Impian PMI Singapura terwujud di Development: Dari make-up hingga desain grafis, inilah sosok relawan berjasa
Relawan seperti Elda Hotmaway dan Yobel Sirait berbagi ilmu di kelas make-up dan desain grafis, memberikan bekal konkret bagi PMI di Singapura untuk membangun usaha sendiri di kemudian hari.

Pengajar make-up La Tulipe dan LT Pro, Elda Hotmaway, merias wajah salah seorang muridnya. (Foto: CNA/Lan Yu)
Artikel ini adalah bagian dari seri 'Hero adalah Kita'.
SINGAPURA: Di Singapura, tempat hampir 200.000 Pekerja Migran Indonesia (PMI) mencari nafkah dengan penuh pengorbanan, Harun Lie dan Josanti Cornelius Huwae Kaidoen melihat kekosongan besar—kurangnya akses pendidikan yang layak bagi para PMI.
Maka, lahirlah Development, sebuah inisiatif pendidikan berbasis komunitas yang bukan hanya mengajarkan keterampilan praktis seperti desain grafis, make-up dan skincare, dan digital marketing, tetapi juga menjadi tempat di mana para PMI merasakan makna “pulang”—bukan ke rumah secara fisik, melainkan pulang kepada harga diri, harapan, dan identitas mereka.
Sejatinya, usaha Harun dan Josanti lewat Development menunjukkan sebuah “komitmen kuat terhadap nilai-nilai kesetaraan, empati, dan pemberdayaan”, kata Ketua Umum Forum Komunikasi Masyarakat Indonesia di Singapura (FKMIS), organisasi tunggal diaspora Indonesia, Selamet Gunawan Satriyo.
Kepada CNA Indonesia, Selamet menyampaikan apresiasi mendalam terhadap lembaga itu karena menyediakan pendidikan inklusif dan menjadi inspirasi untuk memperluas dampak positif kepada diaspora Indonesia di Singapura.
“FKMIS mendukung penuh upaya-upaya kolaboratif lintas negara dalam membangun ekosistem pendidikan yang lebih inklusif, adaptif, dan berbasis pada potensi setiap individu,” ucapnya.
Bagi Harun dan Josanti, PMI bukan hanya penyedia tenaga kerja. Mereka memandang insan-insan bangsa itu sebagai manusia: Jiwa-jiwa yang berhak bermimpi, belajar, dan bertumbuh.
Development pun tidak akan pernah berjalan tanpa semangat sukarela dan jaringan relawan yang beragam. Mereka datang dari berbagai latar belakang, membawa serta keahlian dan hati yang tulus.
LA TULIPE: MEMBAWA KEINDAHAN DAN HARAPAN MELALUI SENTUHAN MAKE-UP
Salah satu dari mereka adalah Elda Lasmauli Hotmaway, relawan tim make-up dan facial dari Batam, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kelas kecantikan Development.
Setiap dua minggu sekali sejak April 2024, Elda menyeberang dari Batam ke Singapura. Perjalanan panjang dari Kepulauan Riau itu dilaluinya bukan untuk berlibur, tetapi untuk mengajar.
Ia bukan guru biasa—ia adalah relawan yang datang dengan semangat dan kepedulian, mengajarkan keterampilan kecantikan kepada para PMI yang haus akan ilmu dan perubahan hidup.
“Dulu kelas make-up cuma lima orang,” kenangnya ketika berbicara dengan CNA Indonesia “Sekarang sudah 21 orang.” Jumlah itu bukan sekadar angka, melainkan refleksi betapa program ini menjawab kebutuhan nyata.
CNA Indonesia berkesempatan menghadiri langsung kelas facial yang diajarkan oleh Elda.

Langkah-langkah pengajaran dilakukan dengan disiplin mulai dari diagnosa kulit, urutan facial seperti yang telah diajarkan, dan latihan menggambar alis. Semua dilakukan dalam batas waktu yang ketat selama 1 jam.
Hari itu, bukan hanya wajah yang bersinar setelah facial. Tetapi juga semangat para peserta yang kembali menyala—karena mereka tahu, mereka sedang mempersiapkan hidup yang baru.
Bersama trainer La Tulipe dari Jakarta bernama Naning, Elda mengembangkan metode pembelajaran yang fleksibel—dua kali online dan dua kali offline selama sebulan. Materi disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta.
Setiap kurikulum disusun secara cermat agar mudah diterapkan. Elda dan Naning tak pernah lelah bereksperimen, memperbaiki kurikulum agar tidak hanya efektif, tetapi juga menyenangkan.
PMI belajar memakai produk lokal dari Rembaka dan La Tulipe yang ternyata membuka mata para peserta bahwa produk dalam negeri pun memiliki kualitas tinggi.
“Banyak yang baru tahu kalau La Tulipe itu produk Indonesia,” ujar Elda sambil tersenyum.
Lebih dari sekadar memoles wajah, kelas ini memoles masa depan. Banyak dari peserta bermimpi membuka usaha salon sendiri setelah pulang ke Indonesia. Development memberi mereka bekal keterampilan dan keyakinan untuk memulai.

