Kembali menjabat Menkes, BGS prioritaskan berantas bullying kronis di kalangan dokter
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes menerima 1.540 laporan dugaan bullying PPDS hingga awal Agustus 2024.
JAKARTA: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang akan kembali bertugas di posisi yang sama di pemerintahan Prabowo-Gibran menyatakan komitmennya untuk memperioritaskan pemberantasan budaya perundungan dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Ia menegaskan bahwa praktik bullying di dunia medis dapat memengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan para dokter kepada pasien.
"Bullying harus dihapuskan. Ini masalah budaya. Jika budaya kesehatan terbiasa dengan bullying, maka pelayanan kesehatan yang diberikan pasti tidak maksimal," ujar pria yang akrab disapa BGS itu, kepada detikHealth pada Selasa (15/10).
Budi mengungkapkan bahwa penghapusan budaya bullying di PPDS menjadi langkah penting untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan dalam negeri agar dapat bersaing dengan negara lain.
Ia berharap dengan demikian masyarakat Indonesia tidak perlu lagi mencari layanan kesehatan di luar negeri.
Kasus perundungan dalam program pendidikan spesialis ini, menurut Kemenkes, telah terjadi di sejumlah rumah sakit, termasuk di beberapa rumah sakit vertikal yang berada di bawah naungan Kementerian Kesehatan.
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes, Azhar Jaya, dilansir Bloomberg Technoz mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerima 1.540 laporan terkait dugaan perundungan di PPDS hingga awal Agustus 2024.
Dari laporan tersebut, sekitar 25 hingga 30 persen menunjukkan indikasi kuat bahwa bullying benar-benar terjadi.
Kementerian Kesehatan sebelumnya telah membekukan Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) pada 14 Agustus, menyusul dugaan praktik perundungan di program tersebut.
Pembekuan ini akan dicabut jika investigasi yang tengah dilakukan Polda Jawa Tengah selesai dan tuntas.
Kasus perundungan di PPDS anestesi Undip juga menjadi sorotan publik setelah dilaporkan oleh keluarga korban, dr. Aulia, yang meninggal dunia bunuh diri dalam insiden tersebut.
Namun hingga kini, pihak kepolisian belum menetapkan tersangka dalam kasus yang menimbulkan kecaman luas dari masyarakat.
Keluarga dr. Aulia menyatakan kekecewaannya atas lambannya proses hukum dan berharap ada kejelasan mengenai penetapan tersangka secepatnya.
Kuis CNA Memahami Asia eksklusif di saluran WhatsApp CNA Indonesia putaran pertama sudah dimulai! 👀
🔗 Ayo uji wawasanmu dan raih hadiahnya, ikuti kuisnya di sini: https://cna.asia/482mVCl