Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Lifestyle

Kronologi larangan anggur Shine Muscat dari China, Indonesia investigasi dugaan residu pestisida berbahaya

Paparan residu pestisida tinggi dapat membahayakan kesehatan, terutama mengganggu perkembangan saraf anak dan menurunkan IQ.

Kronologi larangan anggur Shine Muscat dari China, Indonesia investigasi dugaan residu pestisida berbahaya

Anggur Shine Muscat. (Foto: iStock/y-studio)

Anggur Shine Muscat asal China tengah menjadi perbincangan di Thailand setelah muncul laporan dari Thai Pesticide Alert Network (Thai-PAN) dan Thailand Consumers Council (TCC) yang mengungkap kandungan senyawa kimia berbahaya pada buah tersebut. 

Berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan dua organisasi ini, ditemukan adanya kandungan pestisida dalam jumlah berlebihan, termasuk klorpirifos, bahan kimia yang dilarang di Thailand. 

Sebanyak 23 dari 24 sampel yang diuji menunjukkan adanya residu berbahaya, dan satu sampel mengandung klorpirifos, yakni insektisida yang telah dilarang peredarannya di Thailand.

Koordinator Thai-PAN, Prokchon U-sap, mengungkapkan banyak bahan kimia yang ditemukan termasuk dalam kategori pestisida sistemik, yang tidak dapat dihilangkan hanya dengan mencuci buah. 

"Pestisida sistemik terserap ke dalam jaringan tanaman, sehingga residunya tetap berada di dalam buah meskipun telah dibersihkan," jelasnya, dikutip dari media Thailand, Bangkok Post, Selasa (30/10).

Di antara bahan kimia yang ditemukan dalam anggur Shine Muscat ini terdapat senyawa seperti Bifenazate, Dinotefuran, Fluopyram, Boscalid, dan Fludioxonil.

Menanggapi temuan ini, Thai-PAN dan TCC mendesak pemerintah Thailand untuk meningkatkan pengawasan dan meminta agar importir serta pedagang menyebutkan negara asal anggur secara jelas pada label. 

Selain itu, mereka berharap Kementerian Kesehatan segera mengambil tindakan lebih lanjut untuk melindungi konsumen dari risiko kesehatan akibat paparan pestisida berlebihan. 

"Importir dan pedagang harus bertanggung jawab penuh atas keamanan konsumen dengan menguji produk sebelum diedarkan," tambah Prokchon.

Merespons hal ini, Food and Drug Administration (FDA) Thailand juga melakukan pemeriksaan terhadap lebih dari 264 ton anggur Shine Muscat. 

Dari jumlah tersebut, hanya empat sampel yang terdeteksi memiliki residu pestisida di atas ambang batas yang ditetapkan. 

Direktur FDA, Wattanasak Sornrung, memastikan pihaknya akan terus mengawasi peredaran buah-buahan dan sayuran impor, dengan mempercepat proses pengujian agar hasil bisa segera diumumkan dalam waktu 24 jam.

DAMPAK KESEHATAN DARI PESTISIDA

Anggur Shine Muscat. (Foto: iStock/manbo-photo)

Menurut Prokchon, residu pestisida dengan konsentrasi tinggi berisiko mengganggu kesehatan, khususnya jika terpapar dalam jangka waktu lama. 

Klorpirifos, salah satu senyawa yang ditemukan, diketahui memiliki efek samping berbahaya, terutama bagi ibu hamil. 

Paparan insektisida ini pada masa kehamilan dapat memengaruhi perkembangan saraf dan perilaku anak yang belum lahir, bahkan dapat menyebabkan penurunan IQ pada anak. 

Merujuk pada website Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada lebih dari seribu jenis pestisida yang umum digunakan dalam bahan pangan, dengan tingkat toksisitas berbeda-beda. 

Oleh karena itu, penting menjaga konsentrasi residu dalam ambang batas aman dalam bahan pangan.

INDONESIA AKAN INVESTIGASI

Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga menyoroti isu ini meski hingga kini belum ada laporan mengenai kandungan residu berbahaya pada anggur Shine Muscat di dalam negeri. 

Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menyatakan bahwa lembaganya akan berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk mengambil sampel dan melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap produk ini di pasar dan toko-toko yang menjual buah impor. 

"Langkah ini bertujuan untuk memastikan apakah ada residu serupa pada produk anggur Shine Muscat yang beredar di Indonesia," kata Taruna, dikutip dari Detik. 

Sebagai langkah tambahan, BPOM berencana memperketat pengawasan terhadap buah-buahan impor melalui koordinasi ketat dengan badan karantina di Kementerian Pertanian. 

"Pengawasan akan dilakukan mulai dari pintu masuk negara untuk mencegah masuknya produk yang mungkin mengandung bahan berbahaya," tambah Taruna.

Anggur Shine Muscat. (Foto: iStock/masa44)

Selain BPOM, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada dalam memilih dan mengolah buah-buahan yang dikonsumsi. 

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menjelaskan bahwa residu pestisida dapat menimbulkan efek negatif pada sistem endokrin serta kesehatan hati dan ginjal jika terakumulasi dalam tubuh. 

Aji menyarankan agar buah-buahan dicuci secara menyeluruh dengan air mengalir atau larutan tertentu seperti air garam atau cuka guna mengurangi residu pestisida.

Aji juga menekankan pentingnya memilih produk organik yang bebas dari pestisida, serta memperhatikan label keamanan pangan untuk memastikan kualitas produk yang dikonsumsi. 

"Dengan cara ini, konsumen dapat lebih yakin bahwa buah yang mereka konsumsi tidak mengandung residu pestisida yang membahayakan," kata Aji, dilansir dari Kompas. 

📢 Kuis CNA Memahami Asia, eksklusif di saluran WhatsApp CNA Indonesia, sudah dimulai. Ayo uji wawasanmu dan raih hadiah menariknya!

Jangan lupa, terus pantau saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk mendapatkan tautan kuisnya đź‘€

🔗 Cek info selengkapnya di sini: https://cna.asia/4dHRT3V

Source: Others/ps

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan