Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Indonesia

Selang 20 tahun tsunami Aceh, ibu ini masih berharap anaknya kembali

Ada yang mengaku melihat Muhammad Siddiq di antara 500.000 orang yang mengungsi akibat tsunami yang melanda Aceh pada 2004, sementara suami Saudah pernah bermimpi Siddiq mengatakan bahwa ia masih hidup.

Selang 20 tahun tsunami Aceh, ibu ini masih berharap anaknya kembali

Saudah, 64 tahun, seorang korban tsunami Samudra Hindia, menunjukkan foto putranya yang berusia enam tahun, Muhammad Siddiq, yang diyakininya masih hidup, 21 Desember 2024. (Foto: REUTERS/Willy Kurniawan)

23 Dec 2024 05:01PM (Diperbarui: 24 Dec 2024 02:34PM)

BANDA ACEH: Di pantai depan rumah Saudah di Aceh terdapat dua kapal penjaga pantai yang rusak terdampar pascatsunami 20 tahun lalu dan menjadi pengingat setiap harinya bahwa putra bungsunya belum juga pulang.

Saudah masih memegang harapan bahwa Muhammad Siddiq, yang berusia enam tahun ketika tsunami dahsyat melanda Samudra Hindia pada 26 Desember 2004, masih hidup dan mungkin akan kembali suatu hari nanti.

Gelombang mematikan yang dipicu gempa berkekuatan 9,1 skala Richter itu menewaskan sekitar 230.000 orang di sepanjang pantai negara-negara Asia termasuk Indonesia, India, Sri Lanka, dan Thailand, sehingga menjadi salah satu bencana paling mematikan yang tercatat dalam sejarah.

Lebih dari separuh korban tewas berada di Aceh, di ujung utara Pulau Sumatra.

Saudah, 64 tahun, seorang korban tsunami Samudra Hindia, berpose untuk difoto di depan kapal penjaga pantai yang terbawa sekitar 5km ke daratan dekat rumahnya di pusat kota Banda Aceh, Indonesia, 21 Desember 2024. (Foto: REUTERS/Willy Kurniawan)

Kini berusia 64 tahun, Saudah masih ingat gemuruh bumi dan para tetangganya yang berlarian keluar rumah karena panik. Ia ingat memegang erat Siddiq sambil berteriak menyuruh ketujuh anaknya yang lain lari ke masjid.

"Saya tidak lari. Saya berbaring sambil memeluk Siddiq erat-erat dan saya pikir itu hanya angin. Saya berdoa kepada Tuhan dan bertanya kepada-Nya: 'Apa yang terjadi?'" kenang Saudah, suaranya bergetar.

"Kemudian saya kembali ke rumah dan seketika itu juga saya tiba-tiba melihat ombak mendekat seperti ular," katanya.

Sambil menggendong Siddiq, ia berlari. Ia baru melepaskannya ketika mereka sampai di masjid, namun saat itu mereka telah terkejar ombak besar. Sontak tersapu air, mereka pun terpisah.

Setelah kejadian itu, Saudah hanya dipertemukan kembali dengan enam anaknya, sedangkan Siddiq dan salah satu putrinya tidak pernah ditemukan.

Putrinya diduga telah dikuburkan di kuburan massal.

Beberapa korban selamat mengatakan kepada keluarga bahwa mereka melihat Siddiq di antara 500.000 orang yang mengungsi akibat bencana tersebut, sementara suami Saudah mengaku Siddiq telah muncul dalam mimpinya dan mengatakan bahwa ia masih hidup.

Keluarga tersebut berpegang teguh pada harapan itu. Mereka mendoakan Siddiq dapat menemukan jalan menuju rumah baru mereka, di tempat di mana rumah lama mereka dulu berada.

"Kami terus mencarinya, dan saya selalu mengunggah fotonya di media sosial," kata putra Saudah yang berusia 42 tahun, Femi Malisa.

"Jika ia masih hidup, saya berharap ia pulang ke rumah."

Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.

Source: Reuters/jt

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan