Skip to main content
Iklan

Indonesia

Terkuak, diplomat Arya Daru Pangayunan meninggal bunuh diri dengan mati lemas, ini penjelasan polisi

Jejak digital dari perangkat seluler menunjukkan almarhum telah berpikir untuk mengakhiri hidupnya sejak tahun 2013.

Terkuak, diplomat Arya Daru Pangayunan meninggal bunuh diri dengan mati lemas, ini penjelasan polisi
Diplomat Arya Daru Pangayunan yang meninggal bunuh diri

JAKARTA: Tabir misteri kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri, Arya Daru Pangayunan (39), akhirnya terungkap.

Kepolisian memastikan bahwa Arya Daru meninggal dunia bukan akibat tindak pidana, melainkan bunuh diri.

Almarhum mati lemas akibat gangguan pertukaran oksigen di saluran pernapasan atas.

"Hasil pemeriksaan disimpulkan indikator kematian dari ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra dalam konferensi pers, Selasa (29/7).

"Penyebab kematian korban adalah akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran pernafasan atas yang menyebabkan mati lemas. Kami simpulkan tidak ditemukan adanya peristiwa pidana," tambahnya.

Pernyataan ini sekaligus mengakhiri tiga minggu misteri kematian almarhum usai penemuan jenazahnya dalam kondisi mengenaskan terlilit lakban kuning di bagian kepala di kamar indekos kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Selama proses penyelidikan, polisi telah memeriksa sedikitnya 24 saksi mulai dari istri almarhum, penghuni dan penjaga indekos, rekan kerja Arya di Kemlu, hingga sopir taksi, dan dokter rawat jalan.

TEMUAN-TEMUAN KRUSIAL POLISI

Tim Pusat Identifikasi (Pusident) Bareskrim Polri mengumumkan hanya terdapat sidik jari Arya Daru pada lakban yang menempel di kepalanya. Pemeriksaan 12 karakteristik sidik jari menunjukkan kecocokan penuh dengan milik korban.

"Di lakban yang diperoleh yaitu sidik jari Saudara ADP (Arya Daru)," kata ahli sidik jari Pusident Bareskrim Polri, Aipda Sigit Kusdiyanto.

Puslabfor Polri juga memeriksa kondisi kamar almarhum serta area sekitarnya.

Dari 13 barang bukti—termasuk sisa lakban, furnitur kamar, dan cairan tubuh—tidak ditemukan jejak biologis orang lain, bercak darah, sperma, ataupun zat kimia mencurigakan di dalam dan di luar kamar.

Pada sisa lakban yang digunakan pria yang akrab dipanggil Daru itu, ditemukan DNA almarhum pada bonggol atau gulungan lakban.

 

"Hanya ada satu yang sangat menarik yaitu pada sisa lakban di bonggol atau gulungan itu terdapat DNA dari pada saudara almarhum ADP," sebut peneliti Puslabfor Polri.

Tim ahli juga menerima delapan jenis sampel biologis milik Daru, yaitu otak, empedu, limpa, hati, ginjal, lambung, darah, dan urin.

Autopsi menemukan tidak ada kandungan racun, seperti sianida, pestisida, alkohol, atau narkoba dalam tubuh Daru. Yang terdeteksi hanyalah paracetamol dan chlorpheniramine, obat yang biasa digunakan untuk meredakan flu dan alergi.

Diplomat Arya Daru Pangayunan (LinkedIn)

PERNAH ADA KEINGINAN BUNUH DIRI

Polisi juga mengungkap jejak digital yang memperkuat kesimpulan bunuh diri.

Melalui analisis perangkat seluler almarhum dari 2019 hingga 2022, ditemukan bahwa ia pernah mengirim email ke badan amal yang menangani orang-orang dengan tekanan emosional dan keinginan bunuh diri.

"Terhadap barang lainnya yang digunakan almarhum adalah perangkat seluler HP. Dari perangkat tersebut ditemukan adanya pengiriman email oleh pengguna digital evidence dengan alamat daru_c [at] yahoo.com (daru_c[at]yahoo[dot]com) ke badan amal yang memberikan dukungan emosional kepada orang-orang yang ingin bunuh diri," kata Ditsiber Polda Metro Jaya, Saji Purwanto.

Isi pesan tersebut menunjukkan bahwa Arya sudah sejak tahun 2013 memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidupnya.

Bahkan, ia kembali menyampaikan keinginan yang sama pada Oktober 2021, berdasarkan data digital dan riwayat pencarian layanan kesehatan mental daring.

Menurut psikolog Nathanael E. J. Sumampouw dari Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia, Arya menunjukkan tanda-tanda burnout karena beban tugas yang berat.

Sebagai diplomat perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri, Arya kerap menangani kasus-kasus dan krisis kompleks yang menuntut empati tinggi dan ketahanan emosional jangka panjang.

Tugas ini, lanjut Nathanael, menuntut daya tahan psikologis ekstrem, yang jika tidak ditangani bisa menyebabkan kelelahan psikologis dan emosional.

“Ada tekanan psikologis yang terakumulasi yang memengaruhi proses pengambilan keputusan Arya terkait cara mengakhiri hidupnya,” jelas Nathanael.

Nathanael menyebut Arya Daru mengalami tekanan emosional yang ia tutup rapat dan tidak ditunjukkan secara terbuka. Meskipun berfungsi tinggi secara profesional, ia kesulitan mengakses dukungan mental yang efektif, sehingga tekanan itu terus menumpuk dan berkembang menjadi kondisi psikologis negatif.

Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.

Source: Others/ew

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan