Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Indonesia

Menerka maksud di balik kunjungan Prabowo ke China dan Jepang

Bagaimana cara presiden Indonesia berikutnya menjalin diplomasi dengan kekuatan-kekuatan besar? Lalu bagaimana relasi dengan Asia Tenggara? Kunjungan Prabowo ke China dan Jepang sedikit memberi petunjuk.

Menerka maksud di balik kunjungan Prabowo ke China dan Jepang

Presiden China Xi Jinping dan Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto berjabat tangan di Aula Besar Rakyat di Beijing, Tiongkok, 1 April 2024. (Foto: China Daily via Reuters)

SINGAPURA: Tidak ada presiden terpilih Indonesia yang melakukan kunjungan resmi ke negara lain sebelum bertugas di Istana Merdeka. Setidaknya, sampai sekarang.

Kunjungan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ke China dan Jepang sebelum pelantikannya sebagai presiden Oktober mendatang telah diberitakan secara luas. Di antaranya oleh media Tiongkok yang menggembar-gemborkan kunjungan Prabowo ke Beijing, menekankan bahwa China adalah negara pertama yang dikunjungi oleh pemimpin Indonesia berikutnya.

Sementara beberapa pengamat memperingatkan untuk tidak berasumsi terlalu jauh mengenai kunjungan tersebut. Pengamat lainnya mengatakan bahwa pilihan negara yang dikunjungi memberikan petunjuk soal kemungkinan arah kebijakan luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo nanti.

Kendati demikian, para pengamat meyakini bahwa meski Indonesia akan menjalin hubungan diplomasi yang erat dengan kekuatan besar dunia, namun hubungan dengan negara-negara Asia Tenggara masih akan jadi perhatian di kepresidenan Prabowo, tidak ubahnya para pemimpin Indonesia sebelumnya.

"Saya menduga kunjungan resmi pertama setelah Prabowo menjabat sebagai presiden adalah ke negara-negara ASEAN," ujar Radityo Dharmaputra, dosen di Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, Surabaya.

MENDOBRAK TRADISI

Kementerian Luar Negeri China pekan lalu mengumumkan bahwa Prabowo akan berkunjung pada 31 Maret atas undangan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Kunjungan ini dilakukan kurang dari dua bulan setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan kemenangan Prabowo dalam pemilu untuk menjadi pemimpin negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara.

Kunjungan tiga hari tersebut diisi dengan pertemuan Prabowo dengan Xi di Beijing. Dalam pertemuan tersebut, keduanya menegaskan kembali hubungan bilateral dan berjanji untuk mempererat hubungan kedua negara. Prabowo juga bertemu dengan Perdana Menteri China Li Qiang.

Di tengah kunjungan Prabowo ke China, Jepang mengumumkan bahwa mantan jenderal itu akan singgah di Jepang selama dua hari mulai 2 April. Selama di sana, Prabowo bertemu dengan Perdana Menteri Fumio Kishida.

"Di bawah kemitraan strategis yang komprehensif, sebagai mitra yang sangat baik, kami ingin meningkatkan hubungan bilateral dan kerja sama dalam urusan regional dan internasional," kata Kishida usai pertemuan dengan Prabowo pada Rabu lalu, sebagaimana dilaporkan oleh Nikkei Asia.

Presiden Indonesia terpilih dan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto (kiri) dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida (kanan) berjabat tangan di kantor perdana menteri di Tokyo pada 3 April 2024. (AP Photo/Eugene Hoshiko, Pool)

Berbagai media menyoroti bahwa ini adalah kunjungan pertama Prabowo setelah dia terpilih presiden. Sementara media lainnya melaporkan bahwa ini adalah kali pertama seorang presiden terpilih melakukan kunjungan resmi ke luar negeri.

Sebelumnya tidak ada presiden terpilih Indonesia yang melakukan hal tersebut, misalnya presiden Joko Widodo yang akan habis masa jabatannya tahun ini, begitu pula dengan pendahulunya Susilo Bambang Yudhoyono yang terpilih jadi presiden pada 2004.

Para pengamat yang berbicara kepada CNA memperingatkan untuk tidak berasumsi terlalu jauh untuk kunjungan Prabowo ini.

Dr Christine Susanna Tjhin, salah satu pendiri dan direktur Gentala Institute, menjelaskan bahwa di Indonesia tidak ada instrumen hukum yang mengatur kewenangan dan kunjungan luar negeri presiden terpilih.

Tjhin percaya bahwa pertemuan dengan Xi adalah undangan diplomatik dari pemimpin tertinggi China kepada Prabowo yang telah dijadwalkan sejak lama. 

"Kunjungan ke China sebenarnya telah ada di agenda Kementerian Pertahanan sejak akhir 2023 atau awal 2024," kata dia.

"Penunjukan jabatan-jabatan penting di kementerian dan kunjungan kenegaraan setelah pelantikannya akan lebih mengindikasikan arah kebijakan luar negeri Prabowo."

Berpendapat senada, Radityo juga mengatakan kunjungan ke China kemungkinan telah direncanakan sebelum pengumuman kemenangan pilpres.

"Mengingat Indonesia adalah pemain penting di kawasan, menurut saya ini adalah strategi yang bagus dari China untuk menunjukkan bahwa Prabowo dan Indonesia adalah mitra yang penting."

DUA KUNJUNGAN, BEDA PERSPEKTIF

Kunjungan Prabowo dipandang berbeda di China dan Indonesia.

Saat mengumumkan kedatangannya, kementerian luar negeri China menyebut politisi 72 tahun itu sebagai "presiden Indonesia terpilih dan ketua umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)". Juru bicara Kemlu China juga menekankan bahwa China adalah negara pertama yang dikunjungi Prabowo setelah terpilih presiden.

Hal ini juga disampaikan sendiri oleh Presiden Xi dalam pertemuan dengan Prabowo. "Anda memilih China sebagai negara kunjungan pertama usai pemilu, dan kunjungan khusus ke China ini dilakukan pada bulan suci Ramadhan," kata Xi kepada Prabowo.

Di Indonesia, pernyataan pers Kementerian Pertahanan menyebut Prabowo sebagai "Menteri Pertahanan" dalam pertemuan dengan Presiden Xi. Juru bicara tim kampanye Prabowo juga mengatakan kunjungan dia ke China adalah sebagai menteri pertahanan untuk memperkuat hubungan bilateral, terutama di sektor pertahanan.

Menurut pengamat, China sengaja menyebut Prabowo sebagai pemimpin Indonesia berikutnya, lantaran China tengah bersaing dengan Amerika Serikat dalam berebut pengaruh di kawasan.

"Ini adalah cara China untuk menunjukkan bahwa mereka bergerak lebih cepat daripada AS dalam berurusan dengan presiden (Indonesia) berikutnya," kata Hikmahanto Juwana, profesor hukum internasional di Universitas Indonesia.

"Langkah China adalah untuk memastikan hubungan diplomatik dan kemitraan ekonomi yang erat di bawah pemerintahan saat ini akan dilanjutkan di pemerintahan yang baru. Oleh karena itu, kita melihat adanya sedikit 'perlakuan khusus' dari Xi terhadap Prabowo dalam kunjungan ini," tambah Prof Juwana.

Perdagangan dua arah antara China dan Indonesia mencapai sekitar US$150 miliar pada 2022, tiga kali lipat lebih tinggi dari 2013. Investasi China di Indonesia mencapai US$8,2 miliar pada 2022, menjadikan Tiongkok investor terbesar kedua di Indonesia setelah Singapura.

Proyek-proyek infrastruktur telah menjadi fokus utama dari investasi China, salah satunya adalah pembangunan rel kereta api cepat Jakarta-Bandung yang mulai beroperasi secara komersial pada Oktober tahun lalu.

Investasi China juga mengalir deras ke pabrik-pabrik peleburan nikel. Selain memperkuat industri lokal dan menciptakan lapangan kerja, investasi ini juga memberikan akses terpercaya bagi perusahaan-perusahaan China untuk memperoleh nikel, komponen utama untuk baterai kendaraan listrik. Saat ini, China adalah pasar kendaraan listrik terbesar di dunia.

Menurut Tjhin dari Gentala, China telah lama mengisyaratkan betapa pentingnya Indonesia bagi mereka. Hal ini sebelumnya pernah disampaikan oleh Presiden Xi dalam pidatonya di hadapan anggota DPR Indonesia pada 2013 saat mengumumkan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21.

Namun, Tjhin memperingatkan bahwa Indonesia harus tetap realistis. Pasalnya, meski China adalah mitra dagang terbesar Indonesia dan kedua terbesar untuk investasi asing langsung, namun Indonesia hanya berada di posisi ke-16 dari daftar tujuan ekspor China (mencakup sekitar 2 persen dari total perdagangan) dan ke-12 di urutan mitra impor (3 persen dari total perdagangan) berdasarkan data perdagangan global 2022.

Melihat kondisi ini, Tjhin mengatakan meski mendapat kata-kata positif dari Beijing, Indonesia harus menyadari kenyataan yang ada dan terus meningkatkan kemajuan dalam negeri sembari memanfaatkan posisi strategisnya di kawasan.

Di samping pertimbangan ekonomi, Radityo dari Universitas Airlangga percaya bahwa China ingin membangun hubungan sesegera mungkin dengan Prabowo. "Ini bukan hanya tentang kepentingan China dalam hal kebijakan ekonomi dan investasi, tetapi juga sebagai sekutu geopolitik potensial dalam beberapa isu terkait tatanan dunia."

Sementara terkait perjalanan Prabowo ke Jepang, pemberitaannya relatif lebih sedikit dibandingkan kunjungannya ke China. Media Indonesia hanya melaporkan secara terbatas, sementara media Jepang meliputnya secara langsung, dengan mengutip pengumuman dari Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi pada 1 April.

Dilansir Jiji Press, Hayashi mengatakan bahwa Indonesia "adalah mitra strategis komprehensif yang memiliki prinsip-prinsip dan nilai-nilai fundamental yang sama, dan memiliki hubungan historis (dengan Jepang) di berbagai bidang seperti politik, ekonomi, dan budaya".

BERPIHAK ATAU TETAP NON-BLOK?

Meski para pengamat mengatakan masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan, namun mereka menegaskan bahwa kunjungan Prabowo ke China dan Jepang menunjukkan bahwa dia akan mempertahankan kebijakan luar negeri non-blok yang telah dianut Indonesia sejak lama.

Kebijakan luar negeri Indonesia yang "bebas dan aktif" membuat negara ini tidak bersekutu dengan negara superpower, tidak terikat dengan negara lain atau pakta militer. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada November tahun lalu dalam publikasi kebijakan luar negeri tahunan yang dirilis oleh Körber Foundation.

"Kebijakan ini memberikan penekanan besar pada peran aktif dan keterlibatan dengan semua negara, dipandu oleh otonomi strategis dan kepatuhan pada hukum internasional," kata Retno.

Menurut Radityo, kunjungan Prabowo ke Jepang sesaat setelah dari China adalah "cara cerdas" untuk menunjukkan bahwa Indonesia akan tetap berada di tengah-tengah seperti sebelumnya. Pasalnya, Jepang dianggap sebagai sekutu tradisional AS.

Tjhin yang merupakan mantan Ketua Kelompok Studi China di Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Indonesia, kepada CNA mengatakan bahwa kunjungan ke China dan Jepang yang secara geografis berdekatan telah konsisten dengan pesan non-blok Prabowo.

Dr Johanes Herlijanto, salah satu pendiri dan ketua Forum Sinologi Indonesia, mengatakan bahwa China dan Jepang mewakili dua kubu geopolitik yang berbeda. "Prabowo tidak ingin pemerintahannya yang baru terlihat condong ke China. Prabowo ingin melanjutkan kebijakan saat ini," kata dia.

Walau Indonesia tengah menyeimbangkan hubungan dengan negara-negara besar, para pengamat meyakini bahwa hubungan dengan negara-negara Asia Tenggara akan tetap menjadi prioritas utama bagi pemerintahan Jakarta.

Para pemimpin Indonesia di masa lalu tidak pernah ragu akan pentingnya hubungan dengan negara-negara anggota ASEAN. Sejak masa kepresidenan Soeharto, sudah menjadi tradisi bagi pemimpin terpilih untuk menyambangi negara-negara tetangga di Asia Tenggara sebagai kunjungan bilateral pertama mereka.

Mantan presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang dikenal sering melakukan perjalanan internasional hampir setiap bulan, mengunjungi beberapa negara ASEAN terlebih dahulu sebelum bertolak lebih jauh ke negara-negara seperti Amerika Serikat dan Jepang.

Penggantinya, Megawati Soekarnoputri - presiden wanita pertama Indonesia - melakukan tur regional sebulan setelah menggantikan Gus Dur dengan mengunjungi semua negara ASEAN selama delapan hari.

Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo juga menyempatkan diri mengunjungi negara-negara ASEAN untuk lawatan bilateral pertama mereka. Keduanya memilih Malaysia untuk menjadi negara tujuan pertama.

Pengamat yang diwawancara CNA meyakini bahwa tren menjadikan negara Asia Tenggara sebagai pelabuhan bilateral pertama tetap akan dipertahankan oleh Prabowo. Selain itu, sentralitas ASEAN akan terus berlanjut sebagai landasan kebijakan luar negeri Indonesia.

"Prabowo telah menyebutkan bagaimana ASEAN adalah kunci bagi keamanan dan stabilitas regional - tidak hanya dalam hal kapasitas militer, tetapi juga untuk sektor ekonomi regional," kata Tjhin.

Laporan tambahan oleh Lakeisha Leo

Source: CNA/da

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan