Kabar gembira, Koridor 1 Transjakarta dipastikan batal ditutup
Penutupan sempat diwacanakan untuk menghindari tumpang tindih jalur antara bus Transjakarta dan MRT Lebak Bulus-Kota.

JAKARTA: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan tidak akan menutup Koridor 1 Transjakarta yang melayani rute Blok M-Kota, meskipun jalur tersebut bersinggungan dengan Moda Raya Terpadu (MRT).
“Kami sampaikan tidak ada penutupan Koridor 1,” ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, Rabu (15/1), seperti dilansir Antara.
Keputusan tersebut juga dikonfirmasi DPRD DKI Jakarta.
Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Nova Paloh, mengatakan, bahwa yang akan dilakukan adalah kajian menyeluruh, khususnya terhadap koridor-koridor dengan jumlah penumpang rendah.
“Koridor-koridor yang memang sepi penumpang akan dievaluasi ke depannya,” ucapnya.
Nova, yang baru-baru ini mencoba langsung menggunakan bus Transjakarta di Koridor 1, menyebutkan bahwa jumlah penumpang Koridor 1 masih sangat tinggi, sehingga tidak ada alasan untuk menutup rute tersebut.
“Hari ini kami sengaja datang ke sini untuk melihat langsung pelayanan Transjakarta, sekaligus menikmati perjalanan dari Koridor 1 hingga ke tujuan,” katanya, dikutip Media Indonesia.
Nova juga mengingatkan bahwa sesuai amanat Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2014, pengguna transportasi publik harus 60% dari jumlah penduduk.
Oleh karena itu, menurutnya, Pemprov DKI justru harus mengejar target tersebut, bukan mengurangi layanan.
WACANA PENUTUPAN PICU POLEMIK
Sebelumnya, Koridor 1 Transjakarta sempat direncanakan akan ditutup jika MRT telah beroperasi hingga Kota pada tahun 2029.
Wacana ini bertujuan untuk menghindari tumpang tindih jalur antara bus Transjakarta dan MRT Lebak Bulus-Kota.
Namun, rencana tersebut menuai kritik tajam dari berbagai pihak.
Direktur Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) Asia Tenggara, Gonggomtua Sitanggang, menyatakan bahwa MRT dan Transjakarta memiliki fungsi yang saling melengkapi, bukan menggantikan.
“MRT tidak dapat menggantikan fungsi BRT Transjakarta. Kedua moda ini memiliki sistem tarif dan cakupan layanan yang berbeda,” kata Gonggomtua.
Pengamat transportasi sekaligus Ketua Inisiatif Strategis untuk Transportasi (Instran), Darmaningtyas, juga menyoroti perbedaan karakteristik pelanggan dan tarif antara kedua moda transportasi tersebut.
“Jika layanan Koridor 1 dan 2 Transjakarta dihapus, masyarakat akan beralih ke sepeda motor. Ini akan menambah kemacetan yang sudah menjadi masalah besar di Jakarta,” kritiknya.
Darmaningtyas menilai bahwa penutupan Koridor 1 Transjakarta berpotensi memperburuk kondisi lalu lintas di ibu kota yang sudah padat setiap harinya.
Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.