JK berduka atas kematian Haniyeh setelah baru-baru ini bertemu di Doha
Sebelum wafatnya, kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh berharap dapat berkunjung ke Indonesia, kata Jusuf Kalla.
JAKARTA: Baru saja tiga minggu yang lalu mereka bertemu di Doha, Qatar. Kini Jusuf Kalla menyampaikan belasungkawanya atas kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pada hari Rabu (31/7).
“Haniyeh seorang pejuang Palestina di Gaza. Ia mempunyai kepemimpinan yang kuat di kalangan Palestina,” kata Jusuf Kalla dalam sebuah pesan video.
"Dia sangat ingin mencapai kedamaian dalam penyelesaian yang adil di Palestina," kata mantan wakil presiden Indonesia itu saat mengenang pertemuan yang hampir dua jam lamanya.
Haniyeh dilaporkan tewas oleh Hamas dalam "serangan berbahaya Zionis di kediamannya di Teheran". Dia berada di Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada hari Selasa.
Jusuf Kalla dan Haniyeh yang menjabat sebagai kepala Biro Politik Hamas menggelar pertemuan di Doha Qatar pada 12 Juli.
Mengutip Tribunnews, pada pertemuan tersebut Haniyeh menghargai peran diplomatik dari Indonesia untuk mendorong kemerdekaan Palestina, serta bantuan kemanusiaan dari rakyat Indonesia untuk penduduk di Gaza yang terdampak agresi Israel.
"Dalam kesempatan itu dia (Haniyeh) menyampaikan bahwa dia ingin menyelesaikan itu dengan Fatah dengan baik dulu di Beijing,” ujar Jusuf Kalla.
Sejumlah 14 faksi di Palestina, termasuk Fatah dan Hamas, mengakhiri perselisihan bertahun-tahun dan membentuk pemerintahan persatuan nasional dalam sebuah deklarasi yang ditandatangani di Beijing pada 23 Juli.
Jusuf Kalla menambahkan bahwa Haniyeh berharap bisa berkunjung ke Indonesia bersama-sama dengan Fatah setelah perundingan di Beijing.
Menurut Jusuf Kalla, kematian Haniyeh akan “memperburuk keadaan” di tengah upaya perdamaian di Palestina. “Tapi mudah-mudahan ini juga dapat diselesaikan sebaik-baiknya,” tambahnya.
Senada dengan JK, ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid mengkhawatirkan pembunuhan Haniyeh membuat situasi di Timur Tengah semakin memanas.
Untuk itu, dia meminta semua pihak untuk menekan Israel agar mau menempuh jalan dialog dalam penyelesaian konflik dengan Palestina.
"Serta meminta Israel untuk mematuhi hukum dan keputusan hukum internasional termasuk keputusan ICJ, International Court of Justice (Mahkamah Internasional), yang menyatakan pendudukan Israel di Palestina melanggar hukum," tutur Meutya dalam suatu keterangan.
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.