Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Lifestyle

Alasan di balik Apple hapus iPhone SE dan harga iPhone 16e jadi lebih mahal

Di luar perkiraan, pengamat menilai keputusan untuk membanderol harga tinggi pada iPhone 16e bukan karena inflasi atau masalah ekonomi.

Alasan di balik Apple hapus iPhone SE dan harga iPhone 16e jadi lebih mahal

iPhone 16e hadir sebagai opsi iPhone paling terjangkau pada kuartal awal 2025. (Foto: Dok. Apple)

11 Mar 2025 04:26PM (Diperbarui: 11 Mar 2025 04:39PM)

Pada pertengahan Februari lalu, Apple meluncurkan iPhone 16e untuk menggantikan lini perangkat terjangkau iPhone SE yang kini resmi dihentikan. 

iPhone 16e hadir dengan lebih banyak fitur dari model flagship mereka, membuatnya tampak seperti adik kecil dari ponsel utama Apple saat ini, lini iPhone 16, yang belum juga dapat dijual resmi di Indonesia. 

Namun, perangkat ini juga dibanderol dengan harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan model iPhone kelas menengah sebelumnya, yakni di harga resmi US$599, atau sekitar Rp9,6 juta. 

Harga yang tinggi dibanding iPhone SE sebelumnya sontak memicu perdebatan sengit di media sosial mengenai apakah harga tersebut layak.

Pengamat teknologi yang kerap membocorkan informasi internal Apple, Mark Gurman, mengungkapkan dalam buletinnya bahwa keputusan untuk membanderol harga tinggi pada iPhone 16e bukanlah untuk mengantisipasi potensi tarif baru di Amerika Serikat. Bahkan, bukan pula karena inflasi atau masalah ekonomi serupa.

Menurut Gurman, seperti dilaporkan Phone Arena, iPhone 16e dipatok mulai dari US$599 semata-mata karena Apple ingin melindungi margin keuntungannya yang terancam akibat penjualan iPhone 16 yang lesu.

IPHONE 16: PRODUK YANG BELUM SELESAI

Tunggu, kenapa Apple khawatir soal penjualan iPhone 16 yang melemah? 

iPhone memang merupakan produk terlaris dari seluruh produksi Apple. Namun, menurut Gurman, iPhone 16 adalah produk yang belum benar-benar selesai.

Fitur andalan yang paling digembar-gemborkan untuk iPhone 16 adalah Apple Intelligence. Frasa "Built for Apple Intelligence" terpampang jelas di setiap poster yang mempromosikan seri iPhone terbaru ini. 

Namun, anehnya, Apple Intelligence bahkan tidak tersedia saat ponsel ini pertama kali diluncurkan.

Ketika akhirnya dirilis, fitur tersebut pun belum lengkap. Apple berjanji bahwa fitur-fitur lainnya akan hadir melalui pembaruan iOS berikutnya. 

Sayangnya, pembaruan itu terus tertunda, dan kabarnya, asisten AI 'Siri Pribadi' yang menjadi fitur paling dinanti-nanti mungkin baru akan hadir pada 2027. 

Sementara fitur AI yang sudah tersedia justru dianggap jauh tertinggal dibandingkan pesaingnya.

Bahkan, muncul rumor bahwa Apple mungkin akan membatalkan seluruh proyek AI mereka dan memulai ulang dari nol. 

Apple juga dikabarkan diam-diam menghapus iklan yang mempromosikan 'Siri Pribadi', karena kenyataannya fitur itu belum bisa digunakan oleh konsumen. 

Jika Apple benar-benar mengulang proses pengembangan AI mereka, iklan tersebut memang tak sesuai kenyataan yang ditawarkan iPhone 16.

KONSUMEN YANG MENANGGUNG

Semua masalah ini kabarnya membuat Apple mulai bersiap menghadapi penjualan iPhone 16 yang buruk. Faktanya, iPhone memang sudah menunjukkan performa lemah di pasar besar seperti Tiongkok. 

Ada banyak alasan mengapa pangsa pasar Apple di sana merosot, namun faktor utama adalah iPhone 16 yang dianggap sebagai produk setengah jadi, terutama di luar AS.

Uni Eropa baru saja mendapatkan akses ke Apple Intelligence, bersama sejumlah fitur lain seperti sideloading dan sistem pembayaran pihak ketiga yang tidak tersedia untuk konsumen AS. 

Sementara itu, Tiongkok sama sekali belum kebagian Apple Intelligence, sehingga iPhone 16 gagal menawarkan fitur andalan yang dipromosikan di negara tersebut.

Ditambah dengan ketegangan politik yang meningkat, konsumen Tiongkok berbondong-bondong beralih ke produk yang diproduksi pabrikan ponsel China, sementara Apple kehilangan pelanggan. 

iPhone 16e memiliki dua varian warna, putih dan hitam. (Foto: Dok. Apple)

Data penjualan iPhone di China pada Desember 2025 mengalami penurunan yang signifikan sebesar turun 18,2%, mendorong Apple ke posisi ketiga di pasar smartphone Cina di belakang Huawei dan Xiaomi, menurut laporan WSJ pada Januari 2025. 

Meski demikian, kekhawatiran terhadap penjualan iPhone 16 seharusnya tidak menjadi alasan bagi Apple untuk membebankan biaya tambahan kepada konsumen. 

Ini bukan soal tarif baru Amerika Serikat yang tak bisa dihindari. Kinerja penjualan iPhone yang buruk seharusnya murni kesalahan Apple, menurut Gurman. 

Konsumen tidak seharusnya disalahkan, apalagi dipaksa membayar mahal untuk menutupinya.

IPHONE 16E BUKAN IPHONE SE

Sebelum iPhone 16e diluncurkan, banyak yang menduga Apple akan menggunakan lini iPhone SE untuk menarik lebih banyak pengguna iOS baru. 

Satu-satunya hal yang perlu dilakukan Apple adalah mempertahankan iPhone SE dan menjualnya dengan harga lebih murah. 

Ini bisa menjadi strategi efektif untuk menggaet konsumen baru, terutama di negara-negara dengan pendapatan rendah, yang penjualan smartphone flagship-nya relatif rendah.

Menurut Gurman, Apple sebenarnya masih bisa melakukan ini dengan memperkenalkan model iPhone SE baru bersamaan dengan iPhone 16e. Meskipun terkesan berlebihan, langkah ini tetap akan memberikan pintu masuk yang lebih mudah ke dalam ekosistem Apple.

Namun, keputusan paling cerdas seharusnya adalah mempertahankan iPhone SE. 

Untuk menekan harga, Gurman menilai Apple seharusnya dapat menghilangkan fitur Apple Intelligence yang tidak populer, menggunakan kamera yang lebih murah, dan yang paling penting: jangan bebankan tanggung jawab melindungi margin keuntungan kepada konsumen.

Bisa saja Apple menamainya sebagai 16e demi penyederhanaan kategori, tetapi tanpa menaikkan harga hingga US$170. Namun, ini bukanlah iPhone SE yang dinantikan oleh para pengguna Apple.

Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.

Source: Others/ps

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan