SAR masih cari 10 korban hilang banjir lahar dingin Sumbar
Seluruh 10 korban berasal dari Kabupaten Tanah Datar.
PADANG: Tim SAR gabungan masih bergerilya mencari korban hilang akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi di provinsi Sumatra Barat (Sumbar).
Memasuki hari ke-13 pascabencana, masih ada 10 warga yang hilang. Mereka semua dilaporkan berasal dari Kabupaten Tanah Datar.
"Pencarian di hari ke-13 ini tim SAR gabungan masih mencari korban banjir lahar dingin di Kabupaten Tanah Datar. Hingga saat ini tersisa 10 orang yang dilaporkan hilang," ucap Kepala Kantor SAR Padang Abdul Malik, Kamis (23 Mei) dikutip iNews.
Tim SAR gabungan akan menyisir di sepanjang aliran Sungai Jambu, Kabupaten Tanah Datar dan memantau melalui udara dengan drone thermal.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat total jumlah korban meninggal telah mencapai 62 orang per Kamis (23 Mei).
Menanggapi instruksi Presiden Joko Widodo, BNPB dilansir CNN Indonesia akan melaksanakan empat hal penting sebagai langkah mitigasi untuk mengantisipasi risiko potensi bencana serupa di kemudian hari.
Empat hal itu adalah peledakan batu-batu besar material Gunun Marapi, normalisasi daerah aliran sungai, pembangunan sabo dam, dan penguatan Early Warning System.
Peledakan batuan material Gunung Marapi direncanakan agar jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi di hulu, material batuan ini tidak menyumbat alur aliran air.
Pembangunan sebanyak 56 sabo dam akan dilakukan di beberapa wilayah sungai yang berhulu ke Gunung Marapi.
Sebelumnya, pemerintah mengaku agak lengah terkait bencana alam dahsyat ini.
"Peringatan tentang risiko banjir bandang telah dikeluarkan sejak jauh-jauh hari. Bahkan ada peta wilayah yang akan terdampak banjir bandang. Kematian seharusnya bisa dihindari," kata Dr Eko Teguh Paripurno, ahli mitigasi bencana dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta kepada CNA.
Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan pembangunan yang berlebihan dan penggundulan hutan (deforestasi) di Gunung Marapi dan daerah bantaran sungainya turut menyumbang pada tingkat keparahan bencana.
Muhari menjelaskan daerah bantaran sungai dekat Gunung Marapi terus dikembangkan sebagai permukiman, wilayah komersial dan rekreasi, kendati ada potensi bahaya banjir bandang dan lahar dingin.
Dua tempat rekreasi permainan air, Mega Mendung dan Mata Air, dan sebuah restoran bernama Xakapa di kelurahan Silaing yang terletak sekitar 15km dari kawah Merapi, rata dihantam banjir bandang itu.
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.