Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Indonesia

Korban jiwa banjir lahar dingin Sumbar meroket jadi 67, pemerintah akui lengah padahal sudah diperingatkan

Warga setempat telah meminta pemerintah untuk melakukan sosialisasi terkait langkah mitigasi apabila terjadi bencana banjir bandang, tapi tidak kunjung dilakukan.

Korban jiwa banjir lahar dingin Sumbar meroket jadi 67, pemerintah akui lengah padahal sudah diperingatkan
Warga melihat rumah yang rusak akibat banjir bandang dan tanah longsor di Agam, provinsi Sumatra Barat, 12 Mei 2024. (Foto: Reuters/Antara Foto/Iggo El Fitra)

PADANG: Banjir bandang yang membawa material lahar dingin hasil erupsi Gunung Marapi terus memakan korban.

Data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (16 Mei), melaporkan angka korban meninggal bertambah 9 orang menjadi 67 orang.

Sedangkan warga yang menghilang tercatat menurun dari 35 menjadi 20 orang.

Namun, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dikutip CNN Indonesia mengatakan menurunnya jumlah korban hilang karena warga yang berhasil ditemukan ditemukan telah meninggal dunia.

PEMERINTAH SUDAH DIPERINGATKAN

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengakui pemerintah agak lengah terkait bencana alam ini.

"Mudah-mudahan dalam waktu dekat kita bisa mencari solusi yang permanen, utamanya bagaimana mengatasi lahar dingin dari Gunung Marapi, itu yang utama.

Seorang pria berdiri di dekat sebuah mobil yang rusak di daerah yang terdampak bencana alam banjir bandang Gunung Marapi, Sumatera Barat. (Foto: Reuters/Antara Foto/Iggo El Fitra)

Memang sudah bisa dipastikan sebetulnya kalau habis erupsi, kemudian ada banjir, itu pasti nanti akan diikuti, yang itu yang kemarin mungkin agak lengah kita, dan ini menjadi pelajaran yang sangat berharga walaupun sangat menyakitkan," kata Muhadjir.

Ahli Geologi dan Vulkanologi Sumbar Ade Edward menekankan peringatan akan dampak erupsi Gunung Marapi kepada pemerintah sebenarnya sudah diberikan sejak awal erupsi terjadi.

Sebelum terjadinya banjir bandang, warga, lanjut Ade, telah meminta pemerintah untuk melakukan sosialisasi terkait langkah mitigasi apabila terjadi bencana, tapi tidak kunjung dilakukan.

“Sejak awal itu sudah diingatkan. Ketika 3 Desember itu terjadi erupsi Marapi,” kata Ade kepada Republika lewat sambungan telepon, Rabu (15 Mei).

Ade mengkritik bahwa kelengahan pemerintah sebenarnya terlihat dengan jatuhnya 24 korban jiwa akibat erupsi Gunung Marapi ketika itu.

Yang paling mencengangkan, ada rombongan wisatawan yang diizinkan untuk berwisata ke puncak Gunung Marapi, padahal, ketika itu status gunung sudah di level Siaga.

Status ini berarti wisatawan dilarang memasuki kawasan tersebut dalam radius 3 km.

Lebih lanjut Ade mengungkapkan sebelum terjadi banjir bandang akhir pekan lalu,  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah memberikan peringatan.

Namun, seperti sebelumnya tidak ada tindak lanjut akan peringatan tersebut.

“Masyarakat desa itu sudah meminta untuk diberikan sosialisasi, pemahaman bagaimana upaya-upaya. Tidak direspons sama sekali. Jadi kalau menurut saya, Pak Muhajir itu bilang begitu (lengah), benar adanya,” pungkasnya.

Source: Others/ew

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan