Menkes tekankan Indonesia bukan kelinci percobaan vaksin TBC Bill Gates
Setiap tahun, sekitar satu juta orang di Indonesia menderita TBC, dengan lebih dari 125.000 kematian—setara dengan satu orang meninggal setiap empat menit.

JAKARTA: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (BGS) menepis anggapan bahwa masyarakat Indonesia dijadikan kelinci percobaan dalam uji klinis vaksin tuberkulosis (TBC) M72, yang didukung oleh Bill Gates.
Ia menegaskan bahwa keterlibatan Indonesia dalam proses uji coba ini justru membawa banyak manfaat, terutama dalam mengatasi beban besar penyakit TBC di tanah air.
“Ini bagian dari upaya edukasi kepada masyarakat. Jangan disalahartikan seolah-olah kita dijadikan kelinci percobaan,” ucap Menkes kepada detikHealth saat ditemui di Kantor Kelurahan Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur, Jumat (9/5).
Saat ini, vaksin TBC M72 tengah menjalani uji klinis tahap tiga di Indonesia. Sejak dimulai pada November 2024, sebanyak 2.095 peserta telah menerima suntikan vaksin, dengan partisipasi terbanyak berasal dari Jawa Barat.
BGS menjelaskan bahwa vaksin tersebut telah melalui tahapan uji keamanan secara ketat, sama seperti vaksin COVID-19.
"Mulai dari uji klinis tahap pertama untuk melihat keamanannya, tahap kedua diuji coba ke manusia, dan tahap ketiga menilai efektivitasnya. Kita sekarang berada di tahap ketiga, dan semuanya berjalan sesuai prosedur,” ungkapnya.
Menurutnya, Indonesia terpilih sebagai lokasi uji coba karena tingginya jumlah kasus TBC. Setiap tahun, sekitar satu juta orang di Indonesia menderita TBC, dengan lebih dari 125.000 kematian—setara dengan satu orang meninggal setiap empat menit.
“Ini angka yang sangat mengkhawatirkan. Indonesia berada di posisi kedua dunia dalam beban kasus TBC, setelah India,” tutur Menkes.
Ia pun berharap vaksin M72 dapat segera diproduksi massal dan diluncurkan secara global sebelum tahun 2029. Partisipasi Indonesia dalam uji klinis juga membuka peluang untuk mendapatkan akses lebih awal terhadap vaksin, termasuk kemungkinan memproduksinya secara lokal.
“Sejak vaksin ini disuntikkan pada November lalu, tidak ada laporan efek samping serius. Kalau ada masalah, pasti langsung ditindaklanjuti saat itu juga,” tekannya.
BGS juga menyoroti fakta bahwa hingga kini belum ada vaksin TBC yang benar-benar efektif untuk orang dewasa. Hal ini disebabkan karena negara-negara maju kurang terdampak oleh penyakit tersebut, sehingga riset dan pengembangannya terbatas.
“Gates Foundation mendanai pengembangan vaksin TBC baru untuk wilayah-wilayah yang paling terdampak seperti Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Negara-negara miskin ini punya beban TBC sangat besar,” paparnya.
Menkes kemudian membandingkan pentingnya vaksin TBC dengan keberhasilan vaksinasi dalam mengatasi penyakit menular lain seperti cacar dan COVID-19.
“Penyakit menular bisa dihentikan lewat vaksin. Itu fakta ilmiah,” pungkasnya.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.