Skip to main content
Iklan

Indonesia

Selamatkan Garuda, Danantara suntik Rp30 T

Maskapai nasional Indonesia masih kesulitan menyehatkan kondisi keuangan korporasi.

JAKARTA: Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) menyuntik dana US$1,84 miliar atau sekitar Rp30,5 triliun ke maskapai nasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

Suntikan modal jumbo ini langsung mengerek saham Garuda Indonesia (GIAA) yang melonjak hingga batas auto rejection atas (ARA) pada perdagangan Rabu (8/10). 

Saham GIAA dilaporkan CNBC Indonesia naik 9,06 persen ke posisi Rp96 per saham di papan pemantauan khusus

Total nilai transaksi saham GIAA hari ini mencapai Rp38,05 miliar, dengan volume perdagangan 396 juta saham. Dalam dua hari terakhir, saham Garuda tercatat naik 20 persen, dalam sebulan terakhir menguat hampir 40 persen, dan sejak awal tahun melesat 74 persen.

Dana segar dari Danantara disalurkan melalui anak usaha PT Danantara Asset Management (Persero) lewat skema Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement.

“Pelaksanaan PMTHMETD oleh DAM sebagai pihak terafiliasi dilakukan dengan mempertimbangkan urgensi perbaikan posisi keuangan Perseroan secara menyeluruh, serta kebutuhan pendanaan yang mendesak untuk menjaga kelangsungan usaha dan operasional Perseroan dan entitas anak,” tulis manajemen Garuda dalam dokumen keterbukaan informasi, Selasa (7/10).

Garuda menjelaskan bahwa penyertaan modal dari Danantara terdiri dari dua skema:

  1. Penyetoran tunai senilai US$1,44 miliar (Rp23,9 triliun).
  2. Konversi pinjaman (SHL) menjadi saham baru senilai US$405 juta (Rp6,7 triliun).

Manajemen menegaskan bahwa suntikan modal ini bertujuan untuk memperbaiki kesehatan keuangan perusahaan dan memperkuat fondasi operasional Garuda ke depan.

Dalam dokumen keterbukaan informasi, Garuda memaparkan alokasi dana dari Danantara sebagai berikut:

  1. Modal kerja dan operasional Garuda (perawatan dan perbaikan pesawat): 29 persen.
  2. Peningkatan modal Citilink untuk pembiayaan operasional dan perawatan pesawat: 37 persen.
  3. Ekspansi armada Garuda dan Citilink: 22 persen.
  4. Pembayaran utang pembelian bahan bakar Citilink ke Pertamina (2019–2021): 12 persen.

Manajemen Garuda menjelaskan bahwa aksi korporasi ini dilakukan karena meskipun restrukturisasi pada 2022 telah menurunkan nilai utang dan memperbaiki ekuitas, proses transformasi menuju perusahaan yang benar-benar sehat masih menghadapi sejumlah tantangan.

 

Source: Others/ew

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan