Reshuffle kabinet: Mendiktisaintek Satryo Brodjonegoro dicopot, sempat didemo karena main tampar
Mantan Dekan Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Brian Yuliarto dilantik sebagai pengganti Satryo.

JAKARTA: Presiden Prabowo Subianto melakukan reshuffle kabinet pertama pada Rabu sore (19/2).
Salah satu posisi yang mengalami pergantian adalah Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), di mana Satryo Soemantri Brodjonegoro dicopot dari jabatannya.
Prabowo menunjuk Profesor Brian Yuliarto, mantan Dekan Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (ITB), sebagai pengganti Satryo.
KONTROVERSI MENTERI SATRYO
Selama 121 hari menjabat, Satryo sempat menjadi sorotan setelah mendapat protes dari ratusan pegawai Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) pada 20 Januari lalu.
Aksi demonstrasi menuntut pengunduran diri Satryo itu disebut sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan dan gaya kepemimpinannya yang dinilai zalim dan arogan.
Satryo dituding melakukan mutasi pegawai secara sewenang-wenang tanpa penjelasan yang jelas.
Selain itu, beredar rekaman suara yang diduga miliknya, di mana ia terdengar sedang memarahi dan bahkan diduga menampar salah satu vendor kementerian terkait masalah air di rumahnya.
Tak hanya itu, istrinya, Silvia Ratnawati, juga dikabarkan sering ikut campur dalam urusan kementerian.
Meski membantah berbagai tuduhan, Satryo akhirnya berdamai dengan pegawai yang menggelar demo.
Abang kandung dari mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro itu menekankan aksi protes terjadi karena ada pihak-pihak yang tidak terima terhadap kebijakan mutasi besar-besaran yang diterapkannya untuk merampingkan struktur kementerian sesuai arahan presiden.

SIAPA BRIAN YULIARTO?
Brian Yuliarto dikenal sebagai salah satu ilmuwan Indonesia dengan keahlian dalam bidang teknologi nano dan kuantum.
Fokus penelitian Guru Besar di Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) ini adalah sensor berbasis nanoteknologi yang mampu mendeteksi molekul dengan cepat dan akurat.
Penelitiannya memiliki manfaat luas, terutama dalam bidang medis dan lingkungan.
Beberapa inovasi yang dihasilkannya antara lain sensor untuk mendeteksi gas berbahaya dan polutan serta alat diagnosis penyakit seperti demam berdarah, hepatitis, dan kanker.
Lulusan Universitas Tokyo, Jepang, ini juga masuk dalam daftar World’s Top 2% Scientist tahun 2024.
Sepanjang karier akademiknya, sosok berusia 49 tahun ini telah menerbitkan lebih dari 326 publikasi yang terindeks Scopus, dengan total 5.506 sitasi dan h-index 43.
Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.