Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Indonesia

Geger 7 mayat remaja mengambang di Kali Bekasi, 15 orang jadi tersangka, apa yang sebenarnya terjadi?

Tujuh remaja yang tidak bisa berenang itu nekat melompat ke kali diduga untuk menghindari polisi yang sedang berpatroli.

Geger 7 mayat remaja mengambang di Kali Bekasi, 15 orang jadi tersangka, apa yang sebenarnya terjadi?
Warga Bekasi digemparkan oleh penemuan tujuh mayat mengambang di Kali Bekasi, tepatnya di belakang Masjid Al Ikhlas, Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), RT 004/RW 008, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, pada Minggu pagi (22/9/2024) sekitar pukul 06.00 WIB. (X/txtdrbekasi)
23 Sep 2024 10:45AM (Diperbarui: 23 Sep 2024 12:09PM)

BEKASI: Tujuh remaja laki-laki bercampur lumpur ditemukan tewas mengambang di Kali Bekasi, tepatnya di belakang Masjid Al Ikhlas, Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), RT 004/RW 008, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, pada Minggu pagi (22/9) sekitar pukul 06.00 WIB.

KRONOLOGI PENEMUAN

Penemuan tujuh mayat ini berawal dari seorang warga, Umi Suci, yang sedang mencari kucing peliharaannya di sekitar kali.

Saat mencari, ia terkejut melihat beberapa mayat yang mengambang.

Awalnya, Umi menemukan lima mayat di sisi kiri dan kanan kali, yang kemudian ia laporkan kepada warga sekitar untuk meminta bantuan evakuasi.

Tim gabungan dari Kepolisian, Badan SAR Nasional (Basarnas), dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) segera melakukan evakuasi.

Beberapa jam setelah penemuan lima mayat itu, satu mayat baru ditemukan hanyut di kali yang sama, dan sekitar 20 meter dari lokasi tersebut, warga dicengangkan dengan masih ada lagi satu mayat lainnya terdampar di tepi kali.

Ketujuh remaja tersebut diperkirakan masih berusia belasan tahun dan mengenakan pakaian yang sama, yaitu jaket hitam.

"Korban semuanya laki-laki, diperkirakan berusia remaja," ungkap Fajar, petugas potensi SAR Kota Bekasi, dalam siaran di Kompas TV.

Ketujuh mayat ditemukan utuh namun dalam kondisi mengenaskan karena telah membengkak.

"Tidak ada luka yang signifikan, hanya terdapat lebam di kepala akibat pembengkakan," jelas Fajar.

Pemeriksaan awal menunjukkan bahwa mayat-mayat tersebut kemungkinan telah terendam air selama sekitar 24 jam, mengingat suhu air yang rendah memperlambat proses pembusukan.

“Jadi suhu airnya rendah, sehingga ketika diambil, proses pembusukan berjalan, setidaknya 24 jam,” kata Kabid Yandokpol RS Polri Kombes Pol Herry Wijatmoko.

ADA APA HINGGA TENGGELAM?

Dugaan sementara menyebutkan bahwa ketujuh remaja tersebut tewas tenggelam setelah nekat menceburkan diri ke kali.

Mereka diduga tak bisa berenang sehingga hanyut dan meninggal.

Evakuasi tujuh mayat remaja yang ditemukan tewas tenggelam di Kali Bekasi, Minggu (22/9/2024). (Dokumentasi Kantor SAR Jakarta)

Menurut Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto, mereka melompat ke sungai karena ketakutan saat melihat patroli polisi yang mencurigai mereka sebagai pelaku tawuran.

“Korban melompat ke sungai karena ketakutan adanya patroli. Ini masih merupakan informasi sementara dan belum menjadi kesimpulan akhir,” jelas Karyoto.

Polisi berencana untuk memeriksa orang tua dan teman-teman korban yang selamat untuk mengungkap aktivitas terakhir mereka.

Salah satu korban, Muhammad Rizky (19), sebelumnya diketahui merayakan ulang tahun bersama teman-temannya di Cikunir pada Sabtu sore sebelum peristiwa tragis ini terjadi.

Polisi juga telah mengamankan 22 orang terkait kepemilikan senjata tajam dan menyita enam celurit serta 30 unit sepeda motor.

Tiga dari mereka ditetapkan sebagai tersangka karena membawa tiga bilah senjata tajam berbentuk celurit panjang.

Penangkapan dilakukan setelah petugas menerima informasi mengenai kerumunan remaja di sebuah toko kelontong yang sudah tutup pada Sabtu 21 September sekitar pukul 03.00 WIB.

Saat polisi mendatangi lokasi tersebut, banyak remaja yang kocar-kacir melarikan diri, dan beberapa di antaranya yang diduga termasuk 7 remaja itu nekat melompat ke kali yang berada di belakang toko kelontong itu hingga tewas.

Kapolsek Rawa Lumbu, Kompol Sukadi, dikutip Viva, menyampaikan bahwa insiden tawuran remaja sudah sering terjadi di wilayahnya, dengan kejadian serupa sering terjadi satu atau dua kali dalam seminggu.

"Begitu didatangi pakai rotator karena memang tujuannya itu adalah untuk tawuran. Akhirnya pada kabur ke belakang rumah bedeng itu. Bangunan bedeng itu adalah kali," pungkas Sukadi.

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.

Source: Others/ew

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan