Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Indonesia

Lebih parah dari 2020, apa penyebab banjir bandang Bekasi?

Sejarah mencatat bahwa Bekasi memang langganan banjir tepatnya sejak lebih dari dua ribu tahun yang lalu, dimulai pada abad ke-5 Masehi.

Lebih parah dari 2020, apa penyebab banjir bandang Bekasi?
Anak-anak menerobos genangan air di kawasan permukiman yang terendam banjir akibat hujan lebat di Bekasi, 4 Maret 2025. (Reuters/Ajeng Dinar Ulfiana)

JAKARTA: Cuaca ekstrem yang melanda wilayah aglomerasi Jabodetabek menyebabkan banjir parah di kawasan Bekasi.

Kondisi kali ini dianggap jauh lebih parah dibandingkan dengan banjir besar yang terjadi pada 2020.

Ketinggian air bervariasi antara 20 sentimeter hingga tiga meter, merendam 13 kecamatan di Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.

Akibat bencana ini, ribuan warga terpaksa mengungsi. Berbagai fasilitas umum, termasuk jalan utama, kantor pemerintahan, pusat perbelanjaan, hingga rumah sakit umum daerah, tak dapat berfungsi.

Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, menyatakan bahwa Kota Bekasi kini lumpuh akibat banjir tersebut.

CURAH HUJAN YANG LUAR BIASA TINGGI

Sejarah mencatat bahwa bencana banjir di Bekasi sudah terjadi sejak lebih dari dua ribu tahun yang lalu, dimulai pada abad ke-5 Masehi.

Hal ini diketahui melalui catatan dalam Prasasti Tugu yang berasal dari masa Kerajaan Tarumanegara, sebagaimana diungkapkan dalam studi oleh Wibowo dan Rosalina pada 2019 dilansir dari Kompas.

Bahkan, banjir di Bekasi terus berlanjut hingga masa kolonial Belanda, fenomena alam yang tercatat dalam penelitian Surya Zainul Lutfi pada Jurnal Sejarah dan Budaya dengan judul Sejarah Banjir Bekasi 1924-2002.

Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Diana Kusumastuti, menjelaskan bahwa penyebab utama banjir kali ini bukanlah tanggul yang jebol, melainkan curah hujan yang sangat tinggi.

"Hasil pengamatan kami, tidak ada tanggul yang jebol. Namun, intensitas hujan yang sangat tinggi menyebabkan air meluap," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (4/3).

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi, Priadi Santoso, menyebutkan bahwa curah hujan tinggi di wilayah hulu Kali Bekasi, terutama di Bogor, menyebabkan peningkatan debit air yang kemudian meluap hingga ke permukiman warga.

“Hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung dalam durasi lama menyebabkan banjir di beberapa wilayah,” katanya.

Pemerintah kini tengah melakukan berbagai upaya penanganan, termasuk pengerukan sedimentasi di sungai-sungai untuk meningkatkan daya tampung air. Meskipun demikian, evakuasi warga tetap menjadi prioritas utama.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) di sisi lain menilai bahwa penyebab banjir ini adalah kombinasi curah hujan tinggi dan alih fungsi lahan di hulu sungai.

Perubahan tata ruang yang tidak mempertimbangkan faktor lingkungan disebut memperburuk intensitas banjir di Jabodetabek.

"Curah hujan memang tinggi, namun seharusnya bisa diantisipasi. Alih fungsi lahan di hulu sungai Bekasi menjadi masalah besar," ujar Manajer Kampanye Tata Ruang dan Infrastruktur WALHI, Dwi Sawung, kepada CNNIndonesia.com, Rabu (5/3).

Sawung menambahkan, meskipun curah hujan tahun ini tidak lebih tinggi dari 2020, dampaknya jauh lebih parah.

Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.

Source: Others/ew

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan