title," ujarnya.
Sashya pun tidak luput berbagi kebahagiaan ini di akun media sosial Instagram miliknya.
"Sungguh rasanya seperti mimpi bisa membawa namaku, mewakili negara dan budayaku di layar lebar," tambahnya.
"Sangat luar biasa juga mengetahui bahwa ada anak-anak yang bersemangat dan bahagia ketika namaku ada di credit title," katanya.
Sashya menyatakan bahwa hal yang menjadi favoritnya ketika bekerja di Weta FX adalah faktor keberagaman.
"Sebagai seorang perempuan berhijab di Weta, aku merasa sangat diterima dan tidak pernah merasa didiskriminasi karena kebangsaan atau agamaku," katanya.
"Ada ruang salat agar aku bisa beribadah 3 waktu dari 5 waktu solat [saat jam kerja] dengan nyaman, dan mudah menemukan makanan halal."
MENGASAH KETERAMPILAN ANIMASI
"Dalam pekerjaan ini, kami menerjemahkan emosi manusia ke wajah karakter-karakter digital, baik manusia, hewan, alien, atau bentuk lainnya,” kata Sashya.
Baginya, menjadi animator wajah bukan hanya tentang menerapkan "efek mewah" dari animasi dan grafik komputer, tetapi tentang menyampaikan pengalaman yang dapat dipahami oleh seluruh manusia, bahkan jika pengalaman itu dirasakan oleh karakter kera.
"Selalu ada sesuatu yang baru," katanya.
"Ketika aku mengerjakan Kingdom Of The Planet Of The Apes, aku harus mempelajari cara kera dan monyet mengekspresikan diri dan membuat emosi manusia terlihat sealami mungkin jika terjadi pada mereka," ujarnya
Sungguh rasanya seperti mimpi bisa membawa namaku, mewakili negara dan budayaku di layar lebar.
Saat mengerjalan Avatar, Sashya fokus memasukkan emosi manusia ke dalam Na'vi, makhluk humanoid berkulit biru yang hidup selaras dengan alam.
"Ketika bicara tentang dunia animasi, selalu ada sesuatu yang baru untuk dipelajari dan dipecahkan," ujar Subono.
"Teknologi selalu berubah dan aku ingin terus maju sebagai animator wajah. Bisa belajar dan melengkapi diri dengan keterampilan terbaru menjadi hal yang sangat menyenangkan."
Film Kingdom Of The Planet Of The Apes sedang tayang di bioskop-bioskop kesayangan Anda.
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.