YOBEL: MENERANGI JALAN DIGITAL BAGI PMI
Relawan pengajar lainnya adalah Yobel Gracio Sirait, pria muda asal Padang berdarah Batak, yang sudah empat tahun tinggal di Singapura.
Dengan latar belakang sebagai desainer grafis dan video editor, Yobel tak sekadar membagi ilmu—ia menyalakan api semangat dalam diri para PMI melalui kelas CapCut dan Canva.
“Yang menginspirasi saya itu mereka, bagaimana mereka rela jauh dari keluarga dan mungkin tidak bisa bertemu setiap waktu, tapi masih punya semangat belajar yang luar biasa, itu jadi daya juang yang saling menyemangati,” cerita Yobel ketika ditanya kenapa dia memilih menjadi relawan di tengah kesibukannya bekerja di Negeri Singa.

Yobel mengungkapkan kepada CNA Indonesia bahwa dia telah mengajar di Development selama tiga tahun. Kelasnya dirancang untuk membantu peserta memaksimalkan penggunaan smartphone mereka.
“CapCut dan Canva itu tools sederhana, tapi dampaknya luar biasa,” katanya.
Banyak peserta yang kemudian mengaplikasikan ilmu itu ke bisnis kecil mereka di kampung halaman.
“Ada murid yang bilang, ‘Kak, saya sudah mulai usaha di Indonesia dan desain saya pakai yang kita pelajari di Canva,’” cerita Yobel dengan mata berbinar.
“Logonya jadi bagus, packaging-nya rapi. Ternyata apa yang telah saya ajarkan berbuah langsung dan bisa langsung kita lihat dalam kehidupan mereka. Bahagia banget,” pungkasnya.

MIMPI-MIMPI LUAR BIASA DIASPORA PMI
Karlina telah 18 tahun bekerja di Singapura bersama majikan yang sama.
Setelah direkomendasikan oleh temannya, perempuan asal Purwokerto ini bergabung dengan Development sejak tahun lalu dan mulai mengikuti kelas komputer.
Tahun ini, ia melanjutkan ke kelas make-up.
“Guru-gurunya sangat friendly,” ujar perempuan berusia 43 tahun itu.
“Ilmu yang didapat pun sangat-sangat menarik dan membuka wawasan baru,” sambungnya.

Dunia kecantikan sendiri adalah hobi lamanya, tapi baru melalui Development ia menemukan cara untuk menekuninya secara serius dan profesional.
Mimpinya? Membuka salon facial bagi perempuan di kampung halamannya.
“Saya tertarik sekali dengan skincare. Saya ingin punya usaha sendiri suatu hari nanti,” katanya kepada CNA Indonesia.
Mimpi yang sama juga diutarakan oleh Nurul Aida.
Bagi perempuan muda yang sudah bekerja tiga tahun di Singapura ini, impiannya bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk adik-adiknya.
Nurul ingin membuka usaha facial di kampung halamannya di Indonesia. Setiap ilmu yang ia pelajari di kelas make-up Development ia simpan baik-baik sebagai bekal untuk masa depan.
Ia tahu bahwa hari esok tidak hanya tentang bekerja, tapi tentang membangun hidup yang mandiri dan bermakna.
“Saya ikut Development untuk menambah ilmu dan pengalaman. Saya tidak akan selamanya bekerja di Singapura,” katanya.

Aster, salah satu PMI lain yang diwawancarai oleh CNA Indonesia malahan sudah berhasil merintis usahanya.
“Dengan Canva dan CapCut, saya bisa promosi bisnis saya sendiri,” jelasnya.
Selama tiga tahun belajar di Development, ia menekuni berbagai kelas mulai dari Bahasa Inggris, digital marketing, hingga Canva dan CapCut.
Sherlyn Djuka adalah salah satu peserta paling senior di Development. Ia bergabung sejak enam tahun lalu. Mulai dari kelas komputer, lalu beralih ke kelas bahasa Inggris saat pandemi lewat daring, dan kini fokus pada digital marketing.
“Aku pengin punya coffee shop, karena itu aku belajar digital marketing. Biar bisa promosi sendiri, bisa desain sendiri,” ujarnya.
Baginya, kelas ini mengajarkan keterampilan yang sangat aplikatif. Tak lagi mengambil gambar atau video sembarangan, kini Sherlyn tahu bagaimana membangun brand secara profesional.
Development bukan hanya tempat belajar. Ia adalah tempat membangun martabat. Bagi banyak PMI di Singapura, kelas-kelas ini adalah oasis—tempat menemukan diri sendiri di tengah hiruk-pikuk dunia yang kadang terasa asing.

'Hero adalah Kita' adalah seri tulisan yang mengangkat kisah inspiratif dari pahlawan sehari-hari di Indonesia. CNA Indonesia menyoroti individu-individu yang berdedikasi tulus demi kebaikan masyarakat dan lingkungan di sekitar mereka.
Seri ini adalah bentuk apresiasi kami kepada mereka yang sering kali tidak terlihat namun berdampak besar bagi banyak orang. Ayo sama-sama kenali dan hargai para pahlawan di sekitar kita, karena Hero adalah Kita!
Kenal sosok pahlawan di sekitarmu yang telah membantu masyarakat? Beri tahu kami lewat email di cnaindonesia [at] mediacorp.com.sg.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.