Mampukah Indonesia menjadi pemain utama pasar mobil listrik global?
Pemerintah mengharapkan kenderaan listrik (EV) mencapai 5 persen dari total penjualan kendaraan tahun ini, dan dua kali lipat pada tahun 2024.
JAKARTA: Indonesia memiliki rencana untuk menjadi pemain utama di pasar kendaraan listrik (EV) global, dan investor, termasuk dari Singapura, ingin memanfaatkan permintaan yang terus meningkat.
Bulan ini, ia akan memperkenalkan insentif pembelian EV dalam upaya untuk meningkatkan penggunaan kendaraan tersebut.
Pihak pejabat berharap EV bisa mencapai 5 persen dari total penjualan kendaraan tahun ini, dan dua kali lipat dari pangsa itu pada tahun 2024.
INVESTASI DI PASAR EV INDONESIA
Perusahaan teknologi Singapura ION Mobility termasuk antara 45 perusahaan di Indonesia International Motor Show bulan lalu.
Acara tersebut merupakan kesempatan bagi perusahaan untuk memamerkan sepeda motor listriknya, M1-S.
“Kami menggunakan pameran dagang ini untuk melakukan penerapan yang lambat tetapi dengan peluncuran yang lebih sering, sehingga ketara kepada konsumen kami, kata James Chan, pendiri dan CEO ION Mobility.
“Dan saat pabrik kami berdiri, saat pusat pengalaman dealer kami berdiri, saat itulah kami akan berteriak lebih keras, dan menempatkan diri kami langsung kepada pelanggan.”
Sepeda listrik M1-S memiliki kecepatan tertinggi 110kmh. Dengan baterai terisi penuh, sepeda motor ini dapat menempuh jarak total 150km.
Motor ini dirancang dan direkayasa di Singapura, dan perusahaan berencana untuk memulai perakitannya di Indonesia pada akhir tahun ini.
Fasilitas produksi M1-S akan berlokasi di Karawang, Jawa Barat, dengan target perakitan hingga 5.000 unit per tahun.
ION Mobility juga berencana memindahkan fasilitas produksi baterainya dari Singapura ke Indonesia.
Perusahaan berkeyakinan dapat memenuhi syarat kandungan lokal yang tinggi untuk sepeda listriknya.
"Kami merencanakan 50 persen pada akhir tahun ini, dan kami menargetkan 80 persen pada akhir tahun depan," kata Chan.
“Saya pikir kemampuan untuk merancang dan mengimplementasikan lini produksi dan fasilitas kami sendiri adalah yang membedakan kami dari pemain lain, di mana kami kemudian dapat mencapai persentase tinggi ini dengan sangat cepat sejak hari pertama.”
MENINGKATKAN PERMINTAAN EV
Perusahaan EV Singapura lainnya di Indonesia, Oyika, menyediakan stasiun pertukaran baterai untuk pengguna sepeda listrik di wilayah Jabodetabek dan baru-baru ini di Bali.
Pengguna tidak perlu membeli baterai, tetapi cukup menukar baterai yang habis dengan yang terisi penuh.
“Adopsi sangat lambat. Itu karena ketidaknyamanan karena harus mengisi daya di rumah,” kata kepala petugas teknologi Oyika, Roderick Chia. “Jika Anda menggunakan sepeda untuk bisnis, misalnya seorang pengantar barang, Anda perlu melakukan banyak perjalanan. Anda tidak dapat mengisi daya baterai selama jam kerja normal, saat Anda seharusnya bekerja.
“Anda membutuhkan stasiun ini untuk terus bergerak. Jadi Anda harus mempunyai fasilitas yang sama seperti sepeda normal di di mana Anda hanya pergi ke pom bensin, mengisi bensin, dan teruskan perjalanan.”
Pemerintah Indonesia juga berencana untuk menurunkan batasan adopsi dengan membuatnya lebih murah untuk memiliki EV.
Ia menawarkan insentif pembelian, seperti pemotongan pajak untuk mobil listrik dan subsidi untuk sepeda listrik.
Pengamat percaya insentif ini akan meningkatkan permintaan EV.
“Mindsetnya masih belum ada, karena mindset memiliki kendaraan roda dua atau roda empat lebih ke arah sudut gaya hidup, bukan sudut penggunaan seperti penggunaan kehidupan sehari-hari yang normal,” ujar Country Head Singapore Business Federation Indonesia Hisyaamuddin Abu Bakar.
"Jadi, menurut saya dari sudut pandang konsumen, tahun ini akan menjadi tahun untuk memulai dan melihat banyak penjualan akan meningkat dari segi volume."
MENARIK PEMBUAT MOBIL BESAR
Indonesia, yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, menjadi negara yang sangat diperlukan untuk industri EV, yang banyak menggunakan logam tersebut.
Ia bertekad untuk menarik investasi dari pembuat mobil besar.
Negosiasi dengan Tesla, misalnya, telah memasuki tahap akhir dan pelaku industri yakin hal ini akan meningkatkan ambisi EV Indonesia jika kesepakatan itu tercapai.
“Jika Anda melihat mengapa China adalah salah satu pengguna EV terbesar di dunia, itu karena pada awalnya mereka mengundang Tesla untuk bersaing dengan pabrikan lokal mereka sendiri,” kata Chia.
“Dengan melakukan itu, pabrikan lokal mereka meningkatkan diri mereka sendiri ke tolok ukur standar dunia.”
Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris.
Baca juga artikel Bahasa Indonesia ini mengenai gaung sunyi sebuah bengkel gong terakhir di Kota Bogor.
Ikuti CNA di Facebook dan Twitter untuk lebih banyak artikel.