Kelas menengah Indonesia turun kasta, tersisa 17,13%, apa strategi pemerintah?
Kelas menengah memainkan peran krusial dalam sektor kewirausahaan, penciptaan lapangan kerja, dan investasi.
JAKARTA: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) mengungkapkan kekhawatiran terhadap penurunan jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Saat ini, jumlah kelas menengah di Indonesia tersisa 17,13 persen, setara dengan 46,25 juta penduduk.
Angka ini menurun lebih dari 4 persen dibanding tahun 2019. Ketika itu jumlah kelas menengah mencapai 57,33 juta orang atau 21,45 persen.
Menurut Airlangga, fenomena ini sangat memprihatinkan karena kelas menengah memiliki peran krusial sebagai motor penggerak ekonomi nasional.
Kelas menengah berkontribusi signifikan dalam sektor kewirausahaan, penciptaan lapangan kerja, dan investasi.
"Sebelum pandemi COVID-19, angka kelas menengah sedikit lebih tinggi. Efek pandemi, yang sering disebut oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai efek menakutkan, diharapkan bisa pulih di masa depan," tambah Airlangga.
Pemerintah sendiri telah melaksanakan berbagai upaya untuk melindungi dan mendukung kelas menengah, termasuk melalui program perlindungan sosial, insentif pajak, jaminan kehilangan pekerjaan, Kartu Prakerja, dan kredit usaha rakyat (KUR).
Upaya terbaru yang akan diluncurkan mencakup dua insentif pembiayaan perumahan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh kelas menengah.
Pertama, insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah sebesar 100% untuk pembelian rumah dengan harga di bawah Rp5 miliar, dengan batasan insentif sebesar Rp2 miliar.
Kedua, pemerintah akan menambah unit fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) dari semula 166.000 unit menjadi 200.000 unit.
"Dengan dua kebijakan ini yang berlaku mulai 1 September hingga 31 Desember 2024, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kelas menengah dan mendorong sektor konstruksi, yang memiliki efek berganda yang tinggi," jelas Airlangga.
Sekretaris Menko Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, dalam kesempatan terpisah kepada Bisnis, menegaskan bahwa pemerintah memberikan perhatian serius kepada kelompok kelas menengah serta aspiring middle class, yaitu kelompok miskin yang berhasil naik kelas tetapi masih rentan terhadap kemiskinan.
"Kita kan khawatir pada 2023 ke 2024 ini kan proporsi kelas menengah dan aspiring middle class mulai agak turun sedikit kan. Kita ingin mendorong meningkatkan kembali," ucapnya di hari yang sama.
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini