Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Indonesia

Diduga menganiaya karyawan, perusahaan animasi game Brandoville Studios diselidiki oleh polisi

Kepolisian Indonesia tengah menyelidiki klaim viral oleh sejumlah mantan karyawan Brandoville Studios di media sosial tentang dugaan penganiayaan, ancaman, dan manipulasi oleh pemilik perusahaan tersebut, Ken Lai dan Cherry Lai.

Diduga menganiaya karyawan, perusahaan animasi game Brandoville Studios diselidiki oleh polisi

Seorang wanita di kantor. (Foto arsip: iStock/muthardman)

JAKARTA: Sebuah studio animasi berbasis di Jakarta yang terlibat dalam produksi beberapa video game terkenal diselidiki polisi atas dugaan penganiayaan dan eksploitasi pekerja, termasuk pada seorang wanita hamil yang kemudian keguguran.

Polres Metro Jakarta Pusat juga sedang mencari mantan karyawan lain yang mungkin menjadi korban serupa di Brandoville Studios yang dimiliki sepasang suami-istri asal Tiongkok, Ken Lai dan Cherry Lai.

Perusahaan itu dikabarkan terlibat dalam beberapa proyek terkenal, termasuk game AAA seperti "Final Fantasy VII Rebirth", "The Last of Us Part 1", "Spider-Man: Miles Morales", "Uncharted" dan "NBA 2K17".

Game AAA adalah klasifikasi yang biasanya digunakan dalam industri video game untuk menandakan game beranggaran tinggi yang diproduksi oleh distributor besar.

Sekitar 80 anggota staf dahulu diperkerjakan oleh Brandoville Studios yang juga memiliki cabang di Hong Kong.

Namun, perusahaan tersebut mengumumkan penutupannya di halaman Facebook-nya bulan lalu.

Penyelidikan polisi ini menyusul viralnya klaim mantan karyawan di media sosial tentang kekerasan verbal dan fisik, jam kerja berlebihan, ancaman, serta manipulasi.

Seorang mantan karyawan berinisial CS di platform media sosial X mengatakan bahwa dirinya mengalami keguguran akibat perlakuan kasar yang diterimanya. Ia mengklaim bahwa setelah keguguran, Lai kemudian memarahinya karena tidak masuk kerja.

CS menuturkan kepada Tempo bahwa Lai memaksanya melakukan hukuman fisik dan akhirnya mulai melakukan kekerasan fisik secara langsung kepadanya.

"Suatu saat dia menghukumku dengan menyuruh berlari naik turun tangga (5 lantai) dalam waktu yang dia tetapkan, setiap kali aku melewati batas waktu aku harus mengulangi prosesnya. Total malam itu aku berlari 45 kali," kata CS kepada Tempo, Ahad (15/9).

Perempuan berusia 27 tahun itu mengaku bekerja 20 jam sehari, dan terus-menerus diawasi dan dibatasi pergerakannya, sampai-sampai ia terpaksa menyewa kamar di dekat kantornya dari Januari 2022 hingga Oktober 2023.

"Rupanya dia punya alasan agar bisa hubungi saya kapan saja selama 24 jam dalam sepekan untuk siaga di kantor dan mengisolasi saya dari keluarga," kata CS.

"Jika saya terlambat satu menit saja (untuk bekerja), ia akan menghukum saya," tambahnya.

CS yang harus berangkat kerja pukul 5 pagi dan pulang larut malam - atau bahkan tidak pulang - mengatakan ia sempat tidak melihat sinar matahari selama berbulan-bulan.

"Saya kekurangan Vitamin D, bergantung pada suplemen, dan sistem pencernaan serta metabolisme saya sangat terpengaruh oleh kurang tidur yang dipaksakan," kata CS.

Mantan karyawan itu lebih lanjut menuduh Lai melakukan kekerasan fisik kepadanya pada Juni 2024 ketika ia marah atas karya seninya.

"Dia telah menyetujui sketsa tersebut, pada saat kami mengiriminya versi final, tiba-tiba Cherry marah, dalam obrolan grup melontarkan kata-kata kotor lalu memanggil saya ke kantor padahal itu hari Ahad," kata CS yang kemudian membuat laporan polisi pada 5 September.

Tempo juga melaporkan insiden lain di mana Lai diduga memerintahkan seorang staf untuk memukul rekannya sebagai hukuman atas kesalahannya.

Kapolres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro mengatakan bahwa sebuah tim khusus telah dibentuk untuk menyelidiki dugaan tindak kekerasan dan eksploitasi di perusahaan tersebut.

Muhammad Firdaus, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat, mengatakan saat ini pihak berwenang sedang mencari karyawan yang menjadi korban kekerasan untuk mengumpulkan kesaksian mereka dan mengajak mereka untuk mengajukan laporan.

"Kantor Brandoville Studios telah ditutup sejak Juli 2024, dan tempat tersebut sekarang tidak berpenghuni. Saksi mata melaporkan bahwa pada bulan Juli 2024, tiga pekerja rumah tangga, dua pria, dan satu wanita, terlihat meninggalkan kantor," kata Firdaus kepada wartawan pada tanggal 14 September.

Brandoville Studios mengumumkan penutupan perusahaan pada tanggal 17 Agustus di laman Facebook-nya.

“Kepada tim kami yang setia—terima kasih atas komitmen, kreativitas, dan semangatmu yang tak tergoyahkan. Kalian adalah kekuatan pendorong di balik setiap pencapaian, dan kami tidak bisa lebih bangga dengan apa yang telah kita capai bersama,” tulis akun perusahaan tersebut.

Meskipun tutup, pasangan suami-istri Lai dikabarkan telah membuka bisnis baru dengan nama yang berbeda.

Source: Others/jt

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan