Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Lifestyle

Parents, begini caranya membebaskan anak perempuan dari tekanan menjadi sempurna

Tekanan sosial membuat anak-anak perempuan sedari kecil sudah mengejar kesempurnaan. Padahal, ini dapat menghambat kreativitas dan sisi keberanian mereka. 

Parents, begini caranya membebaskan anak perempuan dari tekanan menjadi sempurna
Sikap perfeksionisme lebih banyak ditemukan pada anak perempuan dibandingkan dengan laki-lak. (Foto: iStock/JGalione)

Mengejar kesempurnaan adalah hal yang mustahil dilakukan oleh manusia. Namun, bagi perempuan, bahkan dari usia kanak-kanak, tekanan sosial sudah membuat mereka mengejar kesempurnaan. 

Padahal, sikap mengejar kesempurnaan, atau biasa dikenal juga dengan istilah perfeksionisme, dapat menghambat kreativitas, menurut studi global yang dilakukan oleh produsen mainan asal Denmark, Lego. 

Studi itu menemukan bahwa sikap perfeksionisme lebih banyak ditemukan pada anak perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Bahkan, sedari usia lima tahun anak perempuan sudah menunjukkan ciri-ciri perfeksionisme. 

Studi yang dirilis pada bulan Maret dilakukan di 36 negara terhadap 61.500 responden yang terdiri dari orang tua dan anak-anak mereka, berusia lima dan 12 tahun.

Studi dari Lego menunjukkan bahwa 66 persen anak perempuan merasa khawatir untuk berbagi ide mereka. Selain itu, 72 persen anak perempuan mengaku cemas akan melakukan kesalahan saat berbagi ide mereka.

Sejalan dengan itu, setiap tiga dari lima anak perempuan melaporkan adanya tekanan untuk "menjadi sempurna". 

Dan yang lebih menyedihkan, lebih dari 50 persen responden anak percaya bahwa orang dewasa lebih mendengarkan ide kreatif dari anak laki-laki ketimbang anak perempuan.

Dalam studi yang dilakukan Lego, setiap tiga dari lima anak perempuan melaporkan adanya tekanan untuk menjadi sempurna. (Foto: iStock/Watcharin panyawutso)

Psikolog klinis dan direktur Hope for Tomorrow Psychology Centre Singapura dr. Sng Khai Imm menyatakan bahwa ketika anak perempuan mencari kesempurnaan, mereka sangat menghindari berbuat salah sehingga kurang tertarik pada ide-ide baru. 

"Hal ini dapat menghambat kreativitas, eksperimen dan rasa bermain yang menyenangkan," ujarnya. 

Menurut dr. Sng, tekanan sosial, baik dari keluarga dan teman, juga lebih memberi pengaruh terhadap kecenderungan anak perempuan mengejar kesempurnaan, ketimbang dari keinginannya sendiri. 

Stereotip gender seperti ini membuat anak perempuan diharapkan menunjukkan perilaku tertentu, membuat mereka tampak "sempurna", seperti harus selalu teliti, tampil rapi, dan rajin.

Sejalan dengan pendapat ini, studi dari Lego menunjukkan bahwa masyarakat tujuh kali lebih sering menyebut anak perempuan dengan kata sifat semacam cantik, manis, dan imut. 

Sementara, kata sifat untuk menyebut anak laki-laki adalah kata-kata seperti berani, jenius, keren, dan inovatif. 

Padahal, deretan kata sifat itu seharusnya bisa ditujukan untuk siapa saja, terlepas dari gender mereka. 

Para orang tua sebaiknya mengubah cara mendidik anak perempuan. (Foto: iStock/pondsaksit)

Untuk mengubah hal ini, konselor Dan Ng mengatakan bahwa para orang tua sebaiknya mengubah cara mendidik anak perempuan, dari berfokus pada hasil menjadi cara yang membuat mereka lebih menikmati proses belajar. 

Konselor yang memiliki lebih dari 10 tahun pengalaman bekerja dengan anak-anak, remaja, dan orang dewasa ini juga meminta para orang tua untuk melihat kompetensi yang dimiliki masing-masing anak, dibandingkan hanya mengejar kesempurnaan. 

"Kuncinya adalah komunikasi. Orang tua bisa mulai dari memahami apa yang menjadi pemicu tekanan pada anak perempuan mereka, tidak membuat jadwal belajar sehari-hari yang terlalu padat, dan memberikan mereka waktu istirahat yang cukup untuk istirahat, bermain dan mengekspresikan diri," ujarnya.

Pada akhirnya, melepaskan pola pikir perfeksionisme sangat membantu anak-anak, baik anak perempuan maupun laki-laki, dan mendorong mereka lebih kreatif karena terbebas dari ekspektasi dan norma sosial yang mengekang. 

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.

Source: CNA/ps

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan